Bab 13

Di luar dokter Dika menatap pintu kamar Kevin dengan rumit.

"Maaf Vin, aku dan Gio sudah tahu keberadaan istrimu satu Minggu setelah dia kabur namun baru sekarang aku memberitahu mu karena aku ingin kamu sadar akan kesalahan mu terlebih dahulu. Bela yang kau kenal dulu berbeda dengan Bela saat ini. Bela yang polos telah berubah menjadi Bela yang penuh dengan ambisi, semoga kamu bisa meyakinkan Wulan agar dia mau kembali dan kami hanya bisa membantu mu sampai di sini," batin dokter Dika sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan hotel itu.

Tak lama Hans pun datang, dia membawa kantong plastik berwarna putih yang di dalamnya berisi beberapa botol air mineral dan kue takutnya Kevin dan Ray lapar tak lupa juga teh hangat pesanan Kevin.

"Terimakasih Hans," kata Kevin.

"Oh ya bos bagaimana keadaan Ray?" Tanya Hans.

"Dia belum bangun, kamu bisa tidur sekarang," kata Kevin saat melihat wajah lelah Hans saat ini.

"Tetapi bos...." Hans ingin menolak karena tak enak hati, atasannya belum tidur tetapi dia sudah tidur lebih dulu.

"Aku sudah tidak apa-apa jadi jangan khawatir, kamu tidur saja dulu nanti kalau ada apa-apa aku akan membangunkan mu," kata Kevin menyela.

"Baik bos," Hans hanya bisa patuh.

Hans pun memilih tidur di sofa satunya lagi. Untung saja tadi Hans memilih kamar berukuran besar, di dalamnya ada ranjang yang besar dan dua sofa panjang sehingga Hans tak perlu binggung lagi untuk tidur.

Melihat Hans tidur, Kevin pun ikut merebahkan tubuhnya di sofa satunya lagi namun mata Kevin tak bisa terpejam, dia teringat perkataan Dika tadi, antara senang dan juga deg-degan karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan istrinya, ya istri yang selama 2 bulan ini dia cari. Memang selama ini dia mencari Wulan sampai tak kenal waktu.

"Akhirnya aku bisa melihat mu lagi," batin Kevin memikirkan Wulan, dia sudah tak sabar ingin memeluk dan mengelus perut Wulan.

Merasa lelah, Kevin pun memejamkan matanya.

.

.

Keesokan harinya....

Suasana kampung nampak tenang dengan udara sejuk yang berhembus akibat hujan kemarin malam.

Wulan seperti biasa, dia berjalan kaki namun tidak terlalu jauh.

"Neng Wulan," sapa seorang pria dengan senyum lebarnya namun ada sedikit rasa malu-malu di wajahnya.

"Eh iya Mas Wawan ada apa ya," tanya Wulan bercampur rasa kaget.

"Duh ngagetin aja nih orang, tiba-tiba muncul tanpa di undang," gerutu Wulan. Wulan tersenyum palsu menunggu pria di depannya itu menjawab namun setelah beberapa menit tak kunjung ada jawaban dari mulut pria ini.

"Duh mau ngomong apa sih, tidak tahu apa dia kalau kaki ku dah pegal berdiri dari tadi," gerutu Wulan di dalam hatinya, sifat bar-bar Wulan pun akhirnya muncul.

"Mas Wawan cepat bicara, kaki ku sudah pegal menunggu mas Wawan bicara," kesal Wulan.

Pria yang di panggil mas Wawan itu tersentak kaget dan sadar.

"Ini di kasih emak pisang katanya biar calon anak kita sehat," kata Wawan dengan malu-malu kucing. Setelah pisang di terima Wulan dengan baik pria itu langsung kabur secepat mungkin.

Wulan melongo mendengar pria itu mengatakan anak kita apalagi dia tiba-tiba kabur seperti di kejar kucing.

"Hah anak kita, enak saja di asal bicara," kata Wulan kesal dia ingin membuang pisang yang ada di tangannya namun saat sadar itu pisang.

"Ah lumayan buat sarapan nanti," kata Wulan tak jadi membuang pisang di tangannya.

"Dasar anak sama emak aneh, pake ngaku-ngaku segala," gerutu Wulan dengan kesal jadi Wulan memilih pulang saja karena sudah tak mood untuk melanjutkan jalan kakinya.

Dengan wajah di tekuk akhirnya Wulan sampai di rumah, dia segera masuk dan mengambil minum.

Glek glek glek...

"Kamu habis ngapain sampai minum air bagitu banyak," tanya Vera yang baru saja selesai mandi.

"Jalan..." Jawab Wulan cemberut.

Rita mendekat ke arah mereka, Wulan segera memberikan pisang yang di berikan Wawan tadi ke Rita.

"Nih," kata Wulan singkat.

Wulan segera masuk kedalam kamar namun langkah kakinya terhenti karena pertanyaan dari Rita.

"Dari siapa?" Tanya Rita karena tak mungkin Wulan membelinya karena setiap olahraga pagi Wulan tak pernah membawa uang.

"Wawan..." Jawab Wulan singkat lalu meneruskan langkahnya.

"Cie dari calon suami baru," ledek Rita membuat Wulan berbalik dan melotot kesal.

"Calon suami? Cepat banget move on nya Lan?" Tanya Vera kaget dan penasaran.

"Jangan dengerin Rita, dia memang suka asal ngomong," kata Wulan agar Vera tak berfikir macam-macam.

Wulan memilih masuk kedalam kamar, dia merasa lelah.

Di luar kamar, Vera menarik Rita ke dapur.

"Siapa Wawan, ayo cerita dong," bisik Vera.

"Itu duda di kampung ini, nah yang lebih lucunya lagi ibu nya si Wawan itu sering datang ke Wulan membujuk dia agar cerai dengan suaminya dan menikah dengan anaknya yang bernama Wawan itu, gokil ngak tuh," jelas Rita.

"Bukan gokil lagi tetapi keren," sahut Vera.

"Aku kira kalian menutupi identitas Wulan dengan mengatakan Wulan itu janda," kata Vera.

"Tidak mungkin lah secara di Wulan kan belum bercerai dengan bos Kevin, kita cuma bilang kalau suami Wulan jadi TKI di luar negeri, kan aman tuh," jelas Rita.

"Terus si Wawan itu bagaimana, lagian mana mungkin dia mau di jodohkan ibu nya dengan Wulan apalagi Wulan sedang hamil," kata Vera tak habis pikir.

"Si Wawan malah senang kata nya dia akan menganggap anak di dalam kandungan Wulan sebagai anaknya," kata Rita membuat Vera kaget tak percaya.

"Kok ada ya lelaki seperti itu," kata Vera tak habis pikir.

"Nah itu aku juga tak percaya sampai aku coba-coba tanya tuh dengan beberapa warga sekitar, aku berpura-pura tanya tentang si Wawan dan bagaimana dia bisa menjadi duda di usia muda," kata Rita.

"Terus-terus," Vera tak sabar ingin mendengar cerita selanjutnya.

"Ternyata si Wawan itu tak bisa punya anak jadi dia menerima Wulan dengan senang hati, ibarat itu beli 1 gratis 1," kata Rita.

"Kamu pikir Wulan barang," gerutu Vera.

"Ya bisa jadi," canda Rita.

"Lumayan dapet pisang kalau di jadikan pisang goreng enak nih di temani teh hangat atau kopi tambah nikmat," kata Rita berbinar.

"Iya lumayan juga sih ternyata pesona Wulan masih tetap memikat meskipun dia sedang hamil," kata Vera membuat Rita mengangguk setuju.

"Ayo kita cepat masak sebelum Wulan kesal lagi," ajak Vera.

"Ayo, kamu bantu aku potong-potong tuh sayur," kata Rita menunjuk sayur yang sudah dia siapkan.

Kini keduanya pun sibuk memasak menu untuk mereka.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor

2025-03-08

1

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

semangat upx ka

2025-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!