Bab 6

Ponsel Kevin berdering.

"Halo ada apa?" Tanya Kevin.

"Tuan saya mau menyampaikan sesuatu ini tentang nyonya Wulan," kata pria di sebrang sana dengan gugup.

"Cepat katakan," kata Kevin.

"Hilangnya nyonya semua di sengaja, saya akan mengirimkan rekaman cctv sekitar rumah sampai nyonya menghilang," jelasnya dengan takut.

"Hanya itu yang kalian dapat. Bagaimana dengan situasi di rumah mertua saya?" Kata Kevin sedikit kesal.

"Seperti biasa tak ada yang mencurigakan," jawabnya.

"Pantau semua orang yang pernah dekat dengan istri ku," perintah Kevin.

"Baik tuan,"

"Hanya itu saja yang ingin kamu sampaikan,"

"Iya tuan,"

Tut...

Kevin langsung menutup telepon, tak berselang lama sebuah video terkirim ke ponselnya.

Kevin langsung membuka video itu ternyata disana dia melihat Wulan melemparkan koper miliknya dan di bawah sudah ada supir taksi yang menunggunya. Rekaman itu terus berputar mengikuti kemana mobil membawa Wulan pergi sampai mobil berhenti sebentar tetapi Wulan tak turun dan mobil terus berjalan menuju pusat pedangan. Sampai di situ mobil keluar namun jika di lihat mobil itu sepi tak membawa penumpang.

"Sial kenapa cuma segini,'' kesal Kevin.

"Ha ha ha ha ha, ternyata kamu sudah merencanakan ini semua," lirih Kevin.

Kenangan bersama Wulan pun muncul, Kevin ingat Wulan pernah berbicara kalau Kevin mencintai wanita lain Wulan akan pergi. Kevin dulu mengira Wulan bercanda namun sekarang dia menyesalinya.

Kevin ingat saat pertama kali Wulan dinyatakan hamil, dia begitu senang sampai memperlakukan Wulan begitu protektif. Namun semua berubah, Kevin mulai jarang memperhatikan istrinya setelah kehadiran Bela.

"Hiks hiks hiks hiks hiks, sayang maafkan aku yang tidak peka dengan perasaan mu. Sayang kembalilah aku janji akan membuatmu bahagia dan aku akan menjauhi Bela seperti keinginan mu," lirih Kevin, dia begitu menyesal setelah membaca buku diary Wulan, dia tahu alasan Wulan pergi karena Bela.

"Sayang kamu saat ini ada dimana, apa kamu dan anak kita baik-baik saja,"

"Hiks hiks hiks hiks hiks sayang kembalilah,"

Kevin akhir-akhir ini sering menangis sejak kepergian istrinya.

"Kevin kamu laki-laki jangan menangis, kamu harus yakin kalau Wulan dan anakmu pasti ketemu," batin Kevin menyemangati dirinya sendiri.

Tok tok tok tok tok...

Mendengar ketukan pintu, Kevin segera mengusap air matanya. Dia merapikan penampilannya dan berpura-pura membaca laporan yang ada di mejanya.

"Ada apa?" Tanya Kevin saat pintu terbuka sedikit muncullah wajah Ray.

"Di luar ada nona Bela, dia ingin bertemu dengan anda," kata Ray, sedangkan Bela sedari tadi ingin menerobos masuk namun Ray tak membiarkannya. Itu semua atas perintah Kevin yang tak ingin di ganggu.

Raut wajah Kevin berubah datar dan dingin, Ray melihat itu semua dan pikirannya menjadi rumit.

"Aku tidak ingin bertemu dengannya, suruh dia pergi," kata Kevin dengan dingin.

Bela di luar bisa mendengar suara Kevin namun dia tak mau menyerah.

"Ray katakan kalau ada hal penting yang ingin ku tanyakan kepada Kevin," kata Bela.

"Tetapi bos, nona Bela memaksa ingin bertemu dengan anda," Ray binggung karena Bela tak mau pergi

"Sudah ku bilang suruh dia pergi kalau dia tidak mau, kamu seret saja dia keluar. Oh ya tutup pintunya," perintah Kevin.

Ray langsung mengangguk. "Baik bos,"

Setelah pintu di tutup Ray menatap wanita di sampingnya.

"Nona Bela dengar sendiri kan, kalau bos Kevin tak ingin bertemu dengan mu," kata Ray dengan kesal.

"Mana mungkin Kevin berbicara seperti itu, biarkan aku masuk," Bela masih menyangkal padahal dia sendiri mendengar ucapan Kevin, Bela ingin bertemu Kevin dan menanyakan kenapa dia tak menjawab telepon darinya. Dan sekarang dengan terang-terangan Kevin mengusirnya.

