Satu tahun kemudian~
Waktu bergulir begitu cepat. Sudah satu tahun Gandhi menjalankan profesi barunya. Awalnya banyak yang meragukan kinerjanya. Namun, seiring berjalannya waktu, Gandhi menunjukkan kemampuan kepemimpinannya dengan baik. Banyak kemajuan setelah ia mulai memimpin.
Sore hari sepulang kerja, seperti biasa Gandhi naik mini bus untuk mengantarkannya kembali ke rumah. Ia memilih tempat duduk di jok paling belakang. Memeluk tas ransel yang di pangkuannya. Meskipun penumpang berjubal, ia justru menikmati keramaian tersebut.
Pandangannya terus mengarah keluar pintu. Matanya menangkap seorang perempuan cantik dengan rambut lurus dan bermata sipit sedang bertengkar dengan pria di tepi jalan.
Matanya terus mengekorinya, "Seperti kenal?" Ia sampai memutar kepalanya ke belakang. Dan benar tebakannya, ia melihat gelang hitam yang melingkar di lengan gadis itu, gelang yang pernah ia rajut pada gadis kecil berseragam merah putih. Matanya lalu melebar sempurna, dia mengetuk-ngetuk pintu mobil. "Pak! Kiri, Pak!" teriak Gandhi bersiap turun.
Gandhi segera melangkahkan kaki kirinya ke tanah. Lalu menjajakkan kedua kakinya setelah bus berhenti sebentar dan kembali tancap gas.
Cukup jauh jaraknya dengan Chaca saat ini. Ia mempercepat langkah ketika melihat Chaca yang terus berteriak sambil menepis tangan seorang pria.
"Lo pikir gue cewek apaan, hah? Gila lo ya ngajakin gue cek in. Otak masih ada 'kan? Apa jangan-jangan tu otak kurang se-ons." Chaca berkacak pinggang sambil terus mengumpat laki-laki di depannya.
"Wajar dong kita 'kan pacaran," elak cowok itu meraih pergelangan tangan Chaca.
Mendengar itu Chaca naik pitam. Diayunkan hand bag dengan tangan kirinya. Begitu keras menghantam wajah pria di depannya. Hingga membuat pria itu memekik kesakitan, menyentuh wajahnya. "Aw! Dasar cewek bar-bar," umpatnya memundurkan langkahnya.
"Apa? Masih mau lagi? Baru pacaran aja udah minta macem-macem. Dasar cowok brengsek!" maki Chaca dengan berangnya.
Pria itu tiba-tiba menyerang Chaca, mencekik lehernya. Gerakan yang begitu cepat membuat Chaca tak sempat mengelak. Tangannya terus bergerak-gerak hendak melawan, namun napasnya mulai tercekat.
Gandhi berlari dan langsung menendang lengan pria itu hingga terlepas dari leher Chaca. Chaca terbatuk-batuk sambil membungkukkan tubuhnya, mengatur napas yang tersengal-sengal.
"Siapa lo? Enggak usah ikut campur!" geram pria yang berstatus pacar Chaca itu. Langkahnya sampai tergeser akibat tendangan Gandhi.
"Enggak sepantasnya kamu nyakitin perempuan!" seru Gandhi memasang kuda-kuda.
Dalam hatinya was-was. Karena ia sama sekali tidak menguasai ilmu bela diri. Hanya bergaya saja di depan lawannya.
Tak berapa lama, datang berbondong-bondong orang yang mendekati mereka. Chaca menunjuk pria itu, "Itu, Pak. Dia mau memerkosa saya. Tolong saya, Pak," adu Chaca hampir menangis.
Pria itu tercengang, melihat banyaknya massa, ia pun panik dan segera melarikan diri. Sedang Chaca masih dengan aktingnya mengeluarkan air mata. Setelah semua mengejar pria itu Chaca tertawa terbahak-bahak menyeka air mata palsunya.
"Makanya jangan macem-macem sama gue. Chaca dilawan!" ucapnya membanggakan diri sendiri.
"Ow, jadi nama kamu Chaca?" ucap Gandhi menghentikan tawa Chaca seketika.
Tubuhnya berbalik, ia baru tersadar dengan pria penyelamatnya tadi. Keduanya saling bertatapan. Mulut gadis itu menganga, tubuhnya mematung, dunia seolah berhenti berputar.
"E--elo?" gumam Chaca terbata-bata.
Gandhi hanya menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman. Chaca lalu menubruk tubuh Gandhi sampai terhuyung ke belakang. Untung saja dia mempunyai keseimbangan yang bagus.
"Kakak penjual brownis," panggil Chaca menitikkan air mata.
Gandhi masih terpaku, matanya sedikit melebar. Tangannya sampai kaku susah digerakkan. Mulutnya terbuka. Apalagi derap irama jantungnya. Sudah seperti habis lari marathon saja.
"Gue pikir kita enggak akan pernah ketemu lagi," ujarnya terisak di pelukan Gandhi.
Lama kelamaan Gandhi menggerakkan kedua tangannya. Memberanikan diri membalas pelukan Chaca. Ia membelai lembut kepala Chaca sambil melebarkan senyumannya.
"Chaca, apa kabar?" Akhirnya Gandhi bersuara setelah sekian lama.
Chaca melepas pelukannya. Matanya tampak memerah. Namun senyuman indah terukir di bibirnya. "Kakak penjual brownis," Lagi-lagi hanya itu yang ia sebutkan.
Saking terharunya, Chaca sampai tidak bisa berkata-kata. Ia menutup mulut, kedua kakinya menghentak-hentakkan tanah yang ia pijaki. Seperti anak kecil yang kegirangan melihat mainan baru.
"Namaku Gandhi," ucap Gandhi mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SAYANG OTHOR GK BUAT TOKOH GANDHI JAGO BELADIRI, KLO GK BSA BELADIRI, GMN MAU LINDUNGI ORG YG DI CINTAI
2023-01-25
1
BWs___
kyk rada kgk nyambung ya Thor judul setelah direvisi 😭
2023-01-23
0
ZaaZaa ZaaZaa
GK kebayang gw harus pake kuda kuda kek mau sabung aja
2022-12-29
0