Sandiwara II

"Tidak ada tempat sembunyi paling aman di dunia ini, kecuali diri sendiri."

****

Senja yang mencoba untuk mencari jalan keluar hanya menemukan kekosongan. Tempat ini seperti isolasi yang mengurung siapa pun di dalamnya. Senja hanya bisa menghela napas panjang saat jalan yang ia tempuh selalu kembali lagi ke titik awal.

"Nona, maaf. Saya tidak bisa melakukan link dengan yang lain."

Ristia tampak bingung saat jaringan komunikasi miliknya terputus tiap kali hendak melakukan link. Ia juga tidak tahu apa penyebabnya, tapi yang pasti saat ini seluruh komunikasi dari dunia luar tidak bisa di jangkau.

Wajah Senja terlihat kaku, napasnya naik-turun seperti rollercoaster. Tubuhnya beku dan pandangannya pun mulai menghitam.

"Sial," maki Senja saat keseimbangannya mulai goyah. Ia mencoba untuk tetap tenang meski saat ini tubuhnya sedang tidak stabil.

Senja berjalan kembali menuju jembatan. Bukan untuk kabur, melainkan untuk istirahat di bawah tumpukan bunga Lily. Senja lalu duduk dengan posisi teratai di sana. Ia kemudian menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan.

Jelas Senja tahu dalam kondisi seperti ini, ketenangan sangatlah penting. Senja mencoba untuk mendapatkan kembali rasionalitasnya. Ia memulainya dengan menyusun rangkaian penting di dalam jaringan saraf pusat. Memfokuskan pikirannya pada satu titik untuk menemukan jalan keluar yang tepat.

"Aku tahu dengan jelas, bahwa saat itu jarak kami dengan Plaza sangat dekat. Tidak mungkin dalam jarak sedekat itu, aku bisa berada di tempat sejauh ini."

Senja kembali mengenang kejadian beberapa saat yang lalu. Ia sangat yakin jika tempat ini adalah ilusi yang dibuat oleh si pelaku, dan cara terbaik untuk keluar dari sini adalah, mencari titik terlemah dari dunia imajiner yang dibuat.

Dunia imajiner adalah dunia imajinasi yang dibuat untuk menjebak seseorang di dalamnya. Mereka yang terjebak akan merasa seperti berada di surga namun pada kenyataannya hanya pikiran mereka saja yang berada di sana namun tubuh mereka masih berada di dunia nyata.

"Lalu, dimana tubuh asliku?" tanya Senja dengan alis yang berkerut kencang.

"Tidak mungkin...!!?"

Senja lalu membuka matanya, ia kemudian memegangi tangannya yang sebelumnya terbakar.

Cukup aneh saat Senja sama sekali tidak melihat luka bakar di sekitar area tangannya tersebut. Ia awalnya merasa sakit namun anehnya, tangannya terlihat baik-baik saja. Tangan itu terlihat seperti tidak pernah mengalami luka bakar atau apapun itu.

Setiap ruas kulit terlihat normal, tidak ada kerusakan atau pun goresan. Padahal Senja yakin saat itu tangannya terbakar dan jika memang tangannya tidak pernah mengalami kebakaran, lalu dimana garis merah itu berada?

Garis merah yang di ciptakan pelaku saat menggenggam erat pergelangan tangan Senja sebelum ia berakhir di dunia imajiner ini.

"Aku harus segera menemukan tubuh asliku."

Senja sangat yakin bila saat ini tubuh aslinya tengah berada di tempat lain. Sehingga, sulit baginya untuk menemukan jalan keluar dengan kondisi jiwa seperti ini. Senja harus kembali ke tubuh aslinya, barulah ia bisa keluar dari dunia ini.

****

"Kapten, apa yang harus kita lakukan dengannya?"

Pria misterius itu bertanya pada pemimpinnya saat ia baru saja keluar dari sebuah ruangan.

"Lakukan sesuka mu," jawab pria yang di panggil pemimpin itu.

