Bab 15

"Wulan ada kiriman bunga," teriak Rita.

"Dari siapa?" Tanya Wulan sambil berteriak.

"Tidak tahu," jawab Rita karena memang tak ada nama dari si pengirim dan kurir tadi juga tak mengucapkan apapun selain terima kasih dan setelah itu pergi.

"Taruh saja di meja, aku masih keramas," sahut Wulan dari dalam kamar mandi.

"Dari siapa ya? Masa dari orang sini, ah mana mungkin masa ada orang desa rela beli bunga mawar bagus begini, aku jadi penasaran dari siapa sih, tar tanya Wulan saja mungkin dia tahu," kata Rita sambil berdecak kagum melihat bunga itu begitu bagus.

Rita menaruh buket bunga itu di meja sesuai permintaan dari Wulan setelah itu dia pergi ke belakang menemui Vera.

"Kalian ini kebiasaan teriak-teriak untung saja rumah di sini tidak berdempetan kalau tidak bisa di usir kita dari sini," protes Vera saat melihat Rita duduk di sampingnya.

"He he he he," Rita cengengesan.

"Oh ya kamu selama disini tidak kerja?" Tanya Vera penasaran bagaimana kehidupan mereka selama disini.

"Tidak," jawab Rita sambil mengelengkan kepalanya.

"Lha terus kamu ngapain aja?" Tanya Vera binggung.

"Beginilah setiap hari, seperti yang kamu lihat," jawab Rita apa adanya.

"Hah? Jadi selamat ini kamu pakai uang tabungan kamu terus kalau uangnya habis bagaimana?" Tanya Vera penasaran.

"Iya tetapi kebanyakan uang Wulan sih," jawab Rita.

"Oh ya bagaimana kalau kita buat usaha kecil-kecilan," usul Vera.

"Usaha apa? Kamu tahu kan aku ini cuma anak pedagang," kata Rita.

"Oh ya kamu bilang kalau disini tuh kalau belanja harus jauh-jauh ke pasar. Nah bagaimana kita jualan sembako dulu tetapi jumlahnya kecil aja kalau rame kita terusin kalau sepi ya barangnya bisa kita pakai sendiri," usul Vera.

"Emmm bagus sih, bagaimana kalau kita tanya Wulan dulu terus kalau dia juga setuju nanti kita pikirkan tempatnya," kata Rita takut Wulan tak setuju.

"Ok aku setuju," jawab Vera.

"Kalau kita buka usaha disini terus besar, apa kita selamanya akan tinggal disini," tiba-tiba saja Rita berbicara demikian.

"Entahlah aku juga tidak tahu, sampai kapan kita disini," lirih Vera.

"Aku kangen Nindi," kata Rita tiba-tiba teringat dengan Nindi.

"Dia baik dan anaknya lucu," kata Vera saat ingat wajah anak Nindi.

"Oh ya kamu punya fotonya, aku penasaran pengen lihat," pinta Rita.

"Ada kok, oh ya nomor kamu dan Wulan ganti baru ya," tanya Vera.

"Eh iya,"

"Kenapa kalian tidak kasih tahu aku," protes Vera.

"Ya aku takut bos Kevin sadap hp kamu, ah pokoknya aku takut ketahuan bos Kevin kalau kita ada disini," Rita binggung harus menjelaskan bagaimana.

"Ck masih percaya aja sama film yang sering kamu tonton. Mana ada yang nyadap hp," gerutu Vera.

"He he he he he, jaga-jaga biar aman," jawab Rita.

"Mana hp mu," pinta Vera.

"Hah, ngapain?" Tanya Rita binggung.

"Ck katanya tadi penasaran ingin lihat foto anak Nindi jadi mana hp kamu biar aku bisa kirim fotonya," jelas Vera sedikit kesal.

"Oh iya, sorry lupa," Rita menyodorkan hp miliknya kepada Vera sambil menunggu foto dikirimkan ke nomornya.

Setelah selesai gambar dikirimkan, Rita menatap nya berkali-kali.

"Tampan," kata Rita mengagumi wajah anak Nindi.

"Siapa yang tampan," tiba-tiba Wulan muncul di dekat mereka.

Rita dan Vera saling melirik seolah ragu untuk berbicara, dia takut Wulan sedih.

"Ini aktor ini tampan," bohong Vera dengan cepat menunjukkan foto pria pemeran drama.

"Oh," Wulan mengangguk.

"Eh bunga tadi dari siapa?" Tanya Rita mengalihkan pembicaraan dan juga dia penasaran siapa pemberi bunga cantik itu.

