BAB 4 - Mimpi Buruk

"Aku tidak menyangka nasibku akan seperti ini.” Zea memejamkan matanya.

Dia duduk meringkuk di sudut ranjang, lututnya ditekuk hingga menyentuh dadanya. Jantungnya masih berdebar tak karuan, detaknya menggema di telinganya yang masih terasa perih. Ia mengusap bekas gigitan di daun telinganya, napasnya pendek-pendek, seakan setiap udara yang ia hirup terasa berat dan menyesakkan.

Kamar ini terasa seperti penjara.

Meski luas dan mewah, ruangan itu dipenuhi warna-warna gelap—dinding hitam matte, seprai kasur berwarna kelam, serta tirai tebal yang menutup rapat jendela. Hanya ada sedikit pencahayaan dari lampu gantung kristal yang temaram yang menciptakan bayangan samar di sudut-sudut ruangan.

Udara di dalam kamar terasa berat, dingin, dan menekan seperti sedang duduk di dalam sarang predator yang kapan saja bisa menerkamnya.

Giovanni Altezza.

Nama itu berulang kali bergema di kepalanya. Begitu mengerikan.

Bagaimana mungkin pria yang dikenal dunia sebagai CEO Alza Group, seorang pebisnis sukses yang dipuja-puja banyak orang, ternyata juga seorang mafia berbahaya?

Semuanya tidak masuk akal.

Zea mengingat kembali tatapan dingin itu, bagaimana cara pria itu menariknya dengan kasar, lalu menggigit telinganya. Rasa nyerinya masih terngiang di kepala Zea. Bagaimana lelaki itu mengintimidasi dan mendominasi Zea agar tidak kabur ... mampu membuat bulu kuduk merinding.

—"Jangan pernah mencoba kabur. Aku tidak suka memburu sesuatu yang sudah menjadi milikku." —

Kata-kata itu terngiang di benaknya, membuat rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dia tidak main-main.

Giovanni Alteza bukan sekadar pria kaya yang memiliki kuasa di dunia bisnis. Dia adalah seseorang yang mampu membeli seseorang seperti membeli barang. Seorang pria yang bisa menentukan hidup dan mati seseorang hanya dengan sebuah perintah.

Dan kini, Zea berada di dalam kandangnya.

Ia memeluk tubuhnya erat-erat.

Zea ingin keluar,ingin pergi dari sini. Tapi Zea tidak tau dia harus ke mana?

Mengingat bagaimana dengan mudahnya Giovanni mengintimidasi orang-orang, Zea tahu pria itu tidak akan ragu untuk memburunya jika ia nekat kabur. Akhh, pikiran-pikiran itu menguasai diri Zea, Membuatnya pusing.

Pikirannya terus berputar, dan tanpa sadar kelopak mata Zea terasa berat. Rasa lelah bangkit setelah apa yang dialami malam ini, semuanya begitu mengejutkan serta membuat mental Zea terkikis, ketakutan dan amarah tertahan bercampur menjadi satu.

Perlahan, ia jatuh ke dalam kegelapan. Matanya terpejam dan otot-ototnya rileks, Zea terbaring di atas kasur empuk dengan sprei hitam yang elegan dan sangat nyaman. Sesungguhnya itu sangat berbeda dengan kasur keras yang sering ia gunakan untuk tidur saat masih tinggal bersama paman dan bibinya.

Dulu Zea tidur deh kamar pembantu Yang berdebu dengan kasur yang terasa keras menusuk punggung. Namun walau begitu Zea tidak punya pilihan lain. Maka dari itu merasakan empuknya kasur King size tersebut membuat saya merasa sangat nyaman dan tenang walau pada kenyataannya dia tengah berada di kandang singa yang dapat kapanpun merekamnya.

---

Saat Zea terlelap dalam tidur yang panjang, alam mimpi terasa membawa Zea kembali pada kejadian hari itu.

