"Ayo masuk," ajak Rita.
Wulan dan Vera mengikuti Rita masuk kedalam namun sebelum benar-benar menutup pintu Rita celingak-celinguk dulu memastikan kondisi aman.
"Bagaimana kabar kamu? Kok bisa sih kamu sampai disini? Terus tahu dari mana alamat kita?" Tanya Wulan beruntun.
"Hei kamu itu tanya Vera beruntun begitu sih, lihat tuh Vera sampai binggung harus menjawab yang mana. Tanya itu satu-satu setelah di jawab tanya lagi," protes Rita.
"He he he he he, sorry habisnya aku begitu senang dan juga penasaran bagaimana Vera bisa tiba-tiba ada disini tanpa ngabari kita," kata Wulan.
"Sudah jangan dengerin omongan Wulan, kita makan dulu baru nanti kamu bisa cerita semuanya," kata Rita.
"Kebetulan nih, aku belum sarapan," kata Vera tak menolak.
Rita mengambil piring untuk Vera.
"Wuih enak nih kelihatannya," kata Vera saat melihat menu makanan yang ada di meja meskipun sederhana tetapi terlihat enak, nasi pecel dengan beberapa lauk ikan goreng dan tempe mendoan.
"Tentu dong Rita gitu loh yang masak pasti enak," sahut Rita dengan sombongnya.
"Ck lihat tuh kepalanya langsung besar gitu," ledek Wulan.
"Ha ha ha ha ha ha ha," Vera tertawa, dia sudah lama merindukan masa-masa bersama mereka.
"Kalau ada Nindi pasti lebih seru," lirih Wulan.
"Nindi sudah melahirkan dan anaknya laki-laki," kata Vera membuat Rita dan Wulan tersenyum senang.
"Wah pasti tampan seperti Bis Tristan," kata Rita membayangkan wajah anak Nindi.
"Sudah jangan bicara terus, ayo makan," tegur Rita kepada Vera dan Wulan.
Kini mereka bertiga makan dengan lahap meskipun lauk sederhana namun terasa begitu nikmat mungkin karena kehadiran Vera.
"Alhamdulillah...." Vera mengusap perutnya merasa kenyang.
"Kamu sudah mandi?" Tanya Rita kepada Vera.
"Belum, tadi jam 1 malam aku sudah berangkat naik kereta kesini. Tenang aman tak ada yang mengikuti aku," kata Vera dengan yakin namun berbeda dengan Vera Wulan justru merasa ada sesuatu yang akan terjadi entah kenapa dia takut suaminya itu tiba-tiba muncul disini.
"Kamu pakai kamar itu saja, sudah bersih kok dan kalau kamu mau mandi ada di belakang di dekat dapur, kamar mandinya cuma itu aja," jelas Rita.
Melihat Wulan melamun Rita melirik Vera.
"Tenang saja Kevin tak mungkin tahu aku kesini," Vera meyakinkan Wulan agar tak khawatir.
"Aku ke kamar dulu mau istirahat," kata Vera.
"Eh kamu tidak mandi dulu?" Tanya Wulan.
"Nanti saja, aku mau tidur sebentar mata ku ngantuk," kata Vera segera menuju kamar yang di tunjukkan Rita tadi.
Tok tok tok tok tok.....
"Pasti itu Kenan," kata Rita dengan yakin karena dia baru saja mengirim pesan kepada Kenan agar datang mengecek kondisi Wulan sendiri, sesuai permintaan Wulan agar Kenan datang kesini karena Wulan mungkin merasa lelah mengingat jaraknya cukup jauh.
"Aku lihat dulu ya," kata Wulan berdiri dan berjalan menuju pintu.
Ceklek...
"Hai selamat pagi bumil," sapa Kenan ramah.
"Pagi pak dokter Kenan, oh dokter Kenan masih pagi sudah muncul di sini, tidak nanti siang saja kesini nya menunggu semua pasien habis ya," kata Wulan sedikit bercanda meskipun dia tahu pasti Kenan kesini atas permintaan dari Rita.
"Oh ya aku kesini atas undangan sepupuku yang cantik katanya dia sudah menyiapkan sarapan untuk ku, kan rezeki tidak boleh di tolak," kata Kenan dengan mengedipkan matanya.
"Ayo masuk," ajak Wulan.
Wulan langsung duduk di kursi panjang yang ada di dekat meja makan.
"Nih," Rita menyodorkan buku pemeriksa Wulan.
