"Kerjasama selalu menghasilkan dua hal yang berbeda, satu diantaranya adalah hasil sedangkan sisanya adalah gagal."
****
"Dian, ada apa ini?" tanya Morreti saat Dian tiba-tiba saja muncul di dalam Guild.
"Dimana Vanilla?" bukannya menjawab, Dian malah bertanya tentang hal lain.
Dennis yang merasa aneh dengan sikap Dian terus bertanya tentang apa yang sedang terjadi, namun lagi-lagi Dian hanya diam sambil berjalan mencari Vanilla.
"Senior, ada apa?"
Kini giliran Hazel yang bertanya, namun Dian hanya mengabaikannya dengan acuh.
"Dimana Vanilla?" tanya Dian kembali pada juniornya itu.
"Uhm itu, dia disana."
Hazel menunjuk ke lantai atas Guild, Dian dengan cepat naik ke lantai atas untuk menemui Vanilla. Sayangnya, Vanilla sedang tidak berada disana. Dian yang panik terus mendobrak setiap ruangan untuk mencarinya.
"Hentikan ini, katakan padaku apa yang sedang terjadi sekarang!" bentak Dennis yang sudah tidak tahan lagi dengan perilaku Dian.
"Hah sial."
Dian menghela napas panjang dengan tarikan yang begitu frustasi. Ia kemudian menceritakan apa yang sedang terjadi padanya dan nona nya saat ini.
"Astaga, bagaimana bisa?"
Dennis tampak kaget dengan raut wajah yang berkeringat. Ia sama sekali tidak pernah menduga akan hal ini sebelumnya.
"Sial, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Dennis kembali saat Dian masih terus saja mencari Vanilla.
"Ya mau bagaimana lagi, satu-satunya cara untuk membawa Nona kembali hanya dengan bantuan."
Bukan hanya Dennis yang panik disini namun Dian juga merasakan dua kali lipat dari kepanikan itu. Waktunya sangat singkat sebelum mereka mengetahui bahwa Dian sudah kabur dari sana.
"Baiklah, aku akan memban..."
"Tidak bisa," potong Dian dengan cepat. Ia tidak ingin mengambil resiko lebih dengan membawa Dennis dalam rencana kali ini.
"Akan bahaya jika mereka tahu bahwa pemimpin Guild ikut campur dalam urusan ini."
Dian mencoba untuk menjelaskan situasinya namun Dennis sama sekali tidak mengerti. Bukankah ia bisa saja menyamar, lalu apa masalahnya.
"Ini bukan urusan menyamar atau tidak. Kita tidak tahu kekuatan mereka seperti apa, lagi pula yang kita datangi ini adalah markasnya."
Dennis hanya bisa menghela napas panjang dengan argumen yang baru saja diberikan Dian. Ia menyuruh Berry dan Sean untuk mencari Vanilla. Mereka harus menemukan Vanilla secepat mungkin.
Sebenarnya keadaan akan lebih mudah jika Lily ataupun Kun ada disini. Mereka akan dengan mudah membantu Senja, namun karena mereka masih berada di Asrama, sehingga itu sangatlah sulit.
Untuk bisa masuk ke dalam asrama, kita membutuhkan teleportasi tingkat tinggi untuk menghilangkan jejak dari kubah raksasa itu, dan jika hal itu gagal, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang sangat berat. Jadi, untuk saat ini kekuatan Vanilla sangatlah penting lebih dari apapun.
Sudah 10 menit mereka mencari Vanilla, namun tidak satupun yang berhasil menemukannya. Saat perasan putus asa datang, Sean baru teringat jika Vanilla sedang berada di rumah pertarungan untuk mengamati pertarungan disana.
"Sial, betapa bodohnya aku."
Sean kemudian pergi menuju rumah pertarungan untuk menemukan Vanilla. Disana ia bertemu dengan Count Servan yang langsung membawanya menuju Vanilla.
"Akhirnya aku menemukan mu juga."
Vanilla tampak bingung karena Sean tidak seperti biasanya. Ia tidak pernah datang menjemput Vanilla meski dirinya tidak kembali dalam jangka waktu yang lama.
"Ada apa ini manusia?" tanya Vanilla penasaran.
"Ikuti aku, ada hal penting yang terjadi."
Sean lalu menarik Vanilla dan membawanya ke Guild dengan cepat. Sesampainya di sana, Vanilla sudah di sambut oleh Dian yang berwajah pucat.
"Kita sudah tidak memiliki banyak waktu," seru Dian sambil menarik lengan Vanilla.
"Ada apa ini Dian?"
Vanilla tampak bingung namun masih menuruti perkataan Dian.
"Nona, Nona dalam masalah."
Mendengar nona nya dalam masalah, Vanilla pun menjadi panik, wajahnya memerah dengan aura biru yang mengambang keluar dari bulunya yang indah.
"Tenangkan dirimu, kita sudah kehabisan waktu sekarang."
Vanilla mencoba untuk menenangkan pikirannya. Ia menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, itu dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama.
"Baiklah, mari kita mulai."
Vanilla kemudian membuat lingkaran sihir yang berbeda dari milik Ristia ataupun Lily. Portal sihir ini memiliki lambang kuno yang mengikat setiap partikelnya.
Selain itu, butuh wadah penghubung yang akan menyambungkan portal ini ke tempat tujuan. Ini seperti sihir Rune yang mengikat namun lebih komplek dari yang terlihat.
Sihir ini akan aktif apabila kedua media sudah terhubung. Oleh karena itu, sihir ini sangatlah jarang digunakan. Selain sifatnya yang komplek, cara membuatnya pun juga rumit. Biasanya para penyihir lebih suka menggunakan sihir teleportasi jenis penghubung satu dimensi dari pada sihir teleportasi Rune yang menghubungkan dua dimensi.
"Sihirnya akan aktif apabila media penghubung disana sudah terbentuk," seru Vanilla saat portal sihirnya sudah hampir selesai.
"Hah, baiklah."
Dian terlihat lega namun tidak sepenuhnya bisa menghilangkan rasa cemasnya terhadap nona nya itu.
****
Kastil Hitam
Senja yang masih mencari tali penghubung linknya akhirnya menemukan titik terang. Meski suaranya terdengar samar, namun Senja bisa memastikan jika itu berhasil.
Senja terlihat puas dengan hasil yang ia dapatkan kali ini. Meski ia membutuhkan mana yang besar untuk bisa menerobos perisai ini, tapi itu sepadan dengan hasil yang ia dapatkan.
"Mari kita mulai."
Senja lalu mendorong kasur di dekatnya menjauh ke tepi. Ia juga menyingkirkan barang-barang yang ada di area tersebut.
"Apa sudah cukup?" tanya Ristia saat ruangan tempat mereka berdiri sudah sepenuhnya kosong.
"Kurasa ini sudah cukup," balas Senja dengan napas yang sedikit melemah.
Senja kemudian mengambil air yang ada di dalam vas bunga. Air itu akan ia gunakan sebagai penghubung antara dirinya dan portal. Setelah semua persiapan sudah selesai, kini saatnya Senja melakukan apa yang sudah ia pelajari dari Prof Edward sebelumnya.
Air yang ada di dalam vas bunga pun terjun ke lantai. Namun bukannya melebar, air itu malah membentuk lingkaran portal yang sangat komplek. Setiap lambang digambarkan dengan sangat teliti dengan mantra sihir yang sebelumnya ia pelajari.
Dengan mantra sihir ini, portal dengan sihir Rune pun terbentuk. Meski tidak besar, namun portal sihir ini sudah cukup untuk memindahkan Senja dari tempat ini.
Setelah portal sihir terbentuk dengan sempurna, cahaya biru muda pun keluar dari setiap lambangnya. Cahaya biru itu kemudian berputar mengelilingi portal dengan huruf-huruf Rune yang mengambang naik setiap kali cahaya biru menyentuhnya.
Akibat dari gerakan itu, ruangan menjadi sangat kacau. Barang-barang yang sudah Senja pindahkan kini berterbangan kesana-kemari tidak beraturan. Tidak hanya itu, dinding-dinding di sekitaran portal mulai pecah dan retak akibat tekanan yang kuat dari energi biru tersebut.
Energi itu terus mencoba untuk masuk, meski terlihat berantakan namun akhirnya energi itu berhasil menembus pembatas. Senja yang melihat itu segera memasuki portal sesuai instruksi yang diberikan oleh Dian sebelumnya.
Ketika ia sudah berada di dalam portal, tubuh Senja tampak lelah dengan udara yang mulai menipis secara signifikan. Meski begitu, ia mencoba untuk tetap sadar dalam keadaan seperti ini.
Senja juga bisa melihat lantai yang ia tapaki mulai retak dan pecah di beberapa titik. Selain itu, barang yang sebelumnya hanya terbang kesana-kemari kini mulai berpusat di satu titik saja.
"Hah."
Senja hanya bisa menghela napas panjang saat melihat seluruh barang yang mulai berantakan satu demi satu. Setelahnya cahaya biru mulai menerjang dirinya, portal sihir pun mulai aktif.
Portal itu mulai membuat tubuh bawah Senja menghilang secara perlahan. Gerakannya begitu cepat, sehingga dalam waktu beberapa detik saja seluruh bagian lain dari tubuh Senja sudah menghilang.
Sebelum sepenuhnya menghilang, Senja sempat merasakan aura tajam yang sedang berlari ke arahnya. Aura itu seakan-akan bisa menembus tembok kamar kapan saja, dan ketika aura itu hendak sampai padanya, energi biru sudah mulai menelan Senja sepenuhnya.
Energi itu membawa Senja pergi seutuhnya dari Kastil Hitam, meninggalkan apapun yang ada di sana. Senja tidak tahu siapa yang sedang berlari gila kearahnya, lagi pula itu sudah tidak penting lagi sekarang.
"Akhirnya aku bebas," gumam Senja saat dirinya sudah benar-benar menghilang dari kastil tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments