Tipuan

“Makanlah.”

Senja memberikan salah satu piring tersebut kepada Arina. Jelas Arina kaget, wajahnya terlihat bingung dengan keringat dingin yang menetes jatuh di pipinya. Mulutnya ternganga kaku tidak tahu harus merespon seperti apa.

Tidak perlu mendengar jawaban Arina, Senja dengan sigap menaruh piring tersebut ke telapak tangannya. Tidak lupa pula senyum hangat dan polos yang terpatri di wajah cantiknya itu, seolah-olah ia menyuruh Arina untuk segera memakannya.

“Makanlah adik, aku sudah susah payah mengupasnya untuk mu,” seru Senja tanpa membuang senyum hangatnya itu. Arina dengan ragu mengambil salah satu buah di dalam piring tersebut sebelum melihat kembali ke arah kakak tirinya.

“Sial”

Arina perlahan menelan saliva nya yang terasa pahit, meski Senja menampakkan senyum ramahnya, namun itu adalah masalah terbesar bagi Arina. Ia mungkin saja bisa menolak untuk memakan buah tersebut namun jika ia melakukan hal itu, maka Senja akan tahu maksud terselubungnya.

Bagaimanapun caranya, Senja tidak boleh tahu rencana yang telah disusun rapi oleh Dira. Rencana untuk membunuhnya secara perlahan dan tidak diketahui oleh siapapun, bisa repot jika salah satu sahabatnya tahu mengenai hal ini.

Itulah alasan mengapa Arina ada disini sekarang, ia bahkan harus merendahkan dirinya dihadapan Senja, terlebih lagi setelah kejadian yang menimpa ibunya beberapa jam yang lalu. Jujur saja ia sangat marah mengenai hal itu, ia bahkan siap membunuh Senja yang saat ini sedang bertingkah bodoh di hadapannya.

“Kalau bukan karena Kira, mungkin wajah itu sudah tidak bisa lagi menunjukkan senyumnya.”

Ini semua terjadi karena Kira yang tidak mampu mendekati Senja selama di Akademi, sehingga membuat Dira memerintahkan Arina untuk mengganti posisinya. Dengan berat hati dan perasaan jijik, Arina pun menyetujui rencana tersebut.

Ia awalnya menolak, namun karena Tasya dan Mari terus memaksa Dira akhirnya Arina pun mengalah. Ia terpaksa melakukan hal ini karena hubungannya dengan Pangeran Kelima memaksanya untuk terjun di dalamnya.

“Ada apa adik? Kenapa kau diam? Apa ada yang salah dengan buah itu? Atau kau…”

“Ti, tidak kakak, tidak ada masalah dengan buah ini. Aku akan memakannya.”

Arina dengan cepat memotong perkataan Senja, ia dengan ragu-ragu memasukkan buah itu ke dalam mulutnya. Meski semua itu tidak terlihat karena ekspresi kaku di wajahnya, namun tangannya yang gemetar sudah cukup membuktikan betapa frustasinya ia saat ini.

“Sial,” maki Arina saat buah itu sudah bersarang di dalam perut mungilnya itu. Ia hanya berharap hal ini tidak akan menimbulkan penyakit atau masalah serius, toh ini cuman sepotong buah saja. Lagi pula jika ada masalah tentang itu, ia tinggal meminta obat penawarnya pada Dira.

Senja hanya tersenyum nakal dengan apa yang ia lihat sekarang, sungguh lucu melihat Arina bersikap seperti anjing penurut saat ia tahu apa yang sedang ia makan saat ini. Hal ini cukup menghibur bagi Senja.

****

“Hahaha”

Senja tidak bisa menahan tawanya setelah berhasil membuat Arina memakan jebakannya sendiri. Sungguh lucu melihat reaksi dari adik tirinya itu. Lagi pula bagaimana bisa seorang gadis dengan harga diri setinggi itu harus berperilaku seperti pelayan hanya untuk mendapatkan apa yang sebenarnya tidak mungkin ia dapatkan.

