Dunia seolah milik mereka berdua. Tak ada makhluk lain yang berpijak di sekitar mereka. Meskipun jalanan tampak begitu ramai. Pandangannya saling beradu. Senyum indah merekah sempurna di wajah keduanya. Binar kebahagiaan terpancar dari bola mata keduanya.
Gandhi memasukkan tangannya di saku celana. Ia bersandar pada pintu mobil Chaca tepat di samping gadis itu sambil menyilangkan salah satu kakinya.
"Hei, bengong aja." Gandhi menyenggol bahu Chaca, menyadarkan dari lamunannya.
Chaca pun tersentak. Ia menunduk malu sambil menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
"Ternyata aku enggak salah lihat. Kamu beneran Kakak penjual brownis waktu itu?" ujarnya menatap Gandhi menilik penampilan pria itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Gandhi mengernyitkan keningnya, "Kenapa ragu?"
"Ya soalnya sekarang udah kaya Om-Om sih penampilannya," celetuk Chaca menjawil lengan Gandhi.
Seketika kedua mata Gandhi membelalak, "What? Om-om?!" pekiknya menggelengkan kepala. Tak habis pikir jika ia disamakan dengan Om-om.
"Iya, lebih macho, makin emmm ... mempesona gitu," lanjut Chaca masih tersenyum cantik hingga kedua matanya menyipit.
"Bisa aja kamu!" Gandhi mengacak rambut Chaca, ia pun ikut menarik kedua sudut bibirnya. Tawa Chaca menular.
"Lo mau ke mana, Om? Enggak bawa kendaraan 'kan? Gue anter ya," cerocos Chaca sambil celingukan mencari kendaraan Gandhi.
"Enggak ada, Cha. Aku mau pulang. Tadi sih naik bus. Pas liat kamu langsung turun deh. Eh bukan, lebih tepatnya liat gelang ini," gumam Gandhi memegang lengan Chaca. Matanya mengarah pada rajutan benang berwarna hitam di sana.
Mereka saling berhadapan, jarak keduanya pun semakin dekat. Hembusan napas mereka menerpa kulit masing-masing. Membuat detak jantung keduanya berpacu dengan kuat.
Hingga, suara klakson sebuah kontainer menggema, mengagetkan mereka berdua. Keduanya jadi salah tingkah. Gandhi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah, ayo gue anter," tawar Chaca membukakan pintu mobil sportnya.
Pria itu terhenyak, terbesit keraguan di benaknya. Apalagi penampilan Chaca saat ini menyakitkan mata. Ia hanya mengenakan tanktop dengan bawahan rok mini. Apa kata bunda dan adik-adiknya nanti?
"Emm ... kayaknya enggak usah deh, Cha. Lain kali aja ya," tolak Gandhi secara halus. Ia takut gadis itu tersinggung.
"Yah? Kenapa gitu, Om?" Tampak raut wajah kecewanya.
Gandhi merasa tidak enak. Akhirnya ia pun terpaksa mengiyakan ajakan gadis itu. Sepanjang jalan, Gandhi terus menghela napas beratnya. Ia memalingkan pandangan ke arah jendela. Sesekali melirik paha mulus Chaca yang tereksplore di matanya. Walaupun beristigfar dalam hati dan menegang setelahnya.
Mereka tidak saling bertukar suara. Hening, hanya suara musik DJ dari tape mobil Chaca yang mendominasi. Gadis itu bahkan menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang terdengar.
'Banyak sekali perubahannya. Padahal dulu gadis ini sangat imut dan sepertinya anak baik-baik,' batin Gandhi memperhatikan Chaca melalui ekor matanya.
Setelah melalui beberapa kali tikungan dan lampu merah sesuai arahan Gandhi, kini mereka telah sampai di pelataran luas milik bunda.
"Woaaah, lo tinggal di sini, Om?" tanya Chaca berbinar menatap sekeliling.
Ia takjub dengan bangunan rumah kuno dengan halaman yang luas dipenuhi banyak bunga. Suasananya sangat nyaman dan sejuk tentunya.
"I ... iya," sahutnya ragu-ragu. Ia bingung bagaimana mencegah Chaca agar tidak masuk ke panti dengan kondisi seperti itu.
"Yaudah tunggu apa lagi. Ayo kita turun," ujar Chaca bersemangat melepas seatbelt yang memebelit tubuhnya.
"Tap ... tapi ...."
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Nurlela Nurlela
Kalo usia Gandhi tamat SMA 18 thn + 5 thn masa kerja (4 thn sbg CS & 1 thn sbg manager), usia Gandhi skrg 23 thn Dan beda usia dgn chaca 8 thn lbh (spt yg diceritakan Di episode2 sebelumnya) jadi usia chaca ya sekitar 15 thn, apakah udah bisa memiliki SIM?🤔
2024-08-30
0
Irfa Idiani
🙄
2022-08-26
0
Mas Jebleng
yes
2022-04-27
0