"Oh tidak ada alat USG gitu ya, aku penasaran anak di dalam kandunganku itu cewek atau cowok," kata Wulan dengan manyun.
"Ada di kota, apa kamu mau ku ajak kesana" tanya Kenan sambil memeriksa tensi dan detak jantung bayi.
"Semuanya normal dan ini vitamin untuk mu," kata Kenan sambil mengambil beberapa pil atau vitamin untuk Wulan.
"Nih," tanpa bertanya harga pemeriksaan Wulan memberikan beberapa lembar uang kepada Kenan.
"Ini apa?" Tanya Kenan binggung.
"Ya upah kamu periksa aku," jawab Wulan dengan polos.
"Tidak," tolak Kenan.
"Ha ha ha ha ha, Wulan mana mau Kenan menerima uang mu lagian uang dia sudah banyak, dia tidak kerja juga uangnya sudah ngalir terus. Cepat simpan uang mu sebelum Kenan ngambek," kata Rita.
"Ayo makan pasti kamu belum beli sarapan kan," ajak Rita menuju meja makan.
Rita membuka tudung saji. "Maaf tadi cuma masak seadanya," kata Rita tak enak hati, karena tadi dia cuma masak sedikit tak tahunya ada tamu tak di undang.
"Ini sudah cukup kok," kata Kenan, dia langsung mengambil piring dan nasi beserta lauk.
.
.
.
"Vin.... Tunggu," Bela berlari meraih tangan Kevin.
"Bela," Kevin melotot dan segera menarik tangannya yang di genggam Bela.
"Kenapa kamu di sini," kata Kevin penuh penekanan.
"Aku dari tadi menunggu kamu disini," kata Bela mencoba mendekat ke arah Kevin, melihat itu Kevin langsung menjauh apalagi ini masih di sekitar rumahnya, Kevin tak ingin ada gosip tentang dia dan Bela nantinya.
"Vin aku mau bicara berdua sama kamu," lirih Bela.
"Tak ada yang perlu di bicarakan, kamu tahu aku sudah menikah dan tolong menjauh lah dari ku," kesal Kevin. Entah kenapa dia begitu sebal melihat wajah Bela apalagi saat Bela mengeluarkan air mata semakin membuat dirinya muak.
"Kenapa selama ini aku bodoh dan tertipu air mata mu itu," batin Kevin.
"Kevin kenapa kamu jadi seperti ini, kamu berubah Vin? Apa karena Wulan hah, kenapa kamu masih mengharapkan Wulan yang jelas-jelas sudah pergi meninggalkan mu," kesal Bela meluapkan amarah.
"Diam jangan pernah bawa-bawa Wulan di sini. Aku selama ini baik kepada mu karena pesan kedua orang tua mu dan aku sudah menganggap mu sebagai adik tak lebih," kata-kata itu keluar dari mulut Kevin membuat Bela sedih dan kecewa.
Jleb....
Sakit itu yang Bela rasakan. Bela mengelengkan kepalanya tak mau menerima kenyataan.
"Tidak Vin, pasti kamu bohong,'' Bela menolak percaya ucapan yang keluar dari mulut Kevin.
"Kamu pasti mencintai ku seperti aku mencintai mu," Bela masih kekeh dengan pikirannya selama ini.
"Ray seret perempuan ini pergi dari sini, oh ya bilang dengan para penjaga jangan biarkan perempuan ini masuk walau cuma di halaman sekalipun," perintah Kevin.
Ray pun menyeret Bela keluar namun Bela masih ngotot ingin berada di sini.
Kevin tak menghiraukan, dia langsung naik ke mobil bersiap untuk berangkat ke kantor.
"Tuan...."
"Jalan pak," perintah Kevin.
"Baik tuan...."
Kevin pusing, dia memijit keningnya.
Mobil pun melaju pergi meninggalkan Bela yang masih di pegang Ray.
"Ray lepasin aku," Bela kesal karena ulah Ray dia kehilangan Kevin.
"Nona Bela, bos Kevin sudah bilang kalau dia tak ingin bertemu dengan anda jadi tolong anda mengerti," kata Ray dengan sopan mengingat di depannya adalah seorang wanita.
"Tidak, pasti Kevin bohong," Bela mengelengkan kepalanya.
Melihat wanita ini susah di atur, Ray pun memilih masuk kedalam mobil dan pergi sedangkan Bela masih di depan pintu pagar dengan linglung dia bergumam.
"Kevin pasti berbohong,"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
bagus Vin meskipun tegas mu udah terlambat 🙈😂
2025-03-04
1