Rasa yang Aneh

"Cinta akan menuntun mu kepada mereka yang benar-benar mencintai."

****

Tubuh Senja kaku, wajahnya memerah dengan suhu panas yang mulai menyebar ke seluruh area tubuhnya. Napasnya berat dengan ritme yang sedikit lebih kencang dari pada sebelumnya. Jantungnya berdetak lebih kencang dengan adrenalin yang terpacu naik-turun.

Ini berbeda dengan sebelumnya, saat itu ia merasa sesak di dadanya karena atmosfer yang berubah secara tiba-tiba. Namun ini diluar dugaannya, bukannya merasa sesak, Senja merasa seperti diterbangkan ke tempat yang sangat tinggi.

Jujur saja Senja takut saat ia mulai mengikuti irama ini, ia akan jatuhnya dengan sangat sakit, dan karena itulah ia tidak menyukainya. Ia takut jika semua ini hanyalah kepalsuan yang bisa berakhir kapan saja.

Dengan menarik napas panjang, Senja mendorong tubuh Lucas menjauh. Ia tampak kesal namun masih dengan wajah yang tersipu malu. Lucas hanya menatap Senja dengan senyum nakalnya.

Lucas tahu jika saat ini Senja hanya belum siap untuk menghadapi semuanya. Oleh karena itu, Lucas memutuskan untuk membiarkan Senja melakukan apapun yang ia inginkan.

"Bila waktunya tiba, mau tidak mau kau akan menjadi milik ku."

Lucas berdiri menjauh dari ranjang Senja. Ia memilih untuk duduk di kursi yang ada di samping ranjang tersebut.

"Dimana ini?" tanya Senja saat perasaannya sudah kembali normal.

"Rumah ku," balas Lucas ramah.

Senja lalu menyipitkan matanya, alisnya beradu satu sama lain. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja Lucas katakan padanya.

"Tunggu dulu, bagaimana bisa aku berada di rumah mu?"

Lucas hanya mengangkat bahunya acuh, seolah ia juga tidak tahu mengapa Senja ada di sini.

"Hah."

Senja menghela napas panjang dengan sikap kekanakan Lucas. Ia kemudian berdiri dari tidurnya dan menatap sekitar.

"Jangan bilang..."

Perkataan Senja terhenti saat ia melihat pergelangan tangan Lucas yang di balut dengan perban.

"Oh..., ternyata kau yang berpura-pura menjadi pelayan ku."

Lucas hanya tersenyum canggung sambil menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju. Tapi tentu saja Senja tidak percaya dengannya. Ia tahu jika Lucas lah pelaku yang sebenarnya.

"Apa alasan kau melakukan itu?" tanya Senja kembali.

"Tidak ada."

Senja lagi-lagi menghela napasnya dengan jawaban acuh tak acuhnya Lucas. Ia kemudian duduk menghadap Lucas, tepat di depannya.

"Jangan berbohong, katakan sejujurnya!"

"Aku tidak berbohong," balas Lucas sambil mencium kening Senja.

"Aku mengatakan yang sejujurnya," lanjutnya lagi dengan senyum nakalnya.

Senja yang kesal memukul keras tangan Lucas untuk menjauh. Ia kemudian menghapus bekas ciuman Lucas di keningnya dengan kasar. Tidak lupa pula, Senja memelototi Lucas yang saat ini sedang tertawa geli di hadapannya.

"Jangan tertawa, dasar aneh."

"Kucing kecil ku mulai aktif sekarang, bagaimana bisa aku tidak tertawa melihatnya."

"Siapa yang kau sebut kucing?" tanya Senja dengan nada menggeram karena kesal.

Bukannya menjawab, Lucas malah tertawa dengan sikap Senja yang menurutnya sangat lucu.

"Hahaha. Lihatlah, kau menggeram lagi."

"Huh, itu bukan urusanmu. Sekarang jawab aku!"

Mata Senja kembali memelototi Lucas, dan benar saja bukannya menjawab, Lucas malah terus tertawa tanpa henti.

"Ku bilang, jawab aku!" bentak Senja kesal. Wajahnya semakin memerah seiring lamanya tawa Lucas.

"Hahaha..."

Lucas belum pernah tertawa seperti ini sebelumnya. Ia selalu menampakkan sikap perfeksionis setiap saat. Tidak ada tawa ataupun senyum yang berlebihan, ia selalu menapakkan senyum palsunya dengan wajah yang cukup dingin.