"Ada apa ini, kenapa Kevin seperti menjauhiku," batin Bela.

"Sudahlah nona, sudah saya bilang bos Kevin tidak mau bertemu dengan anda. Atau anda ingin saya menyeret anda keluar dengan paksa dan mungkin anda akan malu jadi tontonan karyawan yang ada di sini," kata Ray terdengar seperti ancaman.

Ray menatap wanita cantik ini dengan kesal.

"Cantik begini masih saja nyari bos Kevin yang sudah punya istri. Apa dia segitu tak lakunya ya," batin Ray menatap Bela dengan pandangan sinis.

Bela kesal, dia segera pergi dari sana sebelum Ray benar-benar mengusir dirinya.

"Dasar asisten tak laku, awas saja kamu," kesal Bela.

Ray mengelengkan kepalanya melihat Bela dengan pikiran beragam. Ray dulu tahu Bela wanita yang baik dan lembut namun akhir-akhir ini sifat wanita itu jauh berbeda dengan dulu.

"Ah sudahlah itu bukan urusan ku, aku harus segera menyelesaikan semuanya karena nanti siang ada pertemuan dengan klien penting," kata Ray segera kembali ke tempatnya lagi.

Di dalam ruangan...

Kevin merenung sejenak, namun Kevin teringat sesuatu.

"Aku sepertinya pernah memberi Wulan ATM," kata Kevin.

Kevin buru-buru mengecek ponselnya, di sana ada beberapa pengeluaran yang lumayan besar dan itupun di hari yang sama dengan hilangnya Wulan.

"Ternyata kamu pandai sekali, sebelum pergi membeli emas yang banyak. Ternyata istri ku begitu pintar," kata Kevin.

Kevin segera menghubungi seseorang meminta doa melacak nomor rekening miliknya. Kevin ingin tahu dimana Wulan terakhir kali mengunakannya. Mungkin itu bisa jadi petunjuk. Dia juga meminta mereka melacak nomor Wulan dan Rita. Kevin masih curiga karena Rita tiba-tiba keluar dari pekerjaannya meskipun demikian alasan yang masuk akan namun bagi Kevin itu terasa aneh apalagi setelahnya Wulan menghilang.

.

.

Di tempat Wulan...

Rumah terasa sepi karena Rita dan Kenan pergi membeli semua mereka. Wulan sudah menutup semua jendela dan pintu sesuai perintah Kenan.

Saat ini berada di kamarnya, dia sedang membongkar koper miliknya, dia mencari sesuatu dari tadi namun tak kunjung ketemu.

"Kemana buku diary ku," kata Wulan.

"Kok tidak ada sih, apa jangan-jangan ketinggalan," pikir Wulan.

Sambil membereskan bajunya ke dalam lemari, Wulan mencoba mengingat-ingat dimana dia menaruh diary miliknya.

"Ah iya, kemarin ku taruh di kasur. Setelah menulis aku lupa memasukannya ke dalam koper," kesal Wulan

Wulan pun kembali merapikan semua barangnya, dirasa sudah selesai semua Wulan duduk di kasur, di sampingnya ada meja yang berisi 3 botol minuman yang sengaja dia siapkan untuk dikamar takutnya dia haus dan malas keluar, disana juga ada beberapa cemilan yang dibelinya kemarin.

Dia memilih beristirahat namun matanya tak mau terpejam. Wulan mengelus perutnya.

"Sayang apa kamu kangen papa," kata Wulan seolah berbicara dengan anak yang ada di dalam kandungannya.

"Sama mama juga kangen, tetapi mungkin papa mu tidak kangen kita karena papa punya seseorang yang dia sukai, mungkin papa mu sudah bahagia dengan kepergian kita karena tak ada yang menghalangi rencana dia bersama kekasih pertamanya," lirih Wulan sambil mengelus perutnya namun Wulan tak kuasa menahan air matanya.

Wulan menghapus air matanya.

"Wulan kenapa kamu masih menangisi pria seperti dia," kata Wulan mengingatkan dirinya bagaimana Kevin meninggalkan dia malam hari demi bertemu perempuan itu bahkan Kevin berani berbohong.

"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks...." Meskipun begitu Wulan tak sanggup menahan tangisannya.

Merasa lelah karena menangis, Wulan pun tertidur.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

semoga cepat bertemu ya 🤭

2025-02-27

1

kaylla salsabella

kaylla salsabella

sama" tersiksa karna rindu

2025-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!