"Entahlah tidak tahu tak ada nama atau alamat pengirimnya," jawab Wulan.

"Hebat ya baru beberapa bulan disini, kamu sudah banyak pengemar," goda Vera.

"Mana ada," tolak Wulan.

"Tetapi aku ingat seseorang yang sering beliin bunga buat aku, tetapi mana mungkin dia tahu aku disini," lirih Wulan.

"Siapa?" Tanya Vera dan Rita berbarengan, keduanya pun saling melirik.

Rita menatap keduanya, dengan ragu dia menjawab. "Kevin," setelah kata itu keluar dari mulut Wulan reaksi Rita dan Vera terkejut.

"Hah, apa bos Kevin tahu keberadaan kita," teriak Rita binggung dan takut.

"Ah mana mungkin dia tahu," Wulan tak kalah binggung.

Rita dan Wulan melirik Vera.

"Eits aku kemari sudah hati-hati jadi mana mungkin ketahuan," kata Vera.

Ketiganya pun terdiam sebentar.

"Kalau dia tahu kamu disini, bukan bunga yang dia kirim tetapi anak buahnya yang dia kirim buat paksa kamu pulang," kata Vera diangguki Rita.

"Benar juga, mungkin ini kebetulan saja. Siapa tahu pengirimnya orang sini," kata Rita meyakinkan Wulan.

"Terus siapa yang sok romantis begini," kesal Wulan gara-gara bunga mereka bertiga jadi takut.

"Entahlah," Rita juga binggung.

.

.

"Bagaimana? Apa bunganya sudah kamu kirim?" Tanya Kevin.

"Sudah bos katanya yang menerima temannya," jelas Ray.

"Mungkin itu nona Vera atau nona Rita bos," tebak Ray.

"Jadi benar dia ada disana?" Kata Kevin.

"Benar bos," jawab Ray.

"Kamu sudah beli tiket pesawat untuk aku kesana," tanya Kevin.

"Sudah bos kami sudah menyiapkan semuanya, bahkan rumah untuk bos tinggali juga sudah kami sewa dan tidak jauh dari rumah nyonya," jawab Ray.

"Bagus jadi besok aku bisa berangkat kesana," kata Kevin dengan senang.

"Sudah bos,"

Kevin tersenyum membayangkan bagaimana reaksi Wulan saat bertemu dengannya nanti.

Kevin heran melihat Ray yang masih berdiri disana.

"Kenapa kamu masih disini?" Tanya Kevin heran.

"Anu bos," Ray ragu untuk bicara.

"Anu apa hah," Kevin di buat binggung dengan ucapan Ray saat ini.

"Em ... Aduh bagaimana ini," Ray binggung harus memulainya dari mana.

"Kamu kenapa, kebelet pipis," tanya Kevin melihat tingkah aneh Ray.

"Bukan bos," kata Ray meringis kesal dikira kebelet pipis.

"Ck bos pikir aku anak kecil saja," batin Ray kesal.

"Terus apa? Ayo cepat kamu bilang, aku tak bisa menebak isi pikiran mu itu," kata Kevin sedikit kesal dia tak mungkin bisa tahu maksud Ray kalau Ray berputar-putar seperti ini.

"Ada kabar dari anak buah kita katanya nyonya ada yang naksir," jawab Ray cepat.

"Apa?" Teriak Kevin dengan keras mendengar ucapan Ray.

Ray sampai mundur kebelakang karena kaget.

"Bagaimana bisa? Siapa pria itu? Berani sekali dia suka dengan istri ku. Cepat bilang Ray biar ku hajar pria itu," Kevin bicara dengan marah karena ada pria yang terang-terangan suka dengan istrinya.

"Dia... Dia pria di kampung itu bos, emm kalau tidak salah dengar nama nya Wawan dia duda," jelas Ray sedikit takut.

Brak....

"Ray atur keberangkatan ku sekarang," perintah Kevin dengan emosi.

"Sabar bos, nyonya Wulan tidak suka dengan pria itu dan nyonya juga sudah menolaknya," kata Ray agar Kevin tenang.

"Benar?" Tanya Kevin.

"Iya bos benar, jadi bos bisa tenang," kata Ray meyakinkan.

Kevin kembali duduk di kursinya, Ray langsung sigap menyodorkan minuman untuk Kevin. Melihat atasannya itu sudah tenang Ray berniat pergi.

"Bos saya mau pergi masih banyak pekerjaan," pamit Ray pergi.

Kevin mengangguk sebagai jawaban.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

sabar vin 🤣

2025-03-11

3

kaylla salsabella

kaylla salsabella

wuhhaaaaa sabar bos kevin

2025-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!