Siapa pun yang melihat Lucas saat ini pasti berpikir jika Lucas sudah gila, atau mungkin saja ia tengah kesal setengah mati sampai harus tertawa seperti itu. Mereka bahkan lebih suka melihat Lucas dengan wajah dinginnya dari pada wajah yang penuh dengan senyum seperti itu.

Bukan berarti Lucas tidak baik dalam tersenyum, hanya saja setiap kali Lucas tersenyum, itu pasti ditunjukkan untuk suatu hal yang buruk. Entah itu untuk musuhnya ataupun untuk para bangsawan yang ingin mencari muka terhadapnya.

Apa pun itu, yang pasti setiap bawahan Lucas merasa jika tuannya akan lebih baik tidak tersenyum ataupun tertawa, karena itu bisa mengganggu mental mereka nantinya.

"Sudah puas kah kau tertawa?"

Wajah Senja yang memerah kini terlihat begitu gelap, ia bahkan siap meledak kapan saja jika Lucas kembali tertawa lagi.

"Tidak bisakah kau bersikap serius kali ini saja, hah. Dasar penculik!" Bentak Senja yang membuat Lucas kembali diam.

Namun tentu saja diamnya Lucas tidak membuat wajahnya tenang. Ada senyuman yang tertahan di balik sikap diamnya Lucas. Wajahnya seperti sedang menahan tawa untuk tidak keluar dan meledak saat ini juga.

"Pfftt, aku bisa sakit perut jika begini," gumam Lucas saat mencoba untuk menghilangkan rasa geli di hatinya.

Lucas dengan perlahan mengatur pernapasannya, dimulai dengan tarikan panjang dan hembusan pelan. Hal ini sangat berguna untuk membuat pikirannya kembali jernih dan ia bisa berbicara dengan kekasihnya tanpa harus tertawa lagi.

"Hah," lirih Lucas saat napasnya mulai kembali teratur. Senja yang melihat Lucas seperti itu, hanya bisa menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya.

"Aku tidak menculik mu. Lagi pula bagaimana bisa aku membiarkan kucing ku makan makanan yang kotor."

Sekali lagi, wajah Senja memerah di ikuti dengan tawa pelan yang keluar dari bibir Lucas.

"Lucas...!"

Senja tampak muak dengan percakapannya dengan Lucas. Setiap kali ia berbicara, Lucas selalu mengatakan omong kosong yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Apa yang ingin kau katakan sebenarnya? Jangan mengatakan hal yang ambigu begitu."

Kalau boleh jujur, pikiran Senja mulai kosong. Entah bagaimana, Senja tidak bisa berpikir jernih sejak ia terbangun sampai sekarang.

Mungkin saja itu karena Lucas yang terus tertawa tanpa henti, atau mungkin saja itu karena Senja yang tidak bisa mengatur degup jantungnya yang berdebar tidak karuan. Seperti layaknya permainan arum jeram yang membawa adrenalin Senja terus berpacu setiap saat.

"Apa yang kau makan akhir-akhir ini?"

Seketika nada bicara Lucas berubah menjadi begitu tegas. Wajahnya yang semula tersenyum kini terlihat begitu dingin dan kaku. Entah mengapa saat ini Lucas terlihat sangat marah. Ia seperti siap meledak kapan saja.

"Tidak ada yang spesial."

Senja menjawab dengan gugup, meski ia tidak tahu alasannya mengapa.

" ... "

Lucas menatap Senja dengan tajam, matanya menyipit dengan alis yang saling beradu satu sama lain. Terlihat jelas jika Lucas tidak percaya dengan jawaban kekasihnya itu.

"Uhm, itu..., tidak ada yang aneh dengan makanan ku beberapa hari ini."

Senja kembali berkata saat kekosongan menghampiri mereka. Ruangan itu entah mengapa terasa begitu dingin dan dingin, seperti ada badai salju yang menghantamnya dari dalam.

"Perasaan dingin apa ini?" gumam Senja saat punggungnya merasakan aura dingin yang tajam. Rasanya seperti sedang di interogasi oleh guru BK saat ketahuan cabut dari kelas.

"Lalu, mengapa ada racun di tubuh mu?"

Pertanyaan itu sontak membuat Senja kaget. Ia bingung darimana Lucas tahu jika di dalam tubuhnya terdapat racun. Jelas Senja ingat bahwa ia tidak pernah mengatakan hal ini pada siapa pun, bahkan pada bawahannya sendiri.