“Ia mengingatkan ku akan penjilat itu,” gumam Senja sambil mengenang masa lalunya di bumi.

“Aku bahkan tidak menyangka jika Arina bakal menghabiskan semuanya.”

Kejadian sebelumnya sangat menghibur Senja saat Arina dengan bangganya menghabiskan seluruh buah yang ia bawa karena satu kalimat mujarab dari Senja.

“Makanlah semuanya jika kau begitu menyukai nya.”

Dengan kalimat itu Arina pun memakan habis buahnya, ia bahkan tidak menyisakan apapun disana. Meskipun Arina melakukan itu semua tanpa ia sadari. Namun inilah yang disukai Senja dari adik sulungnya itu, ia terlalu polos sampai tidak tahu jika seseorang sedang memanfaatkanya.

Berbeda dengan Bella yang merupakan adik Arina, ia sangat pandai dan licik meski begitu Bella tidak akan pernah mendapatkan apapun yang ia inginkan karena ia sudah tidak lagi memiliki posisi di keluarga ini.

Selir Reliza sengaja menyerahkan Bella pada pamannya agar ia bisa menjadi penerus dari keluarga itu. Hal ini karena pamannya sampai sekarang belum memiliki anak yang bisa dijadikan ahli waris, meskipun gelarnya hanya seorang Baron, namun itu sudah cukup bagi Bella untuk bisa hidup mewah.

“Arina itu polos, namun emosinya yang meluap-luap sangat membahayakan.”

Itu adalah fakta baru yang baru saja didapatkan Senja selama mereka berbicara. Terlihat jelas jika Arina sangat mempercayai apa yang ia lihat dan dengar tanpa mencari tahu kebenaran aslinya, ia juga mudah terpengaruh oleh suasana sehingga memprovokasinya adalah hal yang sangat mudah.

“Aku jadi kasihan padanya,” gumam Senja sambil berdiri dari duduknya. Ini sudah malam dan sudah waktunya bagi Senja untuk melaksanakan rencananya.

Senja lalu berjalan memasuki Paviliunnya sembari menyuruh pelayan untuk membereskan sisa makanan. Ia juga berpesan pada mereka untuk tidak menyiapkan makan malam karena ia sudah kenyang dengan buah yang diberikan adiknya itu.

Para pelayan hanya mengangguk paham dan menuruti perkataan Senja. Setelah semua keadaan aman, Senja kemudian memanggil Eza dan menyuruhnya untuk menyisir kembali area Permaisuri.

“Lakukan dengan benar dan jangan tinggalkan jejak apa pun.”

“Baik Nona.”

Setelah melakukan segala persiapan, kini Senja ingin bersantai sejenak sebelum menghadapi ruang bawah tanah tersebut. Ia perlu memulihkan dirinya sebelum pergi bertempur malam ini.

“Aku akan membersihkan diri ku dan beristirahat dengan baik.”

Senja melirik sekilas ke arah jam dinding kamarnya, disana ia bisa melihat jam yang

menunjukkan pukul 8 malam. Ini belum terlalu larut sehingga ia bisa beristirahat sejenak karena misinya akan dimulai tengah malam nanti.

“Kurasa air hangat memang yang terbaik,” seru Senja saat memasuki kamar mandi miliknya.

Kamar mandi itu tidak besar namun juga tidak bisa di bilang kecil. Perlengkapannya lengkap dengan bathtub dan sower yang biasanya ada di kamar mandi bangsawan, hanya saja luasnya tidak sebanding milik mereka.

Setelah selesai merendam diri di bathtub, Senja memilih untuk menghabiskan sisa waktunya untuk tidur. Ia tidak memiliki cukup waktu tidur apalagi setelah pemburuan dimulai, oleh karena itu saat ini adalah saat yang penting baginya untuk istirahat.