Zea melihat dirinya yang lebih muda dalam balutan seragam sekolah dengan blazer berwarna merah bata dan pita serta rok pendek. Kalau itu Zea meminta izin kepada kedua orang tuanya kalau dia akan pulang malam karena harus ada latihan taekwondo bersama teman-temannya.

Siapa sangka, itu adalah percakapan terakhir yang dilakukan Zea kepada kedua orang tuanya. Gadis itu berangkat sekolah dengan senyuman di bibirnya dan saat dia kembali malam hari.

Suasana rumah sangat gelap, seolah tidak ada yang menyalakan lampu penerangan malam itu. Zea yang masih menggunakan seragam taekwondo berwarna putih bergerak membuka pintu dan di dalam ruangan pun tetaplah gelap.

Bahkan Zea sempat berfikir positif, apakah hari itu adalah malam ulang tahunnya hingga rumah sangat gelap? Namun pikiran positif Zia terasa ditepis begitu saja saat dia mendengar suara jeritan ayah dan ibunya.

Jantung Zea memompa cepat kala itu, nafasnya terengah-engah, segera dia berlari mencari saklar lampu untuk dinyalakan. Nafasnya tercekat, saklar lampu tidak dapat dinyalakan. Hanya deru petir bersahut-sahutan yang terdengar jelas mengamuk di langit dan memunculkan kilatan yang membuat rumah mereka seolah menyala.

Di saat itulah dia melihat siluet seorang pria dengan pistol di tangannya dan kedua orang tuanya yang telah terbaring di lantai berlumuran darah. Saat itu juga tubuh Zea merosot ke lantai, kakinya tidak lagi dapat menopang berat badannya.

Tubuhnya lemas.

Bergetar.

Air mata terjun, tak terbendung lagi.

Dia hanya dapat berteriak hingga tenggorokan sakit. Bahkan saya tidak melihat dengan jelas siapa pria itu, siapa sosok yang telah tega membunuh kedua orang tuanya, Zea bahkan tidak sanggup untuk melihatnya karena yang ada di pikirannya saat itu hanyalah tentang kedua orang tuanya yang telah terbaring berlumuran darah.

Bahkan ilmu taekwondo nya tidak dapat membantu, saat melihat kedua orang tuanya tidak lagi bernyawa di bawah sana. Teknik bela dirinya tidak berguna. Zea lemas, dia mendadak menjadi gadis yang sangat lemah.

Hatinya sangat sakit, desiran dalam dadanya tak dapat terlupakan, ditambah dengan tangis dan teriakan yang terdam oleh suara petir serta sinarnya yang terus mengkilatkan penampakan kedua orang tuanya yang tak lagi dapat diajak bicara.

Zea hancur.

Dia tidak berdaya.

Dia ...

Zea terbangun dengan napas tersengal.

Jantungnya berdebar begitu kencang, keringat dingin membasahi pelipis dan punggungnya. Ia merasakan tubuhnya menggigil meskipun udara di ruangan ini cukup hangat.

Tangannya mencengkeram seprai hitam di bawahnya, matanya masih dipenuhi bayangan mimpi buruk yang begitu nyata.

Saat napasnya mulai teratur, ia baru menyadari sesuatu yang jauh lebih mengejutkan.

Ada seseorang di sampingnya.

Tubuhnya menegang seketika.

Zea menoleh, dan detik itu juga darahnya serasa berhenti mengalir.

Giovanni Alteza.

Pria itu berbaring di sebelahnya dengan santai, mengenakan kemeja hitam yang terbuka di beberapa kancing atas, memperlihatkan kulitnya yang kokoh. Mata cokelat gelap itu menatapnya dengan ekspresi malas, seolah keberadaannya di ranjang ini adalah sesuatu yang biasa.

"Kau menganggu tidurku,"ucap Giovanni dengan tatapan dingin.

Zea tidak bisa berkata-kata. Otaknya masih berusaha memahami situasi ini.

Kenapa Giovanni ada di sini?