"Kau, kau..., jelas ini tidak mungkin," jawab Senja sambil mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Lucas.

"Aku, aku mana mungkin memakan racun," lanjutnya bohong.

" ... "

Lucas yang mendengar kebohongan Senja hanya bisa mengepalkan tinjunya erat. Ia sangat marah saat ini, wajahnya menghitam karena emosi yang sejak tadi ia tahan.

"Katakan padaku siapa dia?" tanya Lucas sambil menarik bahu Senja untuk menghadapnya.

"Katakan padaku!"

Lucas berteriak dengan keras sehingga membuat Senja menutup kedua matanya. Ia jelas bingung dengan reaksi Lucas yang menurutnya sangat aneh.

"Aku bisa mengurusnya sendiri."

Senja berusaha untuk membuka matanya. Ia terlalu takut untuk menatap Lucas. Namun apalah daya, saat matanya terbuka hal pertama yang ia lihat adalah mata Lucas yang terlihat begitu emosional.

Matanya dalam dengan ekspresi dingin yang sedingin kutub Utara. Alisnya tajam dengan sudut yang terukir rapi. Bibir merahnya terlihat tegas dengan sudut yang tertarik ke bawah. Sungguh pemandangan yang indah namun menakutkan bagi siapa pun yang melihatnya.

"Lepaskan aku!" lirih Senja sambil memalingkan wajahnya.

"Aku bisa mengurus urusan ku sendiri," lanjutnya tajam. Lucas menghela napas panjang saat Senja tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Jadi kau memilih untuk diam, hah?"

Lucas kemudian melepaskan pegangannya. Ia memutuskan untuk kembali duduk ke posisi awal, dan terlihat sedang mengatur emosinya agar tidak pecah.

"Sebelum kau ceritakan semuanya, kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini."

Lucas menegaskan setiap kalimatnya saat sebuah perisai mulai menutupi area ranjang. Senja yang kaget berusaha untuk lari. Namun sayang, ia malah terdorong kembali ke belakang saat hendak mencoba kabur.

"Sialan, Lucas."

Lucas menatap Senja yang saat ini sedang memaki dirinya. Ia tahu, ia tidak bisa menghentikan Senja untuk kabur, namun saat ini yang terpenting adalah mencari siapa pelaku yang sebenarnya.

"Lucas, hentikan ini. Aku harus kembali. Lucas!" teriakan Senja sama sekali diabaikan oleh Lucas.

"Aku harus kembali ke Asrama, ini sudah pukul 2 malam. Lucas!" teriak Senja sekali lagi, namun Lucas masih tetap tidak menjawab.

"Kau akan terus berada disini selama kau tetap diam mengenai apa yang kau makan."

Setelah mengatakan itu, Lucas kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Senja yang masih berteriak memanggil namanya di sana.

"Brengsek!" maki Senja, ia terlihat begitu frustasi dengan perilaku Lucas yang tidak bisa ia tebak sama sekali.

"Jika aku keluar dari sini, maka akan ku pukul kau sampai hancur," gumam Senja kesal. Ia memilih untuk duduk di ranjangnya sambil menatap tajam ke arah pintu yang sudah tertutup rapat.

Terpopuler

Comments

Adek Ar

Adek Ar

thor ceritanya bertele²,terlalu bnyk memikir dlm percakapan..