"Kapten, tapi...!"

Perkataan pria misterius itu terhenti saat tuannya meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.

"Ada apa dengan Kapten saat ini?" tanya pria misterius itu pada temannya.

"Entahlah, tapi aku sarankan padamu, sebaiknya kau menjauh dari Kapten sejauh mungkin untuk saat ini."

Pria misterius itu hanya bisa menghela napas panjang. Ia tidak tahu kenapa Kaptennya bisa bersikap seperti itu, bukankah ia sudah menyelesaikan misi sesuai arahan, ataukah ada hal lain yang ia lewatkan saat itu.

"Aku apakan dia ya?" gumam pria misterius saat mengintip Dian yang masih tertidur di pundaknya.

"Serahkan pada ku."

Salah satu rekan pria misterius itu menawarkan dirinya dengan suka rela. Ia dengan sigap mengambil Dian dari pelukan si pria misterius dan membawanya pergi dari ruangan tersebut.

Pria itu kemudian membawa Dian ke salah satu kamar yang letaknya tidak jauh dari ruangan sebelumnya. Ia lalu menidurkan Dian di atas kasur dan membuka ikatan yang mengikat tangan dan kaki nya.

Setelah semua ikatan terbuka, ia lalu menarik selimut dan menyelimuti Dian. Sebelum itu, ia juga membersihkan pakaian Dian serta rambutnya yang terlihat kotor.

"Lebih baik seperti ini," gumam pria itu sambil menyisir rambut Dian dengan lembut. Ia juga membersihkan noda tanah pada wajah Dian sebelum akhirnya memasang perisai agar Dian tidak kabur saat ia terbangun nanti.

"Aku akan siapkan makanan untuk mu, aku harap kau tidak akan marah seperti dulu lagi."

Pria itu lalu pergi meninggalkan Dian. Ia kemudian berjalan menuju dapur dan mulai menyiapkan makanan.

Rekan kerjanya yang lain hanya menatap bingung dengan perilaku si pria yang tiba-tiba saja mulai memasak setelah keluar dari kamar. Selain itu, Kapten mereka juga terlihat kaku saat hendak memasuki kamar lainnya.

Mereka tampak bingung sekaligus tidak peduli. Banyak dari mereka langsung pergi meninggalkan tempat itu. Mereka lebih memilih untuk berjaga di luar dari pada harus melihat hal aneh yang sama sekali belum pernah mereka lihat dari kedua orang tersebut.

****

Senja yang masih mencari jejak tubuhnya mulai terlihat lelah. Ia sama sekali tidak menemukan apapun selain kekosongan. Senja yang mulai tenang kini menjadi panik kembali. Ia takut jika saat ini tubuhnya sedang di kupas atau lebih parahnya lagi sedang di hancurkan.

"Ini tidak boleh terjadi," lirih Senja mencoba untuk kembali fokus.

"Aku harus tenang, dan fokus. Tenang dan fokus."

Senja terus saja bergumam tentang tenang dan fokus. Ia berharap dengan dua kondisi tersebut, Senja bisa keluar dari situasi ini.

Perlahan angin musim semi menyapa Senja. Ia merasakan udara hangat yang menyentuh wajahnya saat itu. Senja mulai merasa tenang, tubuhnya mulai rileks dan napasnya mulai teratur kembali.

Tubuh Senja yang semula tegang, kini menjadi lebih santai. Ia tidak tahu mengapa tapi angin yang menyentuhnya terasa begitu hangat dan nyata. Aliran darah di tubuhnya mulai menghangat dan senyuman mulai muncul dari bibirnya.

Senja yang terhanyut oleh perasaan itu mulai merasa damai. Ia lantas mencari asal dari angin yang sedang menghangatkan tubuhnya ini. Entah mengapa, beban yang ia rasa selama ini menghilang dengan mudah. Tubuhnya terasa ringan seperti bulu merak yang baru saja jatuh dari pemiliknya.

"Aku harus mengikuti angin ini," gumam Senja saat membuka matanya kembali.

Anehnya, apa yang dilihat Senja kali ini berbeda. Ia tidak melihat hutan bambu dan taman bunga Lily, yang ia lihat saat ini adalah hamparan laut yang luas dengan sinar mentari yang hangat.

Seperti musim semi yang baru saja tiba, seperti itulah pemandangan yang ada di hadapannya. Hamparan air laut yang membentang indah, serta hembusan angin yang begitu damai.

"Surga, inikah surga?" tanya Senja saat kakinya menyentuh air laut. Rasanya hangat dan damai, dan baru kali ini Senja merasakan perasaan hangat di dunia yang bruntal ini.

Dunia yang hanya memandang uang dan kekuatan. Dunia yang sama sekali tidak peduli dengan keluarga ataupun cinta. Dunia yang telah membawanya ke tempat yang sama sekali tidak ia kenal.

"Hah."

Senja hanya tersenyum secara internal saat ia mengingat kembali dunianya saat ini. Ia harus berjuang keras dalam menghadapi sikap keluarganya yang kasar, ia juga harus berhadapan dengan musuh yang kejam.

Apalagi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa hidup manusia disini sama seperti hewan. Mereka harus bekerja keras untuk hidup jika mereka akan menjadi budak saat mereka tidak bisa melawan balik.

"Sungguh dunia yang ironis."

Senja lalu pergi mengikuti jalan yang telah terbentuk di sana. Jalan itu mengarahkan Senja pada Padang rumput yang luas. Berbeda dengan air laut yang hangat, Padang rumput ini tampak begitu tenang dan lembut.

Aliran udara yang mengalir di sekitarnya begitu bersih, seperti tidak pernah ada polusi di sana. Padang rumput ini juga terlihat sangat asri seperti tidak pernah di jamak oleh siapapun. Bahkan aroma alamnya bisa dirasakan dengan indera pengecap.

"Tempat ini membuat jantung ku kembali sehat."

Senja melanjutkan kembali perjalanannya. Kali ini yang ia lihat adalah sebuah pintu. Pintu yang tidak terlalu besar dan tidak pula kecil. Pintu itu sesuai dengan ukuran tubuh Senja yang mungil.

"Apa ini?"

Anehnya, pintu ini tidak memiliki gagang pegangan untuk membuka pintunya. Pintu itu hanyalah sebuah pintu biasa yang berwarna coklat muda dengan hiasan abstrak yang membingungkan.

Tidak ada yang istimewa dari pintu ini, tidak seperti dua pemandangan yang sebelumnya. Pintu ini tampak tua dan rapuh apabila Senja dengan sengaja memberi tekanan pada pintu tersebut maka ia akan mudah rusak.

"Tidak ada slot kunci atau pun gagang pegangan disini," lirih Senja saat melihat bagian yang hilang dari pintu tersebut.

"Aku rasa pintu ini mudah hancur jika aku mendobraknya dengan keras," lanjut Senja saat hendak mengepalkan tangannya.

Senja berpikir untuk membuka pintu itu, tapi ia mencoba untuk tidak menghancurkannya. Pada saat ia hendak meluncurkan serangan pada pintu tersebut, entah mengapa pintu itu terbuka dan Senja masuk ke dalamnya dengan terjatuh.

Senja berusaha untuk berdiri, ia mencoba untuk melihat isi dari balik pintu tersebut seperti apa. Namun apa yang ia harapkan ternyata tidak terjadi. Isi dari balik pintu itu hanyalah ruangan kosong yang sama sekali tidak ada apapun, hanya ada hamparan putih dari ujung ke ujung.

"Tempat ini sangat aneh," gumam Senja saat ia mulai menjelajahi area tersebut. Dan lebih anehnya lagi bahwa pintu yang ingin ia hancurkan tadi menghilang entah kemana.

Senja berpikir mungkin saja ia masih berada dalam dunia imajiner yang dibuat oleh si Dian palsu itu. Atau mungkin saja ini adalah trik yang di lakukan oleh si penipu itu untuk menguji kekuatan Senja.

