Bab ini telah direvisi....
Hari ini adalah hari kelulusan Chaca dari sekolah dasar. Karena kecerdasannya, ia bisa lulus 2 tahun lebih cepat. Chaca mengikuti jalur akselerasi. Kedatangan kedua orang tuanya begitu diharapkan. Namun sampai namanya dipanggil naik ke atas panggung pun, mereka masih tak nampak.
Chaca berdiri dari tempat duduknya, pandangannya mengedar, kecewa sungguh hatinya. Bahkan di hari sepenting ini mereka tak mau meluangkan waktu.
"Chatrine Salsabila! Silahkan naik ke atas podium untuk menerima penghargaan," teriak sang pembawa acara lagi.
Bi Ratih yang mendampinginya kini menggenggam jemari Chaca, menganggukkan kepala kala mereka saling menatap.
"Ayo, Non." Bi Ratih memberinya kekuatan pada gadis kecil itu.
Ia berjalan menunduk, padahal saat ini Chaca meraih juara pertama di angkatan kelulusannya. Namun itu tak membuatnya bahagia karena baginya, orang yang ingin ditunjukkan prestasinya tidak hadir di sana. Ya, orang tuanya sibuk dengan karir masing-masing.
Diberikan piagam penghargaan, piala, buket bunga dan hadiah uang tunai atas prestasinya. Air matanya terus menetes, kedua tangannya tidak bisa menghapusnya.
"Chatrine, silahkan untuk mengucapkan satu atau dua patah kata," ucap MC menyodorkan mic di depan mulutnya.
Bibirnya bergetar, menelan saliva berkali-kali, lalu sedikit terbuka, "Terima kasih." Kembali tangisannya pecah. Tak mampu melanjutkan ucapannya.
"Oh sepertinya Chatrine benar-benar terharu ya. Baiklah sekali lagi tepuk tangan yang meriah untuk juara kita kali ini, selamat ya Chatrine, silahkan kembali ke tempat," ujar MC itu lagi.
Chaca berlari, namun bukan kembali ke tempat duduknya. Ia terus berlari dengan deraian air mata menuju pintu keluar.
Bi Ratih yang menyadari segera mengejarnya. Chaca tak peduli semua mata memandangnya. Ia terus berlari dengan segala hadiah di pelukannya.
"Mang, bukain pintu!" pekik Chaca membuat Mang Maman terkejut.
"I--iya, Neng!" Sahut Mang Maman bingung. Namun ia segera membukakan pintu pada nona kecilnya itu.
Segera Chaca menghempaskan tubuh mungilnya di sana. Masih mengenakan jubah kelulusan, masih disertai air mata yang terus mengalir.
Bi Ratih ngos-ngosan, bergegas duduk di samping Chaca. Mang Maman menoleh ke belakang sejenak, dengan wajah dipenuhi kebingungan.
"Ke kantor Daddy, Mang. Atau ke pabrik Mommy. Dua duanya juga boleh," pinta Chaca dengan suara parau.
"Baik, Neng," sahut Mang Maman menginjak pedal gas yang sudah siap jalan dari tadi.
"Non." Bi Ratih menyentuh bahu Chaca yang masih bergetar.
"Chaca enggak apa-apa, Nanny," sahut Chaca menoleh sejenak. Namun kembali pandangannya lurus ke depan.
Hening, hanya deru suara mesin mobil yang mendominasi selama perjalanan mereka. Hingga sampailah mobil di parkiran pabrik Mama Alice.
Chaca bergegas turun dari mobil, ia berlari menuju pintu gerbang yang menjulang tinggi pada bangunan yang luas itu. Air matanya telah mengering. Tingginya yang hanya setengah dari tinggi pintu gerbang membuatnya berteriak memanggil satpam.
"Tolong buka!" lolong Chaca dengan suara melengking.
Satpam yang bertugas pun mengintip dari balik jendela. Pandangannya menunduk, bertemu dengan manik Chaca yang tengan menengadah ke atas. "Bukain, Pak," pekik Chaca lagi.
Satpam itu mengernyitkan dahinya. Lalu melongokkan kepala dari jendela. "Adek, di sini bukan tempat untuk main-main," ucap satpam itu.
"Aku ke sini bukan mau main. Aku mau ketemu Mommy, Pak. Bukain pintunya," mohon Chaca memelas.
Tak berapa lama, Bi Ratih berjalan kepayahan hingga bisa berdiri di samping Chaca. "Non, ayo kita pulang saja," ajak Bi Ratih menyentuh bahunya.
"Enggak mau Nanny, aku mau ketemu Mommy," sergah Chaca ingin menangis.
"Pak, anak ini adalah putri Ibu Alice. Bisakah kami menemuinya?" tanya Bi Ratih pelan mengejutkan satpam tersebut.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
nobita
udh 2 kali baca tapi tetap suka.... apik banget
2024-07-22
0
acih aja
aq mau menikmati alur revisi nya , no komen 😁
2023-08-06
0
Irfa Idiani
🥺
2022-08-26
0