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Baru
2 Pendekatan
3 Pendekatan II
4 peraturan Baru
5 Sandiwara
6 Sandiwara II
7 Rasa yang Aneh
8 Luka dan Ego
9 Luka dan Ego II
10 Luka dan Ego III
11 Kabur
12 Kabur II
13 Kabur III
14 Kecewa
15 Marah
16 Marah II
17 Tipuan
18 Padang Rumput
19 Padang Rumput II
20 Rahasia
21 Perubahan
22 Perubahan II
23 Pesuruh
24 Trik Murahan
25 Kembali
26 Buku Sihir
27 Memantau
28 Korp Penjaga
29 Pelatih Baru
30 Pelatih Baru II
31 Keseimbangan
32 Kumpulan Mana
33 Laporan
34 Monster Lain
35 Monster Lain II
36 Monster Lain III
37 Perubahan Fisik
38 Perubahan Fisik II
39 Curiga
40 Senjata Makan Tuan
41 Teknik Rahasia
42 Taman Bunga Mawar
43 Mayat Hidup
44 Kembali
45 Siapa Kau
46 Meridian
47 Istirahat
48 Kota Baru
49 Rahasia Lain
50 Meridian
51 Meridian II
52 Kekuatan Baru
53 Sahabat
54 Pratikum
55 Casting
56 Teknik Baru
57 Bully
58 Level Up
59 Kendali
60 Informasi
61 Kecurigaan
62 pelatih Baru
63 Elemental
64 Elementalist
65 Ikatan Baru
66 Rutinitas
67 Rutinitas II
68 Teknik Penyembuhan
69 Ujian Tengah Semester
70 Lebih Dekat
71 Halusinasi
72 Penghuni Akademi
73 Metode Ekstrim
74 Target Manipulasi
75 Tenang Sementara
76 Saran
77 Manipulasi Elemen
78 Pecahan Informasi
79 Healing Systems
80 Mencari
81 Sosok Di Balik Angka 46
82 Kunjungan Sahabat
83 Wilayah Tengah
84 Relasi
85 Tangkapan
86 Tertangkap
87 Misi Berburu
88 Desa Awda
89 Strategi Misi
90 Monster Tipuan
91 Ciel Si Penggembala
92 Salah Paham
93 Sandiwara
94 Kecurigaan
95 Kecurigaan II
96 Prasangka
97 Jebakan
98 Jebakan II
99 Rahasia Suara
100 Hipnotis
101 Hipnotis II
102 Eksekusi Rencana
103 Malam Terkutuk
104 Sadar
105 Kembalikan
106 Pengantar Tidur
107 Awal
108 Kebenaran
109 Jebakan
110 Selesai
111 Kejelasan
112 Misi End
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Baru
2
Pendekatan
3
Pendekatan II
4
peraturan Baru
5
Sandiwara
6
Sandiwara II
7
Rasa yang Aneh
8
Luka dan Ego
9
Luka dan Ego II
10
Luka dan Ego III
11
Kabur
12
Kabur II
13
Kabur III
14
Kecewa
15
Marah
16
Marah II
17
Tipuan
18
Padang Rumput
19
Padang Rumput II
20
Rahasia
21
Perubahan
22
Perubahan II
23
Pesuruh
24
Trik Murahan
25
Kembali
26
Buku Sihir
27
Memantau
28
Korp Penjaga
29
Pelatih Baru
30
Pelatih Baru II
31
Keseimbangan
32
Kumpulan Mana
33
Laporan
34
Monster Lain
35
Monster Lain II
36
Monster Lain III
37
Perubahan Fisik
38
Perubahan Fisik II
39
Curiga
40
Senjata Makan Tuan
41
Teknik Rahasia
42
Taman Bunga Mawar
43
Mayat Hidup
44
Kembali
45
Siapa Kau
46
Meridian
47
Istirahat
48
Kota Baru
49
Rahasia Lain
50
Meridian
51
Meridian II
52
Kekuatan Baru
53
Sahabat
54
Pratikum
55
Casting
56
Teknik Baru
57
Bully
58
Level Up
59
Kendali
60
Informasi
61
Kecurigaan
62
pelatih Baru
63
Elemental
64
Elementalist
65
Ikatan Baru
66
Rutinitas
67
Rutinitas II
68
Teknik Penyembuhan
69
Ujian Tengah Semester
70
Lebih Dekat
71
Halusinasi
72
Penghuni Akademi
73
Metode Ekstrim
74
Target Manipulasi
75
Tenang Sementara
76
Saran
77
Manipulasi Elemen
78
Pecahan Informasi
79
Healing Systems
80
Mencari
81
Sosok Di Balik Angka 46
82
Kunjungan Sahabat
83
Wilayah Tengah
84
Relasi
85
Tangkapan
86
Tertangkap
87
Misi Berburu
88
Desa Awda
89
Strategi Misi
90
Monster Tipuan
91
Ciel Si Penggembala
92
Salah Paham
93
Sandiwara
94
Kecurigaan
95
Kecurigaan II
96
Prasangka
97
Jebakan
98
Jebakan II
99
Rahasia Suara
100
Hipnotis
101
Hipnotis II
102
Eksekusi Rencana
103
Malam Terkutuk
104
Sadar
105
Kembalikan
106
Pengantar Tidur
107
Awal
108
Kebenaran
109
Jebakan
110
Selesai
111
Kejelasan
112
Misi End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!