Beberapa saat setelah kejadian di Malam itu.
" E. Eh? " Aku baru saja terbangun.
Kepalaku sakit bahkan terasa begitu berat kala mengangkatnya, pandanganku masih belum jelas. Namun ada sosok wanita berkemben di depanku yang telah menjagaku.
" Tenang Ayu. Ayu baru saja pulih " Seru sosok yang tidak bisa ku kenali.
" Siapa itu? dimana aku sekarang? " Tanyaku berusaha untuk berkompromi dengan situasi aneh di sekitarku.
" Tenang Ayu. sekarang Ayu sedang berada di rumah. " Lagi suara itu mencoba menenangkanku.
" Ayu?! " Kagetku lalu mulai mengerti situasi.
Bagi sejumlah adat di Indonesia, nama yang di sebutkan Ayu ini adalah nama yang biasa di sebut bagi wanita yang terhormat pada jaman dinasti kerajaan. Nama Ayu sendiri adalah ungkapan sopan dan santu untuk seorang gadis dari kuturunan asli bangsawan.
" Bu. mohon maaf. bisakah saya meminta selembar kain basah untuk membasuh wajah saya? " Pintaku.
" Nje, Ayu. Permisi " pamitnya menunduk dalam penglihatan samarku.
Ia membungkukkan badannya sambil berjalan kebelakang. Dalam 4 atau 5 langkah ke belakang baru ia akan berbalik dan berjalan normal lagi hingga menuju sebuah pintu.
" Tempat apa ini? Mengapa tidak begitu asing? " Gumanku mencari pemandangan yang lebih jelas.
" Percuma! mataku masih kabur, ini tidak baik bagiku. Aku harus segera keluar dari sini " Pungkasku menurunkan kedua kakiku.
" Ini Ayu. Sudah saya bawakan sebaskom air dan selembar kain bersih, sesuai permintaan Ayu. " Lagi suara itu sambil menyodorkan kain yang telah ia basahi.
Aku menerima kain basah itu, lalu ku sekahkan pada seluruh wajahku. Namun aku tak lupa tuk baca sedikit mantra yang secara tiba-tiba melintas di pikiranku kala menyentuh kain basah tersebut.
" Njeng ngaro ayu petis " Itulah yang ku ucapkan kala sebelum mensekah wajahku.
Entah apa artinya, namun setelah mengucapkan mantra itu. Secara ajaib aku merasa wajahku segar bahkan penglihatan ku pun kembalu jerni dan semakin tajam.
" Trima kasih. " Ucapku lalu melihat wajah sosok yang membantu melayaniku.
" Nje Ayu. " singkat nya.
Mengagumkan, wajahnya sangat jelita. Matanya begitu bersih, sangat natural dan segar di pandang.
" Bolehkan saya bertanya, kamu siapa? " Tanya sopan.
" Nje Ayu. Saya pelayan Ayu. " Ucapnya terus menundukkan wajahnya.
" Dimana tata kramamu? Tatap mataku kala berbica denganku. " Pungkasku tak senang.
" Maaf Ayu!! saya tidak berani!! mohon maafkan saya Ayu!! " Ucapnya panik lalu berlutut di depanku.
" Yah sudahlah! kau kuijinkan pergi dari sini, tapi beri tahu aku siapa yang membawaku?! " Lagiku tegas.
" Maaf Ayu, eh. soal itu saya tidak berani. " Laginya kini masih dengan raut ketakutan namun nada yang lebih menurun.
" Kenapa!!? " Bentakku.
Aku membentaknya karena merasa bahwa ini adalah tindakan penculikan.
" Aku yang membawamu. " Suara itu muncul dari balik pintu dengan ukiran batik yang sangat mengagumkan mataku.
" Siapa tuan?! " Tegasku namun tetap sopan.
" Baru beberapa tahun di alam Manusia dan kamu sudah lancang padaku? " Pungkasnya sembari mendekati ku.
Sosok pria asing yang entah sejak kapan dan dari mana, mendadak menjawab serta menegurku akan perilakuku. Ia mengenakan pakaian yang juga tak tau ada berapa lapis.
" Jika dilihat, dia tampak berpakaian seperti seorang kaisar dari China. Apakah?... Tapi tidak mungkin sejauh ini aku dibawa olehnya, bahkan ornamen di sini tampak aliran dari Jawa. Batik adalah salah satu ciri khas Indonesia kan? bahkan pelayan ini memakai logat Jawa. Huhhhsfff Apa yang terjadi sebenarnya ini? " Batinku menyimpulkan segala yang ada di sekitarku.
" Putri Ayu?! Apakah kau lupa akan tanggung jawabmu di alam manusia? " Pungkasnya dengan tegas dan gagah.
Ada rasa ketidak senangan dalam wajah serius itu, akhirnya aku pun berusaha untuk mengamati sekeliling. Mataku terpaku pada sebuah benda kayu persegi panjang di salah satu sisi sabuk yang ia mengantungkan dan tanpa sengaja aku pun melihat benda yang sama dengan miliknya dengan yang ku punya pada sabuk kanan ku juga.
Aku berdiri memberi hormat layaknya seperti yang perna ku tonton di film kerajaan Majapahit.
" Salam Ayahanda " Pungkasku sambari memberi hormat dengan menundukan badanku perlahan.
" Hem.. " Ia mengangguk lalu membelakangi ku
" Ayah tahu, kau pasti masih bingung bukan dengan keberadaanmu disini? " Ia melirik dengan tajam.
" Betul, Ayahanda. " jawabku masih menunduk.
" Manusia. Mereka mengambil semua ingatanmu rupanya dan melupakan hal penting dari tujuanmu. Baiklah, sepertinya Ayah akan membantumu mengingat segalanya disini. " Ucapnya lalu mulai mendekati ku.
Aku tidak menjawab perkataan sosok yang ku panggil Ayahanda tersebut. Memang benar, aku sepertinya telah banyak melupakan hal-hal penting dalam hidupku. Bahkan identitas ku sendiri, hingga saat ini masih saja terus disembunyikan oleh banyak orang di sekitarku.
" Baik, Ayahanda. Mohon bantuannya. " Pungkasku lembut.
" Ikuti saya, Kau harus menjalani beberapa ritual Kramat pada leluhur kita. Semuanya bisa kau jalani apabila mentalmu memang tangguh, serta takdir yang memihakmu. " Seru Ayah memimpin jalan di depanmu.
Aku berjalan dengan langkah yang terbatas. Selembar kain batik yang melingkar dengan indah di pinggulku ini telah membuatku sedikit kesulitan untuk mengejar langkah kaki Ayahanda yang sedikit lebih besar. Pakaianku sangatlah indah, perpaduan antara warna Kuning terang dan warna putih. Memancarkan sebuah warna yang lembut jika di pandang serta meninggalkan kesan kesucian dan kemurnian bagi pemakainya.
Aku melihat Ayahanda berhenti pada pintu besar yang langsung memperlihatkan satu batu yang amat besar tengah tertanam di atas tanah yang humus. Ada banyak penjaga yang mengelilingi batu tersebut, bahkan sebuah piring-piring besi yang berisikan beberapa bentuk persembahan.
" Ayahanda? Apa maksud ini semua? " Ucapku di belakangnya.
" Tentu saja kau akan bersemayam selama 3 hari di atas batu itu. Apakah kau melupakan tradisi keluarga kita Putri Ayu? " Lugasnya padaku.
" Apa maksud dari perkataan ini, Ayahanda? " Ucapku menimbang tiap kalimatnya barusan.
" Kau harus menjalankan ritual sebagai penghormatanmu pada leluhur kita, beri a pengucap rasa trima kasihmu atas kepulanganmu di tanah ini, dengan memujanya. Sang Putri Raden Ayu Chandra Langi, Anak dari Raja Candra Langi lustiwo dan Ratu Raden Suriang Andina. Tentu sudah kewajiban mu untuk melakukan beberapa persembahan atas leluhur terdahulu. " Jelas Ayahanda dengan beberapa gerakan tangannya.
" Ayahanda!!. Ini salah! Di dunia manusia orang tua saya mengajari saya tentang ini semua, ini hanyalah sebuah kebohongan iblis pada kita ayah! maaf atas kelancangan Ayu, Ayahanda. Akan tetapi Ayu menolak untuk bersembahyang disana, sebab Ayu merasa ini bukanlah tindakan untuk mempercayai adanya tuhan. " Pungkasku menolak dengan sopan dan berhati-hati.