****

“Nona!”

Senja sedikit menggeram saat Eza memanggilnya dengan tiba-tiba. Ia saat ini sedang bersiap untuk berburu, namun bawahannya itu sangat mengganggu sejak tadi.

“Ada apa?” tanya Senja kesal. Ia terlihat tidak sabaran dengan panggilan Eza yang tiba-tiba.

“Duke, Duke sedang berjalan menuju Paviliun Permaisuri.”

“Sial,”

Hanya kata itu yang bisa diucapkan Senja saat ini, ia tidak pernah berpikir jika Duke akan datang di tengah malam begini.

“Padahal masih ada hari esok,” maki Senja kesal, ia tidak tahu hubungan macam apa yang dibina oleh Duke dan Permaisuri, namun melihat reaksinya tadi siang sudah cukup membuktikan jika Duke sangat menghargai Permaisuri.

Namun Senja juga melihat rasa marah dan dendam di dalamnya, itu membuatnya begitu penasaran mengenai hal itu. Mungkin saja Duke sedang menyembunyikan sesuatu di tempat itu sehingga ia tidak menginginkan siapapun untuk mengetahuinya.

“Tapi, apa itu?” tanya Senja bingung.

Lagi pula tidak ada alasan yang jelas antara hubungan Duke dan permaisuri. Senja asli bahkan tidak menuliskan apa pun di dalam buku hariannya.

“Tidak perlu memikirkannya, toh cepat atau lambat aku pasti akan mengetahuinya juga.”

Senja berjalan mendekati balkon kamarnya, ia bisa melihat dengan jelas bayangan Duke yang sedang memasuki area Permaisuri. Senja hanya bisa tertawa secara internal melihat hal itu, ia memberikan senyum khas seorang penjahat untuk menggambarkan sosok ayahnya itu.

Lagi pula Senja juga tidak pernah peduli dengan Duke, ia bahkan tidak pernah menganggap Duke sebagai ayahnya, dan jika bukan untuk hal penting mungkin ia tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi.

“Sudah cukup, waktunya untuk beraksi!”

Senja lalu terjun dari atas balkon kamarnya, ia bahkan tidak peduli dengan jarak yang jauh antara balkon dan tanah yang ia pedulikan hanyalah apa yang akan ia dapatkan kali ini di rumah itu.

