Bab 5

Wulan Rita sudah sampai, saat mereka sedang masuk kedalam rumah terdengar suara berisik.

"Apa Kenan sudah bangun," kata Rita.

"Mungkin,"

Kenan pun muncul. "Kalian ku cari dari tadi, ku kira kabur," kata Kenan.

"Kita cari makanan, lapar mau masak tak ada apa-apa," kata Rita.

"Mereka siapa?" Tanya Wulan menuju ke arah beberapa orang yang ada di dalam rumah.

"Oh mereka ku minta membenarkan beberapa pintu dan jendela biar aman, ada juga mbak Ratih yang ku minta membersihkan rumah sampai bersih," kata Kenan.

"Oh ya kalian beli apa, kebetulan aku juga sudah lapar," kata Kenan sambil tersenyum lebar.

"Nih nasi pecel," Rita memberikan bagian Kenan.

"Ye tak ada sendok," protes Kenan.

"Pakai tangan kan bisa, repot banget sih," sisi bar-bar Wulan akhirnya muncul juga setelah lama tengelam.

"Betul kata Wulan," kata Rita meledek Kenan.

Tak lama terdengar suara ketukan dari luar.

Tok tok tok tok tok....

Padahal pintu terbuka namun orang tua merasa canggung kalau langsung masuk.

Rita berjalan menuju teras ternyata itu ada pria paru baya.

"Neng ini pesanannya," kata pria itu menurunkan kardus.

"Iya pak terima kasih,"

"Sama-sama neng,"

"Ini pak buat beli minum," Rita memberikan beberapa lembar uang namun bapak itu menolaknya.

"Tidak perlu neng," bapak itu langsung pergi.

Setelah itu pria itu pergi, Rita masuk kedalam rumah tak mungkin dia kuat mengangkat itu sendiri.

"Kenan, angkat tuh kardus di luar,'' perintah Rita.

"Baru juga mau makan," protes Kenan.

"Sudah jangan bawel, angkat saja karena aku tidak kuat mengangkat nya sendiri,"

"Apaan sih,"

"Sudah sana jangan banyak tanya,"

Kenan pun keluar dan mengangkat kardus itu membawanya masuk kedalam.

Wulan mengeluarkan satu persatu barang yang ada di dalam kardus.

"Oh ya nanti kamu dan Kenan pergi ke pasar, beli mesin cuci sama yang lainnya," pinta Wulan.

"Iya nanti setelah bapak-bapak ini selesai, kita makan dulu sekarang," ajak Kenan.

Mereka bertiga pun maka dengan lahap.

"Enak ya," komentar Kenan.

.

.

.

Kevin sudah berada di dalam kantornya.

"Ray kamu panggil Vera kesini," perintah Kevin kepada asistennya.

"Sekarang bos," tanyanya takut dia salah dengar.

"Tahun depan hah, ya sekarang. Cepat kamu panggil dia atau gaji kamu aku potong," kata Kevin dengan marah.

Sejak Wulan pergi kesabaran Kevin setipis tisu, dia cepat mudah marah membuat orang-orang di sekitarnya ketar-ketir.

"Baik bos," pria tampan berkacamata itu segera pergi sebelum sang bos lebih marah lagi dan memotong gajinya.

Di dalam ruangan Kevin menatap foto Wulan dengan penuh penyesalan.

"Sayang," lirih Kevin.

Sedangkan di luar ruangan, Ray berjalan sambil menggerutu membuat beberapa karyawan yang berpapasan dengannya heran.

"Kenapa 2 hari ini bos mudah marah begini," batin Ray yang belum tahu kalau istri atasannya itu pergi melarikan diri.

"Dikit-dikit ancam potong gaji, kalau di potong bagaimana aku bisa cepat kaya," gerutu Ray.

Akhirnya Ray sampai di tempat Vera, lebih tepatnya sampai di ruangan Vera. Tanpa mengetuk pintu Ray langsung masuk karena ruangan ini tak tertutup dan disini bukan hanya ada Vera saja melainkan 4 orang lagi.

"Vera kamu dipanggil ke ruangan bos Kevin," kata Ray dengan jelas penuh perintah.

Deg....

Mendengarnya Vera merasa takut.

"Hah aku," tanya Vera karena dia masih belum menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya siapa lagi yang namanya Vera kalau bukan kamu," kata Ray kesal.

"Cepat sebelum bos marah," perintah Ray cepat takut Kevin tak sabar menunggu.

Dengan wajah takut Vera pun berjalan menuju ke ruangan Kevin.

