"Senyum itu indah tapi adakalanya senyum itu menjadi palsu."
****************#####******************
"Nona." panggil Dian yang tiba-tiba saja muncul dari keramaian.
"Saya sudah lama menunggu anda," lanjutnya sambil memegang pergelangan tangan Senja dan menariknya menjauh dari kerumunan.
Senja merasa bingung, ia bahkan tidak sempat mengatakan apapun sejak tangannya ditarik oleh Dian. Selain itu, Senja berpikir seharusnya Dian menunggunya di kafe bukan di tengah kerumunan seperti ini.
Senja sangat tahu kepribadian bawahannya itu. Ia tahu jika Dian paling tidak suka menunggu di keramaian, karena hal itu sangat merepotkan baginya. Senja juga tahu jika Dian tidak pernah bersikap tidak sopan seperti ini.
Meski Dian sering membantahnya, ia tahu jika Dian tidak akan pernah menariknya seperti ini. Jadi, siapakah wanita yang sedang menariknya saat ini.
Pikiran Senja pun menjadi kacau, ini sudah tengah malam dan sejauh ini belum ada seorang pun yang tahu keberadaanya, dan jika pun ia ketahuan keluar dari Akademik, pastinya Kun ataupun Lily sudah menghubunginya sejak awal.
"Siapa kau?" tanya Senja sambil menghentikan langkahnya. Dian hanya tersenyum dan tidak menjawab apa-apa. Ia lalu kembali menarik Senja menjauh dari Plaza Kota.
"Aku tanya siapa kau?"
Kali ini Senja mengeluarkan sedikit energi mananya. Ia sengaja melakukan itu agar Dian menghentikan langkahnya. Namun sayang, bukannya berhenti Dian malah tertawa kecil dan semakin menarik Senja menjauh dari kerumunan.
Senja yang kesal lantas menarik kembali tangannya. Ia mencoba melepaskan diri dari genggaman Dian atau siapapun itu. Tapi sayang, perjuangan Senja sia-sia karena pegangan Dian semakin kencang dan kuat.
"Brengsek, siapa bajingan sialan ini sebenarnya?"
Senja mencoba untuk terus melawan namun tenaganya tidak cukup kuat untuk bisa menjatuhkan Dian.
Anehnya, semakin Senja melawan semakin pundak Dian bergetar dengan hebat. Itu bukan karena Dian merasakan sakit, namun ia hanya merasa geli dengan serangan yang sama sekali tidak mempan padanya.
Senja menghela napas panjang dengan reaksi aneh Dian. Ia mengutuk Dian dengan makian yang biasa ia lakukan. Ia bahkan menyuruh Ristia untuk membakar tangan Dian yang sedang menggenggam tangannya tersebut.
Saat Ristia hendak membakar tangan Dian, tangan itu malah terlepas dengan sengaja. Ia melakukannya dengan begitu cepat sehingga Senja ataupun Ristia tidak sempat merespon balik.
Tangan yang seharusnya terbakar adalah tangan Dian, namun yang terjadi malah sebaliknya. Tanpa disadari, tangan yang terbakar adalah milik Senja. Ia menjerit dengan keras saat tangannya memanas seperti kayu bakar.
"Arg..., kurang ngajar!"
Ristia yang kaget mencoba untuk mendinginkan pergelangan tangan Senja, namun rasa sakit karena kulitnya terbakar tidak bisa diobati oleh kekuatan Ristia.
"Apa kau menggunakan seluruh kekuatan mu untuk membakar ini?" tanya Senja dengan ekspresi wajah kesal.
"Uhm, ah itu. Itu...."
"Sial!" potong Senja sebelum Ristia sempat menjelaskan situasinya.
"Kemana perginya manusia sialan itu?"
Senja kembali bertanya saat ia tidak mendapati Dian di hadapannya. Anehnya, bukan hanya Dian yang tidak ada disana, tapi seluruh warga di Plaza juga menghilang.
"Dimana ini?" lanjut Senja kembali saat ia sadar bahwa hanya dirinya seorang yang berada di tempat itu.
"Tempat apa ini?" Senja masih terus bertanya ketika ia sama sekali tidak familiar dengan tempat yang ia tinggali saat ini.
Senja merasa bahwa ia hanya pergi tidak jauh dari Plaza, tapi tempat ini tampaknya berada sangat jauh dari Plaza ataupun ibu kota. Jujur saja Senja belum pernah mendatangi lokasi ini apalagi mendengarnya.
Ia tidak pernah mendengar dari siapapun jika ada tempat seperti ini di Kerajaan Green. Tempat yang tenang dan jauh dari keramaian. Tempat ini adalah tempat yang sangat sesuai untuk menenangkan pikiran ataupun sekedar berpiknik ria.
"Tempat yang indah namun juga sedikit mencurigakan," gumam Senja saat ia berjalan-jalan mengelilingi tempat tersebut.
Dari sisi barat dan selatan area ini diisi oleh pohon bambu yang menjulang tinggi. Mungkin saja bambu tersebut telah hidup begitu lama dan umurnya sudah sangat tua.
Selain itu, di sisi lainnya terdapat sungai yang mengalir pelan dengan ikan Koi di dalamnya. Serta jembatan penghubung di atas sungai yang menghubungkan Senja dengan taman Lily di depannya.
"Tempat ini seperti surga, tapi..."
Senja jadi berpikir negatif tentang hal ini. Ia berpikir tidak mungkin ada surga di tempat yang sekacau ini, apalagi lokasinya tidak jauh dari pusat kota.
"Jika pun ada, mengapa tidak banyak orang yang mengetahuinya?"
Senja kemudian berpikir tentang restauran yang memiliki ruangan rahasia di Kerajaan El-Aufi. Restauran itu adalah restauran yang ia datangi bersama Kaira.
Dan itu sudah jelas jika restauran itu adalah milik Kerajaan, karena Kaira sendiri adalah seorang mantan Putri mahkota. Sehingga ia bisa dengan leluasa datang dan pergi ke tempat tersebut.
"Apa aku sedang berimajinasi?"
Senja kembali bertanya pada dirinya sendiri, namun jika memang benar ia berimajinasi, lalu kenapa rasa sakit akibat luka bakar terasa begitu nyata.
"Oh, apakah mungkin ini...!!?"
Senja kembali berpikir tentang Dian yang menghilang begitu saja. Ia juga tidak bisa menemukan jejak Dian dimana pun di tempat ini.
Rasanya sangat aneh, Dian seperti hilang di telan bumi. Bahkan energi mana miliknya menghilang begitu saja. Jelas sekali jika ini adalah ilusi dan jika memang itu benar, maka Senja harus keluar dari tempat ini secepatnya.
****
Satu Jam Sebelumnya ketika Dian sedang mencari tempat untuk nona nya, ia dikagetkan oleh keberadaan seorang pria misterius. Pria itu awalnya hanya memperhatikan Dian dari jauh, jadi Dian tidak mau ambil pusing dengan pria aneh tersebut.
Namun lama-kelamaan kelakuan pria misterius itu semakin aneh. Ia terus saja membututi Dian kemana pun ia pergi. Dian sendiri awal biasa saja sampai akhirnya menjadi panik dan kesal. Ia kesal karena pria itu terus menatapnya, dan ia takut karena pria itu terus mengawasi gerak-geriknya.
"Apa dia utusan dari Akademik?" tanya Dian saat ia hendak berjalan memasuki kafe.
"Jika iya, maka..."
Dengan cepat Dian masuk ke dalam dapur kafe tersebut dan melarikan diri melalui pintu belakang. Sayangnya, pria itu berhasil membututi Dian, bahkan menyamai kecepatannya.
Dian merasa terancam, bukan karena ia tidak bisa melawan, melainkan ia takut dengan keadaan nona nya yang masih berada di toko Sun Flores.
"Aku harus mengabari Nona terlebih dahulu."
Dian lalu berbalik arah, ia mengambil langkah besar untuk berputar dan kembali ke Plaza kota. Namun saat ia hendak berbalik, pria misterius itu sudah berada tepat di sampingnya.
Dian yang kaget lantas terjatuh, ia dengan sigap berdiri kemudian menyerang pria misterius tersebut. Dian menyerang dengan kasar dan menargetkan titik vital pria itu.
Namun semua serangan Dian bisa di hadapi oleh pria itu. Meski ia tampak kewalahan, namun akhirnya Dian berhasil di taklukan olehnya.
Dian yang terkunci kemudian memaksakan link dengan White. Namun sayang, saat White hendak pergi dari kantong pakaian Dian, White tertangkap oleh hewan magic milik si pria misterius tersebut.
Dian kemudian di ikat, mulutnya ditutupi dengan kain. Dian yang tidak terima mencoba untuk memberontak, namun lagi-lagi dirinya hanya mendapatkan kekalahan.
Pria itu lalu mengangkat Dian dan menaruhnya ke atas bahu. Dian merasa seperti kantong beras yang diangkut oleh pedagang kelontong. Dian mencoba untuk berteriak, namun yang terdengar darinya hanyalah suara angin.
"Sialan!" maki Dian saat pria itu hendak memasuki portal sihir. Dian tidak tahu kemana pria misterius itu akan membawanya, namun yang pasti, kondisinya saat ini sedang tidak menguntungkan.
"Nona, aku harap kau baik-baik saja," lirih Dian saat portal sihir mulai aktif dan tubuhnya mulai menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments