Kevin aku tak akan menerima semua ini, perempuan itu sudah pergi tetapi kamu masih memikirkannya. Aku harus cari cara agar kamu menjadi milikku selamanya," batin Bela sambil mengepalkan tangannya dengan penuh ambisi. Tak lupa senyum licik di wajahnya semakin membuatnya terlihat penuh tekat.
Bela pun pergi dari sana tak ingin berlama-lama disini.
Malam hari suasa di kampung terasa sejuk karena hujan mengguyur kampung ini namun tak begitu deras.
"Oh ya ceritakan bagaimana kamu bisa sampai kesini?" Tanya Wulan menatap Vera. Wulan tak sabar ingin mendengar penjelasan dari sahabatnya ini.
"Iya apa bos Kevin mengizinkan kamu keluar dari perusahaan apalagi saat seperti ini?" Tanya Rita juga ikut menatap Wulan dengan rasa penasaran.
"Iya cepat katakan," pinta Rita.
"Hei kalian ini berdua buat ku binggung saja, aku harus jawab pertanyaan kalian yang mana," protes Vera.
"Terserah pokoknya kamu harus cerita semuanya lengkap bagaimana kondisi disana setelah kepergian Wulan, aku penasaran ingin tahu apa yang dilakukan pak Kevin," kata Rita.
"Oh suasana di perusahaan meresahkan, bos Kevin jadi sering marah-marah kalau ada kesalahan sedikit saja bisa di pecat," kata Vera bergidik ngeri.
"Hah kok bisa, harusnya kan dia senang kalau aku pergi. Dia bisa bersama Bela cinta pertamanya," sahut Wulan ada rasa kesal bercampur kecewa dari nada bicaranya.
"Nah itu yang membuat ku juga binggung, apalagi akhir-akhir ini aku sering menemukan orang yang mencurigakan di sekitar ku, seperti dia membuntuti ku dan saat aku berbalik orang itu tidak ada," kata Vera ingat waktu dia pulang kerja ada yang mengikutinya dari belakang namun saat menoleh orang itu hilang.
"Hah apa jangan-jangan itu orang suruhan Kevin," teba Wulan.
"Tetapi Lan, buat apa bos Kevin minta orang buat ngikuti Vera?" Tanya Rita.
"Atau mungkin bos Kevin mau nyari kamu lewat aku," kata Vera.
"Nah bisa jadi," Rita ikut membenarkan.
"Kenapa? Bukannya dia sudah ada Bela ya," kata Wulan binggung.
"Ah jangan-jangan bos Kevin ingin mencari mu karena bos Kevin sadar tidak bisa hidup tanpa kamu," tebak Rita membuat Wulan memutar bola matanya.
"Mana mungkin, kita menikah saja tanpa cinta karena dia takut di jodohkan dengan wanita lain jadi dia ngajak aku nikah kontrak," Wulan masih berfikir negatif karena dia masih sakit hati karena Kevin sudah membohonginya berkali-kali.
"Atau....." Vera dan Rita saling berpandangan selanjutnya melihat ke arah perut Wulan yang sudah membesar itu.
"Atau apa sih," protes Wulan lalu mengikuti arah pandangan mereka berdua.
Wulan langsung memeluk perutnya erat, dia tidak akan membiarkan Kevin merebut anaknya.
"Jangan mimpi mau ambil anak ku," kata Wulan dengan marah.
"Sudah jangan di pikirkan, ingat ibu hamil tidak boleh marah dan banyak pikiran," Rita mengingatkan Wulan.
"Iya tenang saja kita tidak akan biarkan bos Kevin merebut keponakan kita," kata Vera.
"Ayo tidur yuk sudah malam," kata Rita saat melihat jam yang ada di dinding.
Hmmm.... Wulan dan Vera mengangguk.
Mereka bertiga pun masuk kedalam kamar masing-masing namun di dalam kamar Wulan masih belum bisa memejamkan matanya, pikirannya masih tertuju ke Kevin.
Di tempat lain....
"Apa benar Mr Albert mengatakan akan bertemu di tempat seperti ini," tanya Kevin dengan tak percaya karena baru kali ini rekan bisnisnya mengajak bertemu di tempat seperti ini.
"Iya bos, saya juga masih binggung kenapa Mr Albert mengajak kita bertemu disini bukan di tempat biasanya," jawab Ray.
"Ray kerahkan 10 anak buah mu untuk datang kesini, aku mempunyai firasat buruk," perintah Kevin.
"Baik bos," Ray pun menghubungi anak buahnya agar segera datang ke tempat ini secepatnya.
"Apa kita langsung masuk atau menunggu Mr Albert dulu," tanya Ray.
"Hans kamu masuk dulu amati sekitar, oh ya pastikan nanti kamu tak jauh dari kita karena kita tak tahu alasan Mr Albert mengajak kita bertemu di tempat seperti ini. Biar nanti aku bersama Ray saja yang bertemu dengan Mr Albert, kalau ada sesuatu yang mencurigakan kamu bisa langsung memberitahukan kita," perintah Rey kepada sekretarisnya.
Di pertemuan kali ini Kevin membawa Ray dan Hans saja. Dua orang ini adalah orang kepercayaan Kevin selama di perusahaan.
"Siap bos," Hans pun langsung masuk seperti biasa tanpa mengundang kecurigaan.
"Bos apa tidak berlebihan kita seperti mencurigai Mr Albert?" Tanya Ray sedikit ragu.
"Ray kita tak tahu isi hati seseorang dan di dunia bisnis kawan pun bisa menjadi musuh," jelas Kevin. Sedari kecil Kevin sudah diajari oleh kedua orang tuanya bagaimana kejamnya dunia bisnis.
Ray pun paham, dia mengangguk mengerti.
"Ayo masuk," ajak Kevin.
Kevin berjalan masuk matanya menatap sekeliling.
"Bos itu Mr Albert," kata Ray menunjuk dimana Mr Albert berada.
Kevin pun mengangguk, dia dan Ray berjalan menuju meja dimana Mr Albert berada.
"Maaf Mr Albert kami terlambat," kata Kevin berbasa-basi.
"Tidak apa-apa tuan Kevin," jawab Mr Albert, dia sudah fasih berbahasa Indonesia karena sudah lama berada di sini.
"Silahkan duduk,"
Kevin dan Ray tanpa ragu duduk di depan Mr Albert. Ray mengeluarkan berkas yang dia sudah siapkan.
"Ah bagaimana kalau kita pesan minuman dulu," kata Mr Albert membuat Ray menatap ke arah atasannya itu. Tanpa bicara Kevin langsung mengangguk ke arah Ray.
Ray pun melihat menu dan memesan minuman untuk dia dan Kevin.
Sambil menunggu pesanan mereka diantar, Kevin dan Mr Albert membicarakan tentang bisnis yang akan mereka sepakati namun bekum tanda tangan kontrak tiba-tiba pelayan membawa pesanan mereka tadi.
"Bagaimana kalau kita minum dulu," ajak Mr Albert.
Kevin memicingkan matanya menatap Mr Albert dengan sedikit curiga.
"Kenapa aku merasa ada yang tak beres," batin Kevin.
"Baiklah," jawab Kevin.
Kevin mengambil minuman miliknya begitupun dengan Mr Albert. Saat Kevin menempelkan gelas itu di bibirnya ada senyum misterius di bibir Mr Albert.
Melihat Kevin tanpa ragi minum, Ray juga langsung ikut meminumnya. Namun baru seteguk Kevin merasa ada sesuatu yang tak beres, dia langsung menaruh gelas itu berbeda dengan Ray yang sudah menghabiskan minumannya tanpa ragu.
"Sial," umpat Ray di dalam hati saat kepalanya terasa pusing.
"Bos ," Ray menatap Kevin sambil memegang kepalanya berbeda dengan Ray Kevin masih sadar sepenuhnya.
Brakkk....
Kevin marah, dia merasa di curangi.
"Mr Albert tak ku sangka anda bisa berbuat begini," teriak Kevin kesal.
"Apa maksud anda tuan Kevin," kata Mr Albert namun nadanya seperti meremehkan.
Tiba-tiba kepala Kevin sedikit pusing. Dia tak menduga bisa seperti ini padahal Kevin hanya meminum sedikit.
"Bawa mereka berdua ke kamar yang sudah kita siapkan, terutama tuan Kevin harus berada di kamar istimewanya," kata Mr Albert tersenyum licik.
"Hans...." Teriak Kevin.
Hans pun mendekat menghalangi anak buah Mr Albert yang ingin membawa Kevin dan Ray.
Perkelahian pun terjadi namun tak lama anak buah Ray datang dan membantu.
Disinilah Kevin dan Ray saat ini, hotel yang Hans sengaja pesan untuk Kevin dan Ray.
"Ah kenapa tubuhku panas," kata Ray dengan berteriak.
Kevin memegang kepalanya yang pusing. "Hans panggil dokter Dika kesini," pinta Kevin.
Hans dengan sigap memanggil dokter Dika.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Tiara Dewi
ulah si bella pasti semoga cepet terbongkar
2025-03-06
2
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
hampir la kau Vin kena jebakan Betmen untung kau siaga 😁
2025-03-06
0