" Hemp! Kau ini. " Singkatnya.
" Lalu apa yang di ajarkan orang tua angkatmu disana? " Tanya Ayahanda tanpa melihat kearah ku.
" Ayah? mohon maafkan Ayu, namun di dunia manusia Ayu adalah seorang anak yang memiliki agama. Agama Ayu pun jelas sekali beragama Islam, Ayu juga tidak perna melakukan hal seperti ini. " Jawabku jujur namun penuh rasa khawatir akan kemurkaannya.
Beberapa saat keheningan menyelimuti Susana canggung ini. Mendadak aku merasa merinding di sekujur tubuhku, hawa Ayahanda perlahan-lahan mengunci kebekuan atmosfer di antara kami.
" Hahahha..... " Ayah tertawa lepas
" Hah!? " Kejutku mendengar tawa Ayahanda yang terbahak-bahak.
Aku terkejut, hingga tanpa sadar telah mengangkat wajahku untuk melihat punggungnya.
Ia berbalik dengan wajah tersenyum.
" Ayu! " Bentaknya.
" !? " Tekejut.
" Maaf Ayah, Ayu pantas menerima hukuman atas ketidak taatan Ayu terhadap perintah Ayahanda. " Pungkasku pasrah akan konsekuensinya dan menciptakan rasa kecemasan yang luar biasa besarnya.
" Ayu! Jangan takut, Nak. Sesungguhnya ayah hanya ingin mencoba keimananmu saja. Apakah Darah kutukan itu telah berhasil membutakanmu saat ini?! " Jawabnya lalu memutar tubuhnya menghadap ku.
" Hah? Apa maksud Ayahanda ini? Ayu mohon penjelasannya, Ayah. " Pintaku
" Yah-yah. Sudah saatnya yah. " Gumannya Mengangguk-angguk.
Singkat cerita, Ruang Dinasti Agung.
" Ayahanda? Bisakah Ayah menjelaskan pada Ayu sekarang? Sebenarnya, apa yang terjadi pada diri Ayu, Ayah? " Pungkasku duduk meleseh di atas bantal tipis namun lembut.
" Yah. Sepertinya Ayahanda memang harus memberi tahukan segalanya sekarang. Sebenarnya, Ayu? Orang tuamu, salah satunya adalah seorang keturunan Darah Terkutuk, Yakni Bapakmu, Kyai suro. " Ekspresi Ayahanda bercampur antara suasana serius dan juga kesedihan.
" Lalu mengapa? Apakah Bapak Ayu telah melakukan kesalahan? " Tanyaku mengamati.
" Tidak, Ayu. Di alam ini, keturunan Darah Terkutuk bukanlah sosok pembawa masalah seperti di tempatmu. Disini kau sama tingginya dengan seorang Dewi, bahkan kau punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Bapakmu salah satunya adalah pengendali Portal Waktu dan Penguasa terhebat di Alam ini. Akan tetapi pada suatu masa, Sang Agung Kyai Soleh melarang Bapakmu untuk melakukan perjalanan waktu. Sebab Manusia tidak akan menerima kedatangan kita disana, kita semua akan di anggap sebagai makhluk rendahan. " Lagi jelas Ayahanda dengan teliti.
" Lalu apa yang terjadi? dimana Bapak dan Ibu kandungku, Ayahanda? " Ucapku sembari menggenggam tangan Ayahku.
" Putri Ayu? Ini adalah hukum alam, Alam manusia tidak di takdirkan untuk melewati batas kuasa Tuhan. Meski sekarang kau menyembah tuhan yang kau percayai sekarang, tapi kita masih satu aliran. Hanya saja Cara bapakmu salah, ia bersekutu dengan iblis agar bisa melewati portal waktu ke masa depan. Dan ia sendirilah yang akhirnya mendapat musibah berat. " Kini Ayahanda bangkit dari singgasananya.
