Gandhi meraih lengan Chaca yang hendak keluar dari mobil. Gadis itu terduduk kembali, menoleh sambil mengerutkan keningnya.
"Lain kali aja ya, udah menjelang magrib. Enggak enak sama Bunda," ucap Gandhi was-was. Takut Chaca salah paham. Di satu sisi, ia juga takut dengan bunda melihatnya pulang bersama seorang wanita. Apalagi penampilannya seperti itu.
"Baiklah, next time gue mampir ya. Enggak nerima penolakan," ucap Chaca kembali memasang seatbeltnya.
Gandhi mendesah lega, "Oke. Makasih ya, hati-hati," sahut Gandhi keluar dari mobil. Ia melambaikan tangan sampai mobil Chaca tak terlihat.
Sewaktu membuka pintu, ia terlonjak, matanya membulat dengan sempurna, mulutnya pun terbuka. Bunda sudah berdiri di hadapannya sambil bersedekap.
"Siapa itu? Kenapa enggak diajak mampir?" tanyanya menyelidik.
"I ... itu, anu, Bun." Gandhi menjawabnya dengan terbata-bata, sesekali membasahi bibirnya yang kering. Wajahnya nampak panik.
Sedangkan bunda masih menatapnya menyelidik. Menaikkan satu alisnya menunggu jawaban dari Gandhi.
"Temen Gandhi, Bun. Tadi enggak sengaja ketemu dianterin pulang, dia buru-buru katanya," ucap Gandhi tak berani menatap sang bunda.
"Yaudah cepet masuk, mandi terus kita sholat jamaah," ajak Bunda melingkarkan lengannya di tangan Gandhi.
Dengusan napas lega terdengar dari hidung dan mulut Gandhi. Ia segera melakukan apa yang diperintahkan bundanya.
Keesokan paginya ....
Gandhi buru-buru berangkat ke kantor. Bersamaan dengan Bunda yang repot membawa sayur dan buah-buahan hasil panen kemarin dijual ke pasar. Mereka naik mini bus, yang kalau pagi jangan ditanya ramainya seperti apa.
Gandhi merasa tak tega melihat sang bunda harus kesulitan dengan barang-barang dan harus berhimpitan dengan penumpang lain. Untung lokasi mereka searah. Jadi Gandhi bisa membantu mengantar Bunda terlebih dahulu.
"Udah kamu langsung aja, Gan. Nanti telat ke kantornya," ucap sang Bunda setelah Gandhi menurunkan barang-barang Bunda.
Gandhi melirik jam di lengannya. Benar, ia harus segera berangkat agar tidak terlambat. Ia pun berpikir cepat sambil menggedarkan pandangan.
Langkahnya mendekati dua orang kuli panggul, meminta keduanya untuk mengangkatkan barang-barang Bunda sampai di lapak-lapak yang akan dikunjunginya.
Tak lupa memberikan 2 lembar seratus ribuan sebagai upahnya. Ia kembali menghampiri Bunda.
"Bun, Gandhi berangkat dulu. Nanti biar diangkatin sama 2 bapak itu. Udah Gandhi kasih upahnya. Bunda tinggal tunjukin aja tempat-tempatnya. Gandhi berangkat ya, Bun," ucapnya berpamitan mencium tangan sang bunda lalu kembali naik mini bus yang dihentikannya.
"Hati-hati, Nak!" pekik Bunda.
Gandhi membalikkan badan, lalu mengurai senyum sambil melambaikan tangannya.
*****
Siang yang terik, Bunda Hanin telah selesai dengan semua penjualannya. Wajahnya berseri karena buah dan sayur yang dibawanya habis tak bersisa. Ia memang sudah punya penjual langganan.
Tangannya menenteng aneka bumbu dapur, daging dan ikan segar untuk dimasak nanti dan beberapa hari ke depan.
Kini, ia sedang berdiri di tepi jalan tak jauh dari pasar, untuk memberhentikan mini bus yang mengantarkannya pulang ke rumah.
"Buk, esnya, Buk. Dua ribuan," tawar seorang pria memberikan bungkusan es teh.
Tenggorokannya yang kering akhirnya memutuskan untuk membeli satu bungkus. Saat membuka dompet, tiba-tiba orang itu merampas dompetnya dan berusaha kabur.
"Aaaa ... toloong! Jambret! tolong!" lolong Bunda panik meminta pertolongan.
Tubuhnya yang sudah semakin menua tak mampu mengejar jambret tersebut. Lalu tiba-tiba sebuah mobil sengaja menabrak pria itu hingga terjatuh. Untung saja tidak terlalu keras. Seorang gadis cantik keluar dari mobil hendak menolong orang yang ditabraknya.
"Bapak, maaf ya. Mana yang luka, Pak?" tanya Gadis itu dengan mata menelisik.
"Tolong! Dia jambret!" seru Bunda berusaha berlari ke arahnya sambil menunjuk.
Gadis itu lalu membelalak, segera menyergap penjambret memelintir satu lengannya ke belakang. Hendak melawan, namun gadis itu dengan gesit menangkisnya. Perkelahian pun tak dapat terhindarkan. Bunda menjerit sambil menangis meminta pertolongan.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Win-4rt1
ini cerita sama komen nya kok g' nyambung ya? apa q yg salah
2022-09-18
1
Husna Hanna
duh siapa yg yg menolong bunda? jadi penasaran
2022-09-15
0
Irfa Idiani
hebaaat
2022-08-26
0