"Tau gini kemarin aku ikut mengundurkan diri aja sama Rita," gerutu Vera di dalam hatinya.

Ray segera mengetuk pintu.

Tok tok tok tok tok...

"Bos Kevin, nona Vera sudah datang," kata Ray.

"Masuk,"

Vera menghela nafas panjang sebelum benar-benar masuk.

"Duduk," perintah Kevin dengan tegas tanpa ada bantahan.

Glek...

"Duh kenapa suhu ruangan ini begitu dingin," batin Vera merasa kedinginan.

Vera langsung duduk namun dia berpura-pura biasa saja. Vera sudah menebak apa yang akan ditanyakan oleh Kevin nantinya.

Kevin menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam.

"Kamu benar tidak mengetahui dimana istri ku berada? Atau kamu sengaja menyembunyikan istriku itu bersama teman mu karena setahu ku Wulan punya 3 sahabat, kamu, Nindi dan Rita saja tak ada yang lain," tanya Kevin penuh penekanan, aura Kevin semakin membuat tubuh Vera menggigil.

Glek...

"Gila, aura bos Kevin nyeremin banget," batin Vera sedikit takut.

"Saya tidak tahu," jawab Vera sedikit gugup.

"Kamu pasti berbohong," Kevin masih memojokkan Vera.

"Kalau kamu tidak mau jujur, saya bisa pecat kamu dan blacklist kamu dari semua perusahaan," ancam Kevin membuat Vera melotot tak percaya.

"Ini sama saja dengan pemaksaan pak, saya memang tidak tahu dimana Wulan. Bapak tahu kan saya dari kemarin berada disini," jawab Vera tegas memang dia belum sempat tanya Kenan alamat mereka saat ini jadi Vera tidak berbohong.

"Kamu tidak takut saya pecat," kata Kevin dengan senyum mengerikan.

"Tidak...." Jawab Vera tenang.

"Ah pasti kalau saya pecat, kamu akan senang dan bisa menyusul mereka," tebak Kevin dengan tajam.

Glekkk...

"Bos Kevin kok bisa tahu isi pikiranku," batin Vera.

Sedangkan Ray masih menunggu Vera di luar ruangan, dia begitu penasaran sesekali menempelkan telinganya di pintu namun ruangan Kevin kedap suara jadi apapun pembicaraan di dalam tak mungkin terdengar keluar.

"Tidak, kalau saya di pecat mungkin saya mau pulang kampung merawat nenek saya," jawab Vera tanpa ekspresi takut.

Kevin sedari tadi mengamati Vera namun dia melihat perempuan di depannya nampak biasa saja tak ada rasa takut maupun terkejut.

"Oh ya bos kenapa Wulan sampai pergi tanpa seijin bos," kini justru Vera melontarkan pertanyaan tanpa takut.

"Itu bukan urusan kamu, sekarang kamu bisa pergi dan kalau ada informasi tentang istriku kamu harus segera memberitahu ku,'' kata Kevin setelah itu dia mengusir Vera dari ruangannya.

Vera segera pergi dari sana tak ingin memancing suasana hati Kevin yang sedang buruk.

Di luar ruangan...

"Kenapa bos Kevin panggil kamu?" Tanya Ray dengan penasaran.

"Duh pak Ray ngagetin aja sih, pak Ray tanya saja sama bos Kevin sendiri," setelah berbicara seperti itu, Vera segera pergi.

Ray binggung ingin masuk namun dia takut bos nya itu marah, Ray memilih kembali ke mejanya melanjutkan pekerjaan yang menumpuk.

Di dalam ruangan Kevin.

Kevin mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. "Awasi Vera, laporkan semua kegiatannya. Tambah anak buah mu untuk mencari keberadaan istri ku," perintah Kevin tegas tanpa menunggu jawaban dari sebrang Kevin langsung menutup telepon.

Kevin menatap foto Wulan untuk kesekian kalinya.

"Sayang aku yakin aku bisa menemukan mu, tunggu aku," lirih Kevin tak terasa air matanya mengalir tanpa dia inginkan.

"Ha ha ha ha ha..... Hanya kamu yang bisa membuatku begini," kata Kevin sambil menyeka air matanya.

Kevin kembali menatap tumpukan berkas yang menunggu dia kerjakan.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

sabar vin ini ujian dari authoor 🤭🤣🤣

2025-02-26

2

kaylla salsabella

kaylla salsabella

wuhhaaaaa maka nya jangan sak karep e Dewe bos ...... makanya utamakan kejujuran 🤣🤣🤣

2025-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!