" Maksud Ayahanda, apakah ledakan di rumahku saat itu adalah bayaran dari perbuatan Bapak Ayu atas perjanjiannya? Akan tetapi Ayu melihat kami berada di jaman modern, bagaimana bisa sekarang Ayu kembali pada jaman ini? " Serangkai pertanyaan menyerang Ayahanda.
Ia tampak menimbang-ninmbang ketika usai mendengar pertanyaan ku. Ada yang ganjal dari tingkahnya.
" Ayahanda, Cepat atau lambat. Ayu pasti akan mendapatkan Jawabannya. Sekarang Ayu tau bahwa Ayahanda saat ini tidak ingin aku terlalu jauh mengetahui banyak hal yang di luar kendali Ayu. " Pungkasku mencoba memahami situasi.
" Ayu? Kau keturunan Asli dari Darah Terkutuk. Kehadiranmu adalah anugrah bagi kami, bahkan Iblis Skali pun tidak akan mampu melawanmu. Akan tetapi, saat ini Darah Terkutuk itu belum bisa kau kendalikan. " Lagi Ayah kini menyentuh wajahku dengan lembut.
" Ayu tahu Ayahanda, Ayu bisa memahami situasi ini. Ayu tahu bahwa Bapak telah mengunci Darah ini dengan mantranya. Ayu bisa merasakan kebekuan itu saat Ayu merasa ingin meledakan emosi Ayu. " Jawabku berterus terang.
" Akan tetapi, Ada satu hal yang telah membuat Ayu bingung. Jika di ijinkan Ayu ingin bertanya pada Ayahanda satu pertanyaan lagi, Bolehkah? " Pungkasku berharap penuh pada Ayahanda.
Ayahanda melirik padaku, tatapannya sangat aneh. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku, juga seperti sedang mencoba mengamatimu dengan sangat berhati-hati.
" Ayahanda? Sejak kapan aku jadi bernama Ayu? dan Sejak kapan juga Ayahandaku memakai ini?!!! " Tegasku menarik pergelangan Ayah yang dimana terdapat sebuah gelang sekutu musuhku.
" Ayu? Ka-kamu jangan mengada-ngada! Ayahanda adalah Ayahandamu. Bukan kah kau telah melihatku sewaktu kecil? " Ucapnya mulai memperlihatkan gerak-gerik yang kaku lalu menarik tangannya.
" Hmp! " Aku tersenyum sinis pada sosok pembohong di depanku.
" Benarkah? " Singkatku.
" Tentu saja! Huhff... Ayahanda sedikit lelah hari ini. kalian!? Tolong hantarkan Putri Ayu kembali ke kamarnya. Putri Ayu? " Pungkasnya mencoba menghindar lalu meminta pelayannya membawaku pergi.
" Baiklah Ayahanda, mungkin Ayu terlalu gegabah menilaimu. Terima kasih atas kemurahan hati Ayahanda pada Ayu. Ayu mohon undur diri. " Ucapku ikut membantu dalam perannya sembari memberu hormat.
Aku dibawa oleh kedua Pelayan wanita atas perintahnya. Gerak-gerik sosok Ayahandaku cukup membuatku mengunci segala kecurigaan ini.
" Cukup! kalian cukup mengantarku disini. Perintahkan pada lainnya untuk jangan memasuki kamarku tanpa seijin ku, jika tidak kalian akan tau akibatnya. " Seruku pada kedua pelayan di belakangku.
" Nje, Putri Ayu. " Jawab keduanya.
" Pergi!! " Tegasku.
Akhirnya kedua pelayan tersebut pergi meninggalkan ku di depan kamarku. Aku masih merasakan Aurah aneh sejak tersadarnya diriku disini. Ada sejumlah ingatan kecil yang menyambut kedatanganku disini.
" Aku harus menyelidikinya dari sekarang. Ken dan Nazume pasti tau. " Gumanku lalu melangkah masuk kamar.
.
.
.
.
.
Situasi aneh terjadi. Aku ingat, bahwa aku tak sadarkan diri dirumah Mama. Namun sewaktu bangun wajah itu malah yang menyambutku. Berlanjut pada Sosok lelaki aneh dengan penampilan ganjal di dekatku, semakin mendorongku untuk melakukan sedikit tindakan kecil untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments