Kabur III

"Semuanya akan baik-baik saja selama kamu bisa terus bertahan."

****

"Nona," teriak Dian saat Senja sudah berteleportasi.

Kondisinya tidak stabil namun masih dalam keadaan sehat. Dian dengan cepat menarik nona nya ke dalam pelukan untuk membuat Senja tetap berdiri dengan sempurna.

Dian tahu jelas jika kondisi nona nya itu cukup rapuh saat ini. Jika tidak ditopang maka tubuhnya akan segera merosot ke lantai tanpa daya.

"Hah, Dian. Kamar, segera ke kamar."

Senja berusaha mengambil napas panjang di sela-sela kalimatnya. Ia terlihat lelah dengan napas yang tersendat seperti orang yang terkena asma.

"Baik Nona."

Dian kemudian membawa Senja menuju kamarnya yang berada di lantai atas gedung Guild. Lantai atas adalah area pribadi milik Senja yang bahkan tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana.

Setelah beberapa saat, tubuh Senja kembali normal. Napasnya mulai teratur kembali dengan ritme yang ringan. Meski begitu, kondisinya masih lemah, mungkin saja ini karena teleportasi yang baru saja ia lakukan.

Teleportasi itu cukup menguras tenaganya, hal ini diakibatkan karena udara di sekitarnya mengering secara paksa, sehingga membuat Senja harus bernapas jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Ia juga harus menahan rasa terpelintir di perutnya akibat dari teleportasi tersebut.

Memang lebih efisien untuk menggunakan teleportasi satu dimensi daripada dua. Hal ini karena resiko yang lebih besar dan penggunaan mana yang berlebihan, sehingga banyak penyihir meninggalkan jenis teleportasi tersebut.

"Dian, kembalilah ke Akademik untuk meminta izin atas kehadiran ku."

Senja tidak bisa berpikir jernih saat ini, karena kondisinya sedang tidak stabil dan sekolah akan menjadi alasan nya mengapa ia begitu malas untuk pergi.

"Kirimkan pesan pada Miss Aila jika aku akan kembali ke mansion Duke Ari untuk dua hari," lanjutnya sambil melirik ke arah jendela yang masih gelap.

Meski begitu, saat ini jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Masih ada waktu 1 jam lagi sampai matahari akan terbit di ujung cakrawala.

Memahami hal ini, Dian bergegas pergi dari kamar Senja dan membiarkan nona nya untuk beristirahat lebih lama lagi. Jika nona nya kembali saat ini, mungkin saja ia akan mengalami kesulitan yang besar akibat ulah dari beberapa orang.

Pikiran Dian kini melayang pada Kira dan beberapa lalat lainnya yang sering mengitari nona nya akhir-akhir ini.

"Inilah yang terbaik," gumamnya saat sudah sampai di lantai bawah Guild.

Ketika hendak pergi, Dian mendapatkan link dari White jika Lily memanggilnya. Ia pun segera terhubung dengan hewan magic nona nya itu.

"Apa yang terjadi?" Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Lily saat link sudah terhubung.

"Hanya masalah kecil, lebih dari itu. Ada apa?"

Bukannya Dian ingin menyembunyikan keadaan nona nya, namun jika masalah ini membesar, maka resikonya akan semakin tinggi pula.

"Nona menyuruhku untuk membawa mu kembali."

"Ah begitu rupanya, maaf merepotkan mu."

Setelahnya muncul lingkaran sihir teleportasi di bawah kaki Dian, dan beberapa saat kemudian, Dian sudah berada di kamar asrama Senja.

"Kau terlihat kacau saat ini," seru Kun yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Bukan masalah penting, hanya..."

"Hanya apa? Apa kalian melakukan hal gila lagi?" Lily memotong perkataan Dian dengan sinis.

Lily lalu menatap Dian dengan mata menyelidik seperti seorang petugas inspeksi.

Dian terlihat kacau, ia tidak tahu harus menjawab apa. Langkah kakinya kaku dengan mata yang hanya bisa menunduk malu.

"Kami sudah mengetahuinya dari Vanilla, lain kali bersikaplah lebih kooperatif."

Kun memperingati Dian dengan senyum dinginnya. Ia tahu jika akan sulit bagi mereka untuk bergerak bersamaan, namun kejadian tadi hanya akan membuat Nona mereka celaka.