Terserah apa pun itu, yang pasti Senja sangat tidak suka apa yang ia lakukan padanya. Anehnya, bukannya merasa marah Senja malah merasa damai berada di tempat tersebut. Hal ini berbeda dari tempat sebelumnya ia berada. Di sini terasa begitu nyaman dan damai, seperti berada di rumah sendiri.

Senja tidak tahu bahwa saat ini ia sedang berada di dalam pikirannya sendiri. Angin musim semi yang membawanya adalah aliran mana yang berada di tubuh Senja. Aliran itu mulai kacau karena Senja menggunakan kekuatannya secara berlebihan, sehingga beban yang ia rasa begitu berat.

Entah siapa yang melakukannya, yang pasti saat ini tubuh Senja sedang diobati dan dihilangkan racunnya. Dengan kata lain, tubuh Senja saat ini sedang didetoktasikan, agar seluruh racunnya menghilang.

Aliran mana yang sebelumnya berantakan, kini mulai tersusun kembali dan pikirannya yang sebelumnya kacau, kini mulai jernih. Akhirnya, Senja benar-benar kembali seperti semula. Tubuhnya mulai kembali nyaman dan napasnya mulai kembali normal.

Saat sebuah sentuhan hangat mulai dirasa oleh Senja, ia merasa bahwa dirinya saat ini sudah benar-benar pulih dan siap untuk kembali ke dunia nyata. Dengan tarikan napas yang dalam, Senja mulai mengembalikan kesadarannya.

Ia mulai membuka matanya kembali, dan perlahan cahaya terang mulai memasuki retina matanya. Senja mengedipkan beberapa kali kelopak matanya untuk membiasakan diri dengan cahaya tersebut.

Ketika ia mulai terbiasa, cahaya itupun berlahan berubah menjadi berbagai warna yang menarik. Senja sekali lagi bisa melihat apa yang ada di hadapannya tersebut. Bukan hamparan laut yang luas ataupun Padang rumput yang asri, melainkan wajah seorang pria yang ia kenal.

"Lucas!" lirih Senja saat melihat senyum hangat pria itu.

"Syukurlah, wanita ku sudah sadar," balas Lucas sambil mencium helaian rambut Senja. Ia tampak senang dengan Senja yang sudah sadar kembali.

"Mine," bisik Lucas tepat di telinga Senja yang memerah.

