Bab ini telah direvisi ....
Berbanding terbalik dengan Gandhi, ia tengah menikmati makan malam bersama keluarga besarnya di panti. Kehangatan sangat terasa di sana. Meski hanya dengan lauk seadanya, mereka sangat bersyukur.
Setelah makan malam, anak-anak panti akan belajar. Gandhi sebagai anak tertua mengajari adik-adiknya terlebih dahulu, barulah ia belajar sendiri.
"Gandhi," panggil Bunda membuka pintu kamar.
"Iya, Bun." Lelaki itu menghentikan aktivitas belajarnya. Duduk di samping sang bunda.
Ia langsung merebahkan kepalanya di pangkuan bunda. Tangan bunda refleks membelai kepala Gandhi dengan lembut. Mata Gandhi bahkan terpejam saking lembutnya.
"Kamu pasti capek ya? Gimana tadi kerjanya?"
"Ya gitu, Bun. Karena masih uji coba enggak disuruh yang susah-susah kok. Cuma ayak pasir," cerita Gandhi tersenyum lebar.
"Wah nanti lengan anak bunda bisa berotot dong. Itung-itung fitness ya, Nak," ucap sang Bunda memberi semangat.
Gandhi membuka kedua matanya, pandangannya langsung menangkap air mata bunda yang siap menetes. Lelaki itu tak kuasa jika melihat bundanya menangis.
Segera Gandhi beranjak duduk, memeluk tubuh renta wanita yang merawatnya sedari bayi itu. "Bunda jangan sedih, Gandhi seneng kok jalaninya. Nanti kalau Gandhi gajian, separuh buat Bunda.
Wanita itu menggeleng cepat, "Tidak, Nak. Simpanlah uang itu untuk biaya kuliahmu nanti. Perjalananmu masih panjang, Bunda mau anak-anak Bunda semuanya sukses. Semangat ya, Sayang." Bunda Hanin menyentuh kedua bahu Gandhi.
"Doain Gandhi ya, Bun. Gandhi sayang sama Bunda," ucapnya menyandarkan kepala dengan nyaman.
"Bunda lebih sayang sama kamu. Yaudah sana lanjutin belajarnya, jangan tidur malam-malam ya," pesan Bunda menangkup kedua pipi putranya itu.
Kemudian Bunda beranjak keluar kamar, memberikan ruang dan waktu pada Gandhi untuk belajar. Remaja itu sungguh tak kenal lelah. Ia justru merasa tertantang dan semakin bersemangat.
Tiba-tiba, seklebat bayangan gadis yang mengenakan seragam merah putih terngiang di benaknya. Wajah imut, polos dan cantik membuatnya terus mengulum senyum membayangkannya.
"Aku bahkan tidak tahu namanya, dan dia juga panggil aku kakak perjual brownis. Hahaha! Ada-ada saja," gumam Gandhi berbicara sendiri.
"Apa kita akan ketemu lagi ya? Ah, semoga aja."
Segera ia tersadar dari lamunan dan kembali belajar. Hari-hari pun dilalui Gandhi penuh kerja keras. Dua minggu liburan semester ia gunakan untuk bekerja full di proyek bangunan.
Saat sekolah kembali masuk, Gandhi mengatakan ingin tetap bekerja di hari sabtu dan minggu, hari libur sekolahnya. Beruntung mandornya pengertian, melihat semangat Gandhi akhirnya mau menerima remaja itu.
Sejak pertemuan terakhirnya dengan Chaca, Gandhi tak lagi bertemu dengan gadis kecil yang selalu memenuhi pikirannya itu. Meski tak berani memimpikan apa pun, ia hanya berharap suatu saat nanti akan dipertemukan lagi saat ia sudah sukses suatu hari nanti.
Hingga, hari kelulusan pun tiba. Meski tidak mendapat peringkat terbaik, namun nilai hasil ujian Gandhi tidak mengecewakan. Saat ini adalah pengambilan hasil pengumuman. Semua murid datang bersama walinya. Gandhi tentu saja datang bersama sang bunda.
"Bunda, maaf ya. Gandhi enggak bisa mendapat peringkat terbaik," ucap Gandhi setelah menyerahkan hasil ujiannya.
"Tidak apa-apa, Nak. Peringkat 10 besar saja Bunda sudah sangat bersyukur. Bunda bangga sama kamu. Kamu bisa membagi waktu dengan baik. Bekerja, sekolah, kamu anak yang hebat di mata Bunda." Bunda Hanin menyentuh kedua tangan Gandhi, menyalurkan semangat untuknya.
"Ayo kita makan enak. Kita rayakan kelulusan kamu. Belanja ke pasar yuk," ajak Bunda dengan semangat setelah acara selesai.
"Siap, Bunda!"
Keduanya bergegas ke pasar naik mini bus untuk berbelanja. Lalu dilanjutkan memasak bersama adik-adiknya di panti. Dan makan malam besar dengan aneka lauk pun menjadi kebahagiaan semua penghuni panti.
'Bunda, doakan Gandhi agar bisa sukses. Bisa membahagiakan Bunda dan adik-adik. Setelah mendapat ijazah nanti, aku akan mulai mencari pekerjaan yang lebih baik,' tekad Gandhi dalam hati sambil menatap seluruh anggota keluarga besarnya.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Irfa Idiani
🤗
2022-08-26
0
Rinjani
ooo Caca kemanaa
2022-08-07
0
En Dik
ceritanya ky di kehidupan sehari-hari... alurnya sangat apik dan mengalir apa adanya... terimakasih Thor
2022-08-04
1