Kenapa dia tidur di sampingnya?!

"K-kau—" Zea membuka mulut, tetapi sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, pria itu mendesah pelan, menutup matanya sejenak sebelum kembali menatap Zea dengan pandangan yang tak bisa dibaca.

"Tsk. Tidak bisa tidur dengan tenang?”

"Apa yang kau lakukan di sini?”

“Ini kamarku.”

“Apa?!!” Zea terdiam, tubuhnya membeku. "Dan kau ... kau ... mendengarkan ku? Mengigau?”

”Tentu saja, aku tidak tuli. Kau menggerang sepanjang malam, terus saja menangis dan membuatku sangat terganggu.”

"Kau bisa pergi ke luar jika terganggu.”

“Dan apa hakmu mengusir ku?" Giovanni menatap tajam Zea dengan aura dominan.

"Maksudku ... aku tahananmu kan? Kenapa kau memberikan kamarmu untuk tahanan mu?" Nafas Zea masih belum teratur karena mimpi tadi.

Giovanni menatapnya lekat-lekat. Tidak menjawab pertanyaan Zea. Ada sesuatu dalam tatapan itu, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar ketidaksabaran.

Namun, pria itu tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya duduk, merapikan sedikit rambutnya yang berantakan, lalu beranjak dari tempat tidur dengan tenang, seolah malam tadi tidak terjadi apa-apa.

Zea masih menatapnya dengan mata lebar.

Satu hal yang pasti—mimpi buruknya belum berakhir. Ia masih berada di dalamnya. Dalam kegelapan yang diciptakan oleh pria itu.

Dan ia tidak tahu bagaimana cara keluar.

Episodes
1 BAB 1 - Hutang
2 Bab 2 - Malam Pertemuan
3 Bab 3 - Zea adalah Properti
4 BAB 4 - Mimpi Buruk
5 BAB 5 - Sisi Sang Mafia
6 BAB 6 - Mencoba Mencari Jalan Keluar
7 BAB 7 - Jalan Keluar di Depan Mata
8 BAB 8 - Taktik Kabur
9 BAB 9 - William
10 BAB 10 - Pertarungan
11 BAB 11 - Ketegangan
12 BAB 12 - Rantai Kehidupan
13 BAB 13 - Belenggu Giovanni Altezza
14 BAB 14 - Peraturan dan Janji
15 BAB 15 - Percobaan Membujuk
16 BAB 16 - Kebebasan Manis
17 BAB 17 - Perawatan
18 BAB 18 - Kebebasan?
19 BAB 19 - Kenangan Indah
20 BAB 20 - Serangan Dadakan
21 BAB 21 - Sesuatu di Antara Mereka
22 BAB 22 - Dugaan
23 BAB 23 - Pelayan Menyebalkan
24 BAB 24 - Giovanni Kembali
25 BAB 25 - Ciuman?
26 BAB 26 - Naik Tingkat Menjadi Wanitaku
27 BAB 27 - Taman Terbengkalai Milik Giovanni
28 BAB 28 - Berhenti Penasaran!
29 BAB 29 - Mereka dan Malam
30 BAB 30 - Rencana
31 BAB 31 - Ledakan
32 BAB 32 - Kecurigaan
33 BAB 33 - Kepergian Giovanni
34 BAB 34 - Kejadian Mendebarkan
35 BAB 35 - Kecerdasan Giovanni Alteza
36 BAB 36 - Tipu Daya
37 BAB 37 - Ancaman William
38 BAB 38 - Penderitaan
39 39 - Aku bukan properti!!
40 BAB 40 - Makan
41 BAB 41 - Perasaan Giovanni
42 BAB 42 - Ledakan Dibalas Ledakan
43 BAB 43 - Satu Langkah Bertemu Denganmu
44 BAB 44 - Padahal Tinggal Sebentar Lagi Aku Bisa Bertemu Denganmu
45 BAB 45 - Giovanni Lebih Baik Daripada William
46 BAB 46 - Sebuah Cara
47 BAB 47 - Menukar Nocturne dengan Zea
48 BAB 48 - Siapa yang akan mendapatkannya?
49 BAB 49 - Usaha Kabur yang Sia-sia
50 BAB 50 - Luka Pengorbanan
51 BAB 51 - Pengorbanan Zea
52 BAB 52 - Lembar Persetujuan Pernikahan
53 BAB 53 - Jangan Tinggalkan Aku
54 BAB 54 - Ciuman Kerinduan
55 BAB 55 - Kebimbangan Hati
56 BAB 56 - Karena hanya kau yang aku inginkan
57 BAB 57 - Aku Mencintaimu
58 BAB 58 - Senyuman Giovanni
59 BAB 60 - Sarapan Romantis
Episodes

Updated 59 Episodes

1
BAB 1 - Hutang
2
Bab 2 - Malam Pertemuan
3
Bab 3 - Zea adalah Properti
4
BAB 4 - Mimpi Buruk
5
BAB 5 - Sisi Sang Mafia
6
BAB 6 - Mencoba Mencari Jalan Keluar
7
BAB 7 - Jalan Keluar di Depan Mata
8
BAB 8 - Taktik Kabur
9
BAB 9 - William
10
BAB 10 - Pertarungan
11
BAB 11 - Ketegangan
12
BAB 12 - Rantai Kehidupan
13
BAB 13 - Belenggu Giovanni Altezza
14
BAB 14 - Peraturan dan Janji
15
BAB 15 - Percobaan Membujuk
16
BAB 16 - Kebebasan Manis
17
BAB 17 - Perawatan
18
BAB 18 - Kebebasan?
19
BAB 19 - Kenangan Indah
20
BAB 20 - Serangan Dadakan
21
BAB 21 - Sesuatu di Antara Mereka
22
BAB 22 - Dugaan
23
BAB 23 - Pelayan Menyebalkan
24
BAB 24 - Giovanni Kembali
25
BAB 25 - Ciuman?
26
BAB 26 - Naik Tingkat Menjadi Wanitaku
27
BAB 27 - Taman Terbengkalai Milik Giovanni
28
BAB 28 - Berhenti Penasaran!
29
BAB 29 - Mereka dan Malam
30
BAB 30 - Rencana
31
BAB 31 - Ledakan
32
BAB 32 - Kecurigaan
33
BAB 33 - Kepergian Giovanni
34
BAB 34 - Kejadian Mendebarkan
35
BAB 35 - Kecerdasan Giovanni Alteza
36
BAB 36 - Tipu Daya
37
BAB 37 - Ancaman William
38
BAB 38 - Penderitaan
39
39 - Aku bukan properti!!
40
BAB 40 - Makan
41
BAB 41 - Perasaan Giovanni
42
BAB 42 - Ledakan Dibalas Ledakan
43
BAB 43 - Satu Langkah Bertemu Denganmu
44
BAB 44 - Padahal Tinggal Sebentar Lagi Aku Bisa Bertemu Denganmu
45
BAB 45 - Giovanni Lebih Baik Daripada William
46
BAB 46 - Sebuah Cara
47
BAB 47 - Menukar Nocturne dengan Zea
48
BAB 48 - Siapa yang akan mendapatkannya?
49
BAB 49 - Usaha Kabur yang Sia-sia
50
BAB 50 - Luka Pengorbanan
51
BAB 51 - Pengorbanan Zea
52
BAB 52 - Lembar Persetujuan Pernikahan
53
BAB 53 - Jangan Tinggalkan Aku
54
BAB 54 - Ciuman Kerinduan
55
BAB 55 - Kebimbangan Hati
56
BAB 56 - Karena hanya kau yang aku inginkan
57
BAB 57 - Aku Mencintaimu
58
BAB 58 - Senyuman Giovanni
59
BAB 60 - Sarapan Romantis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!