Episodes
1 Awal Baru
2 Pendekatan
3 Pendekatan II
4 peraturan Baru
5 Sandiwara
6 Sandiwara II
7 Rasa yang Aneh
8 Luka dan Ego
9 Luka dan Ego II
10 Luka dan Ego III
11 Kabur
12 Kabur II
13 Kabur III
14 Kecewa
15 Marah
16 Marah II
17 Tipuan
18 Padang Rumput
19 Padang Rumput II
20 Rahasia
21 Perubahan
22 Perubahan II
23 Pesuruh
24 Trik Murahan
25 Kembali
26 Buku Sihir
27 Memantau
28 Korp Penjaga
29 Pelatih Baru
30 Pelatih Baru II
31 Keseimbangan
32 Kumpulan Mana
33 Laporan
34 Monster Lain
35 Monster Lain II
36 Monster Lain III
37 Perubahan Fisik
38 Perubahan Fisik II
39 Curiga
40 Senjata Makan Tuan
41 Teknik Rahasia
42 Taman Bunga Mawar
43 Mayat Hidup
44 Kembali
45 Siapa Kau
46 Meridian
47 Istirahat
48 Kota Baru
49 Rahasia Lain
50 Meridian
51 Meridian II
52 Kekuatan Baru
53 Sahabat
54 Pratikum
55 Casting
56 Teknik Baru
57 Bully
58 Level Up
59 Kendali
60 Informasi
61 Kecurigaan
62 pelatih Baru
63 Elemental
64 Elementalist
65 Ikatan Baru
66 Rutinitas
67 Rutinitas II
68 Teknik Penyembuhan
69 Ujian Tengah Semester
70 Lebih Dekat
71 Halusinasi
72 Penghuni Akademi
73 Metode Ekstrim
74 Target Manipulasi
75 Tenang Sementara
76 Saran
77 Manipulasi Elemen
78 Pecahan Informasi
79 Healing Systems
80 Mencari
81 Sosok Di Balik Angka 46
82 Kunjungan Sahabat
83 Wilayah Tengah
84 Relasi
85 Tangkapan
86 Tertangkap
87 Misi Berburu
88 Desa Awda
89 Strategi Misi
90 Monster Tipuan
91 Ciel Si Penggembala
92 Salah Paham
93 Sandiwara
94 Kecurigaan
95 Kecurigaan II
96 Prasangka
97 Jebakan
98 Jebakan II
99 Rahasia Suara
100 Hipnotis
101 Hipnotis II
102 Eksekusi Rencana
103 Malam Terkutuk
104 Sadar
105 Kembalikan
106 Pengantar Tidur
107 Awal
108 Kebenaran
109 Jebakan
110 Selesai
111 Kejelasan
112 Misi End
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Baru
2
Pendekatan
3
Pendekatan II
4
peraturan Baru
5
Sandiwara
6
Sandiwara II
7
Rasa yang Aneh
8
Luka dan Ego
9
Luka dan Ego II
10
Luka dan Ego III
11
Kabur
12
Kabur II
13
Kabur III
14
Kecewa
15
Marah
16
Marah II
17
Tipuan
18
Padang Rumput
19
Padang Rumput II
20
Rahasia
21
Perubahan
22
Perubahan II
23
Pesuruh
24
Trik Murahan
25
Kembali
26
Buku Sihir
27
Memantau
28
Korp Penjaga
29
Pelatih Baru
30
Pelatih Baru II
31
Keseimbangan
32
Kumpulan Mana
33
Laporan
34
Monster Lain
35
Monster Lain II
36
Monster Lain III
37
Perubahan Fisik
38
Perubahan Fisik II
39
Curiga
40
Senjata Makan Tuan
41
Teknik Rahasia
42
Taman Bunga Mawar
43
Mayat Hidup
44
Kembali
45
Siapa Kau
46
Meridian
47
Istirahat
48
Kota Baru
49
Rahasia Lain
50
Meridian
51
Meridian II
52
Kekuatan Baru
53
Sahabat
54
Pratikum
55
Casting
56
Teknik Baru
57
Bully
58
Level Up
59
Kendali
60
Informasi
61
Kecurigaan
62
pelatih Baru
63
Elemental
64
Elementalist
65
Ikatan Baru
66
Rutinitas
67
Rutinitas II
68
Teknik Penyembuhan
69
Ujian Tengah Semester
70
Lebih Dekat
71
Halusinasi
72
Penghuni Akademi
73
Metode Ekstrim
74
Target Manipulasi
75
Tenang Sementara
76
Saran
77
Manipulasi Elemen
78
Pecahan Informasi
79
Healing Systems
80
Mencari
81
Sosok Di Balik Angka 46
82
Kunjungan Sahabat
83
Wilayah Tengah
84
Relasi
85
Tangkapan
86
Tertangkap
87
Misi Berburu
88
Desa Awda
89
Strategi Misi
90
Monster Tipuan
91
Ciel Si Penggembala
92
Salah Paham
93
Sandiwara
94
Kecurigaan
95
Kecurigaan II
96
Prasangka
97
Jebakan
98
Jebakan II
99
Rahasia Suara
100
Hipnotis
101
Hipnotis II
102
Eksekusi Rencana
103
Malam Terkutuk
104
Sadar
105
Kembalikan
106
Pengantar Tidur
107
Awal
108
Kebenaran
109
Jebakan
110
Selesai
111
Kejelasan
112
Misi End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!