"Maafkan aku," gumam Dian pelan namun masih bisa didengar oleh keduanya.

"Bukannya kami tidak tahu hanya saja dalam kondisi mendesak seperti itu, kau harus memanggil bantuan agar hal-hal seperti ini tidak terulang kembali di masa depan."

Lily tampak kesal dengan napas yang siap meledak kapan saja. Ia dan Kun juga tahu jika nona mereka sangat apatis mengenai dirinya sendiri. Namun ini bukan hanya masalah dirinya saja melainkan mereka juga.

Jika Senja mengalami luka berat apalagi sampai kehilangan nyawanya, maka hewan sucinya lah yang akan mengalami dampak terburuk. Mereka bisa menjadi gila ataupun mati karena hubungan yang tiba-tiba saja terputus.

"Kau tahu pasti apa yang kami maksud bukan. Tidak semua dari kami bisa terus berada di sisinya, adakalanya kami berada jauh dari Nona. Kami berharap dengan salah satu diantara kami dapat membantunya dengan benar, namun tidak semua dari kami memiliki kekuatan yang sempurna."

Perkataan Lily ada benarnya, mereka memang kuat namun mereka hanya kuat dengan fungsinya masing-masing. Jika Senja hanya pergi dengan Ristia dan lily, maka ia hanya akan mendapatkan perlindungan secara masif.

Hal itu akan berbeda jika ia berada bersama Vanilla ataupun Kun yang merupakan hewan magic tipe petarung, dimana mereka akan siap menolong Senja kapan saja, meski kondisinya sedang dalam bahaya.

Apa yang ingin dikatakan Lily dan Kun sudah jelas. Jika Senja mati, maka mereka pun akan mati juga, namun hal itu berbeda dengan Lily yang masih bisa hidup karena pengontraknya adalah Senja bukan dirinya.

Meski begitu, rasa sakit akibat kehilangan pemilik akan tetap membuatnya menjadi gila seakan-akan mati lebih baik baginya. Itulah mengapa hubungan mereka sangatlah penting.

****

Setelah pembicaraan yang penuh emosional, akhirnya Dian berhasil keluar dari kamar Senja setelah Kun berhasil menenangkan Lily. Jujur saja dari semua hewan magic, Lily adalah penghubung pertama nona nya.

Mungkin Dian sadar betapa marah dan frustasinya Lily saat nona mereka dalam keadaan kacau. Hal yang sama juga ia rasakan, namun karena penghubung batin mereka berbeda, sehingga keduanya mengalami hal yang bertolak belakang.

"Aku butuh menjernihkan pikirkan," gumam Dian saat ia hendak memasuki kantor Miss Aila. Sebelum masuk, Dian terlebih dahulu mengatur hati dan pikirannya untuk tetap terlihat jernih. Ia tidak ingin ada seorang pun yang mengetahui emosinya saat ini.

"Selamat pagi Miss," sapa Dian ketika pintu sudah terbuka.

"Oh Dian, selamat pagi."

Miss Aila lalu mempersilahkan Dian duduk di kursi yang ada di depannya. Tanpa ragu Dian duduk di sana, ia lalu mengeluarkan sepucuk surat yang merupakan salinan milik nona nya.

"Maaf sebelumnya Miss, tapi kedatangan saya kesini hanya untuk ini."

Dian kemudian menyerahkan surat tersebut. Miss Aila awalnya tampak bingung namun akhirnya ia mengerti.

"Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan bertanya lebih lanjut, jadi kau bisa keluar."

Jelas Miss Aila tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres disini. Meski ia tidak bisa mengetahui bahwa suratnya adalah salinan, namun mengejutkan jika Senja harus kembali ke mansion Duke Ari di saat seperti ini.

Tidak mau mengambil pusing, ia hanya bisa menghela napas panjang sebelum akhirnya melihat Dian berjalan meninggalkan gedung. Ia melihat beban berat yang ada di pundak Dian saat ini. Beban yang bahkan lebih sulit daripada urusannya di Akademik.

"Apa yang terjadi sebenarnya,"

Miss Aila bertanya dengan raut wajah serius sekaligus penasaran. Namun ia hanya bisa menyimpannya dalam hati, ia tahu jika mengurusi urusan yang bukan miliknya adalah kesalahan, terlebih lagi itu adalah urusan pribadi siswanya.