Episodes
1 Awal Baru
2 Pendekatan
3 Pendekatan II
4 peraturan Baru
5 Sandiwara
6 Sandiwara II
7 Rasa yang Aneh
8 Luka dan Ego
9 Luka dan Ego II
10 Luka dan Ego III
11 Kabur
12 Kabur II
13 Kabur III
14 Kecewa
15 Marah
16 Marah II
17 Tipuan
18 Padang Rumput
19 Padang Rumput II
20 Rahasia
21 Perubahan
22 Perubahan II
23 Pesuruh
24 Trik Murahan
25 Kembali
26 Buku Sihir
27 Memantau
28 Korp Penjaga
29 Pelatih Baru
30 Pelatih Baru II
31 Keseimbangan
32 Kumpulan Mana
33 Laporan
34 Monster Lain
35 Monster Lain II
36 Monster Lain III
37 Perubahan Fisik
38 Perubahan Fisik II
39 Curiga
40 Senjata Makan Tuan
41 Teknik Rahasia
42 Taman Bunga Mawar
43 Mayat Hidup
44 Kembali
45 Siapa Kau
46 Meridian
47 Istirahat
48 Kota Baru
49 Rahasia Lain
50 Meridian
51 Meridian II
52 Kekuatan Baru
53 Sahabat
54 Pratikum
55 Casting
56 Teknik Baru
57 Bully
58 Level Up
59 Kendali
60 Informasi
61 Kecurigaan
62 pelatih Baru
63 Elemental
64 Elementalist
65 Ikatan Baru
66 Rutinitas
67 Rutinitas II
68 Teknik Penyembuhan
69 Ujian Tengah Semester
70 Lebih Dekat
71 Halusinasi
72 Penghuni Akademi
73 Metode Ekstrim
74 Target Manipulasi
75 Tenang Sementara
76 Saran
77 Manipulasi Elemen
78 Pecahan Informasi
79 Healing Systems
80 Mencari
81 Sosok Di Balik Angka 46
82 Kunjungan Sahabat
83 Wilayah Tengah
84 Relasi
85 Tangkapan
86 Tertangkap
87 Misi Berburu
88 Desa Awda
89 Strategi Misi
90 Monster Tipuan
91 Ciel Si Penggembala
92 Salah Paham
93 Sandiwara
94 Kecurigaan
95 Kecurigaan II
96 Prasangka
97 Jebakan
98 Jebakan II
99 Rahasia Suara
100 Hipnotis
101 Hipnotis II
102 Eksekusi Rencana
103 Malam Terkutuk
104 Sadar
105 Kembalikan
106 Pengantar Tidur
107 Awal
108 Kebenaran
109 Jebakan
110 Selesai
111 Kejelasan
112 Misi End
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Baru
2
Pendekatan
3
Pendekatan II
4
peraturan Baru
5
Sandiwara
6
Sandiwara II
7
Rasa yang Aneh
8
Luka dan Ego
9
Luka dan Ego II
10
Luka dan Ego III
11
Kabur
12
Kabur II
13
Kabur III
14
Kecewa
15
Marah
16
Marah II
17
Tipuan
18
Padang Rumput
19
Padang Rumput II
20
Rahasia
21
Perubahan
22
Perubahan II
23
Pesuruh
24
Trik Murahan
25
Kembali
26
Buku Sihir
27
Memantau
28
Korp Penjaga
29
Pelatih Baru
30
Pelatih Baru II
31
Keseimbangan
32
Kumpulan Mana
33
Laporan
34
Monster Lain
35
Monster Lain II
36
Monster Lain III
37
Perubahan Fisik
38
Perubahan Fisik II
39
Curiga
40
Senjata Makan Tuan
41
Teknik Rahasia
42
Taman Bunga Mawar
43
Mayat Hidup
44
Kembali
45
Siapa Kau
46
Meridian
47
Istirahat
48
Kota Baru
49
Rahasia Lain
50
Meridian
51
Meridian II
52
Kekuatan Baru
53
Sahabat
54
Pratikum
55
Casting
56
Teknik Baru
57
Bully
58
Level Up
59
Kendali
60
Informasi
61
Kecurigaan
62
pelatih Baru
63
Elemental
64
Elementalist
65
Ikatan Baru
66
Rutinitas
67
Rutinitas II
68
Teknik Penyembuhan
69
Ujian Tengah Semester
70
Lebih Dekat
71
Halusinasi
72
Penghuni Akademi
73
Metode Ekstrim
74
Target Manipulasi
75
Tenang Sementara
76
Saran
77
Manipulasi Elemen
78
Pecahan Informasi
79
Healing Systems
80
Mencari
81
Sosok Di Balik Angka 46
82
Kunjungan Sahabat
83
Wilayah Tengah
84
Relasi
85
Tangkapan
86
Tertangkap
87
Misi Berburu
88
Desa Awda
89
Strategi Misi
90
Monster Tipuan
91
Ciel Si Penggembala
92
Salah Paham
93
Sandiwara
94
Kecurigaan
95
Kecurigaan II
96
Prasangka
97
Jebakan
98
Jebakan II
99
Rahasia Suara
100
Hipnotis
101
Hipnotis II
102
Eksekusi Rencana
103
Malam Terkutuk
104
Sadar
105
Kembalikan
106
Pengantar Tidur
107
Awal
108
Kebenaran
109
Jebakan
110
Selesai
111
Kejelasan
112
Misi End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!