Wajah Chaca menegang. Mulutnya pun terbuka dengan keterkejutannya. Ia menurunkan kedua kakinya hingga menyentuh tanah dan menghentikan ayunannya.
Gandhi menautkan kedua alisnya. Bingung dengan perubahan Chaca yang tiba-tiba. Gadis itu mendongak, menatap Gandhi yang berdiri di belakangnya.
"Abraham Group?" ulang Chaca memastikan.
"Heem, kenapa?" tanya Gandhi balik.
"Ah, eng ... enggak kenapa-napa kok." Chaca kembali menatap lurus ke depan. Menyembunyikan wajah terkejutnya. "Om, pasti seneng banget ya punya banyak adik," ucap Chaca mengalihkan pembicaraan.
"Iya. Dulu awalnya aku sama Santi aja. Terus lama kelamaan Bunda sering nemuin anak-anak terlantar dan ada yang sengaja diletakkin di teras rumah ini. Mungkin orang itu tahu kalau Bunda sering merawat anak-anak terlantar," papar Gandhi membuat Chaca membulatkan kedua bola matanya.
Gadis itu menghentikan ayunannya. Memutar tubuh menghadap ke Gandhi. Ia sedikit mendongak. "Jadi mereka semua bukan anak kandung Bunda?" tanya Chaca tak percaya.
"Semuanya," sahut Gandhi singkat.
Chaca mengerutkan dahi, "Semuanya? Termasuk Om sama si siapa tadi. Santi?" sambung Chaca dengan tatapan serius.
"Tentu saja. Beliau memang bukan ibu kandung kami. Tapi kasih sayangnya bahkan melebihi ibu kandung. Bunda selalu berjuang untuk semua anak-anaknya. Mencurahkan seluruh kasih sayangnya," jelas Gandhi tersenyum mengingat Bunda yang selalu memanjakannya.
Chaca terdiam, dalam hatinya ia sungguh salut dengan bunda. Teringat tadi betapa takutnya bunda saat dijambret, bahkan ingin cepat-cepat pulang karena khawatir dengan anak-anak yang bukan lahir dari rahimnya.
Berbanding terbalik dengan dirinya. Anak tunggal, diabaikan kedua orang tua, tidak dipedulikan, hanya dikucuri uang, uang dan uang saja.
Tidak semua kebahagiaan dapat dibeli dengan uang~Chaca.
Air matanya terus memberontak. Padahal ia sudah berusaha keras menahannya. Tapi gagal. Gandhi yang melihatnya menjadi panik. Ia berjongkok di depan Chaca, menyentuh kedua tangannya.
"Kamu kenapa?" tanya Gandhi lembut. Jemarinya mengulur menyeka air mata yang terus mengalir itu.
Diperlakukan selembut itu, Chaca justru semakin menangis. Kedua orang tuanya saja tidak pernah memperlakukannya seperti itu.
Gandhi berdiri, ia khawatir dengan gadis itu. Dibenamkannya kepala Chaca di dadanya sambil membelai lembut rambut panjangnya. Kedua lengan Chaca melingkar erat di punggung Gandhi.
Meski tidak mengerti, Gandhi mencoba memberinya waktu agar tenang terlebih dahulu. Tak peduli kemejanya basah karena air mata Chaca.
****
Menjelang sore, Chaca sudah bisa menghentikan tangisnya. Masih terdengar isakan kecil dari Chaca.
"Mau cerita? Kalau enggak mau juga enggak apa-apa. Tapi aku maksa," ucap Gandhi menyelipkan rambut Chaca ke belakang telinga.
"Gimana sih. Katanya enggak mau enggak apa-apa. Kok maksa?" Senyum Chaca mengembang sampai kedua matanya menyipit.
"Nah gitu 'kan cantik. Oiya, kamu kok bisa masuk ke sini sih? Bisa akrab gitu sama Bunda? Jangan-jangan kamu maksa menerobos pintu ya? Atau kamu masuk lewat pintu doraemon?" celoteh Gandhi disertai canda.
Dan itu berhasil membuat tawa Chaca semakin merekah. Lelucon garing, tapi cukup membuat seorang Chaca tertawa. Di balik keceriaannya selama ini tersimpan duka dan luka mendalam.
"Tadi Bunda dijambret, kebetulan gue lewat. Gue hajar dong nih pipi gue kena tampol juga tadi," tunjuk Chaca pada pipinya.
Gandhi terbelalak. Awalnya dia tidak percaya dengan cerita Chaca. Namun pipinya benar terdapat memar yang ia kira adalah blush on.
Tangannya menyentuh pipi Chaca yang sedikit membengkak. Matanya menelisik. Lalu ditarik lengannya masuk kembali ke rumah.
"Kenapa enggak dikompres dulu tadi? Atau kasih salep kek. Kan jadi bengkak gini. Aku pikir ini tadi blush on," cetus Gandhi mengomelinya.
Chaca justru tersenyum mendengar omelan Gandhi. Membuat pria itu mendengus kesal.
"Kenapa malah ketawa? Enggak ada yang lucu tau nggak?" seru Gandhi mendelik tajam membuat Chaca kembali terdiam. "Udah tahu luka malah dibiarin, nggak diobatin," gerutu Gandhi lagi.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
BWs___
wehh author gak nyambung sama judul nya bingung,tapi minimal ganti juga lah yah judul nya?😭masih penasaran ku baca sampe akhir ya thor
2023-01-23
0
Irfa Idiani
Gahndi tau blush on 🤭
2022-08-26
0
Ida Rubaedah
gangi penuh perhatian wah wahhh..
2022-08-15
1