Disisi lain, Dian harus menjumpai Eza yang saat ini sedang berlatih di lapangan khusus penjaga. Ia selalu berada di sana setiap kali nona nya menjalani aktifitas Akademik, itu sudah seperti kegiatan wajibnya.

"Dian," panggil Eza saat mendapati Dian yang berwajah masam mendatanginya.

"Oh, halo." Dian membalas sapaan Eza dengan nada malasnya. Eza yang mendapati hal aneh dari Dian hanya bisa mencipitkan matanya dengan tajam.

"Apa ada hal..."

"Tidak ada," potong Dian sebelum Eza selesai dalam kalimatnya.

"Lalu?" tanya Eza kembali saat hendak memasukan pedang ke dalam sarungnya.

"Hah." Dian hanya menghela napas sebagai jawaban dari pertanyaan Eza.

Eza yang bingung memiringkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan sikap Dian kali ini. Jujur saja sebenarnya bukan kali ini saja Eza tidak memahami Dian, namun setiap kali mereka berbicara, selalu berakhir seperti ini.

"Siapkan saja kereta kuda, karena Nona akan kembali ke mansion."

Setelah mengatakan itu, Dian langsung pergi meninggalkan Eza yang masih bingung di tempatnya.

"Sial," maki Eza yang kesal dengan sifat acuh tak acuhnya Dian.

"Entah mengapa dia mengingatkan ku pada seseorang."

Eza lalu memakai pakaiannya dan bergegas menyiapkan kereta kuda sesuai pesanan Dian.

****

"Nona, mereka sudah tiba."

Gabriel masuk hanya untuk menyajikan pesan dan kemudian keluar saat ia mendapatkan anggukan ringan dari Senja. Ia tidak ingin menggangu nona nya itu, terlebih lagi urusannya di Guild sudah cukup banyak.

Beberapa saat setelahnya Dian datang menemui Senja. Ia datang bersamaan dengan Eza di sampingnya. Eza tampak kaku saat melihat Senja yang sedang menikmati sarapannya.

"Kami akan kembali lagi nanti," lirih Eza sambil menarik Dian keluar kamar.

Sama seperti Gabriel, Eza juga tidak ingin mengganggu nona nya itu, hal itu karena mood nona nya yang suka berubah tidak menentu.

"Tidak perlu, aku sudah siap."

Senja lalu berdiri dan menghampiri mereka. Ia menatap Dian yang masih diam di tempatnya dan kemudian beralih ke Eza yang sedang tersenyum canggung padanya.

"Dian, pergilah ke Hutan Kegelapan dan persiapkan segala keperluan latihan di sana, tiga hari lagi, latihan akan dimulai."

Dian hanya mengangguk sebelum menghilang dari kamar tersebut.

"Eza," panggil Senja saat hendak keluar dari kamarnya.

"Iya Nona."

"Batasi area Paviliun ibuku setelah kita sampai di mansion. Jangan biarkan hama kecil menggangu ku dalam pencarian."

"Baik Nona, saya mengerti."

Episodes
1 Awal Baru
2 Pendekatan
3 Pendekatan II
4 peraturan Baru
5 Sandiwara
6 Sandiwara II
7 Rasa yang Aneh
8 Luka dan Ego
9 Luka dan Ego II
10 Luka dan Ego III
11 Kabur
12 Kabur II
13 Kabur III
14 Kecewa
15 Marah
16 Marah II
17 Tipuan
18 Padang Rumput
19 Padang Rumput II
20 Rahasia
21 Perubahan
22 Perubahan II
23 Pesuruh
24 Trik Murahan
25 Kembali
26 Buku Sihir
27 Memantau
28 Korp Penjaga
29 Pelatih Baru
30 Pelatih Baru II
31 Keseimbangan
32 Kumpulan Mana
33 Laporan
34 Monster Lain
35 Monster Lain II
36 Monster Lain III
37 Perubahan Fisik
38 Perubahan Fisik II
39 Curiga
40 Senjata Makan Tuan
41 Teknik Rahasia
42 Taman Bunga Mawar
43 Mayat Hidup
44 Kembali
45 Siapa Kau
46 Meridian
47 Istirahat
48 Kota Baru
49 Rahasia Lain
50 Meridian
51 Meridian II
52 Kekuatan Baru
53 Sahabat
54 Pratikum
55 Casting
56 Teknik Baru
57 Bully
58 Level Up
59 Kendali
60 Informasi
61 Kecurigaan
62 pelatih Baru
63 Elemental
64 Elementalist
65 Ikatan Baru
66 Rutinitas
67 Rutinitas II
68 Teknik Penyembuhan
69 Ujian Tengah Semester
70 Lebih Dekat
71 Halusinasi
72 Penghuni Akademi
73 Metode Ekstrim
74 Target Manipulasi
75 Tenang Sementara
76 Saran
77 Manipulasi Elemen
78 Pecahan Informasi
79 Healing Systems
80 Mencari
81 Sosok Di Balik Angka 46
82 Kunjungan Sahabat
83 Wilayah Tengah
84 Relasi
85 Tangkapan
86 Tertangkap
87 Misi Berburu
88 Desa Awda
89 Strategi Misi
90 Monster Tipuan
91 Ciel Si Penggembala
92 Salah Paham
93 Sandiwara
94 Kecurigaan
95 Kecurigaan II
96 Prasangka
97 Jebakan
98 Jebakan II
99 Rahasia Suara
100 Hipnotis
101 Hipnotis II
102 Eksekusi Rencana
103 Malam Terkutuk
104 Sadar
105 Kembalikan
106 Pengantar Tidur
107 Awal
108 Kebenaran
109 Jebakan
110 Selesai
111 Kejelasan
112 Misi End
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Baru
2
Pendekatan
3
Pendekatan II
4
peraturan Baru
5
Sandiwara
6
Sandiwara II
7
Rasa yang Aneh
8
Luka dan Ego
9
Luka dan Ego II
10
Luka dan Ego III
11
Kabur
12
Kabur II
13
Kabur III
14
Kecewa
15
Marah
16
Marah II
17
Tipuan
18
Padang Rumput
19
Padang Rumput II
20
Rahasia
21
Perubahan
22
Perubahan II
23
Pesuruh
24
Trik Murahan
25
Kembali
26
Buku Sihir
27
Memantau
28
Korp Penjaga
29
Pelatih Baru
30
Pelatih Baru II
31
Keseimbangan
32
Kumpulan Mana
33
Laporan
34
Monster Lain
35
Monster Lain II
36
Monster Lain III
37
Perubahan Fisik
38
Perubahan Fisik II
39
Curiga
40
Senjata Makan Tuan
41
Teknik Rahasia
42
Taman Bunga Mawar
43
Mayat Hidup
44
Kembali
45
Siapa Kau
46
Meridian
47
Istirahat
48
Kota Baru
49
Rahasia Lain
50
Meridian
51
Meridian II
52
Kekuatan Baru
53
Sahabat
54
Pratikum
55
Casting
56
Teknik Baru
57
Bully
58
Level Up
59
Kendali
60
Informasi
61
Kecurigaan
62
pelatih Baru
63
Elemental
64
Elementalist
65
Ikatan Baru
66
Rutinitas
67
Rutinitas II
68
Teknik Penyembuhan
69
Ujian Tengah Semester
70
Lebih Dekat
71
Halusinasi
72
Penghuni Akademi
73
Metode Ekstrim
74
Target Manipulasi
75
Tenang Sementara
76
Saran
77
Manipulasi Elemen
78
Pecahan Informasi
79
Healing Systems
80
Mencari
81
Sosok Di Balik Angka 46
82
Kunjungan Sahabat
83
Wilayah Tengah
84
Relasi
85
Tangkapan
86
Tertangkap
87
Misi Berburu
88
Desa Awda
89
Strategi Misi
90
Monster Tipuan
91
Ciel Si Penggembala
92
Salah Paham
93
Sandiwara
94
Kecurigaan
95
Kecurigaan II
96
Prasangka
97
Jebakan
98
Jebakan II
99
Rahasia Suara
100
Hipnotis
101
Hipnotis II
102
Eksekusi Rencana
103
Malam Terkutuk
104
Sadar
105
Kembalikan
106
Pengantar Tidur
107
Awal
108
Kebenaran
109
Jebakan
110
Selesai
111
Kejelasan
112
Misi End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!