Episode 7

" Sebusuk busuknya bangkai disembunyikan, suatu saat akan tercium juga "

.

" Aku tidak melakukan kesalahan kan?! " Bisikku.

Aku meringkuk dari balik lemari yang sengaja di letakan pada sudut dinding, sehingga ada rongga kecil yang slalu ku jadikan tempat persembunyian ku kala semua orang mengejekku.

Aku memeluk erat kakiku, ku tadahkan wajah ini hingga tenggelam dalam ringkukkanku, sambil terus berucap.

" Aku tidak melakukan kesalahan kan?! ".

Kecemasanku kian hari, semakin besar. Belum lagi semua orang yang terus memanggil manggil namaku setelah tahu apa yang ku perbuat. Dahulu aku perna di hukum oleh guru TK di skolah ini karena Dinda, dan sekarang setelah naik kelas satu aku malah melakukan hal kejahatan yang menurutku adalah hal paling jahat di dunia, serta hal paling memalukan seluas alam semesta ini.

" Afika??!!!! nak?!!.. ayok kamu dimana?!! " Seru Bu Titi yang entah dimana keberadaannya.

" Aku tidak melakukan kesalahan kan?! " lagi bisik itu kembali terucap pada mulut kecil ini.

Selama mengucapkan kalimat yang sama setiap saatnya, tanpa ku sadari aku sudah sangat lama di sana, bahkan mungkin sudah hampir 2 jam aku bersembunyi dari semua orang. Akhirnya persembunyian ku kini menjadi sia sia semata, ketakutankh belum kunjung hilang, tubuh ku terus bergetar tanpa henti.

" Ibu gulru. sepelrti Afika ada di balik benda besalr ini deh?! " Suara anak lelaki yang aku kenali.

" Benar kah Ilham??!! kalo begitu, Ayok bantu ibu guru mendorongnya nak?! " Saut Bu Titi mulai mendekat.

" Sreeetttt...."

" Afika?!! " ia memelukku, namun aku enggan.

" Afika, nak sayang?!! kamu?! kamu ngapain di sana nak?! Kamu tidak apa apakan?! sini sini?! " Tangannya mulai menarikku.

" Afika.. Bu guru Afika kenapa...hiks hikss.. " Tangis Ilham mulai pecah.

" Hei, anak laki laki mana boleh menangis... " Gumanku pelan khusus untuknya.

Aku mengikuti Bu Titi hingga berhenti pada mejanya di kelas ini, ia duduk dan menghadapkan ku pada dirinya, semua orang terus melihatku dengan tatapan yang aneh bagiku. Seperti tatapan itu mengutarakan rasa Jijik, kebencian, membunuh, dan hal seram lainnya.

Malu? .

Apakah aku merasa malu setelah mencuri Snack Bu Titi?.

Sesungguhnya dari dalam hati ini, aku sama Skali tidak memiliki perasaan malu dengan apa yang aku lakukan, lebih tepatnya aku tidak merasakan apa apa lagi. Seperti mati rasa!

Hari itu Bu Titi banyak menanyakan banyak hal padaku, dan aku menjawabnya dengan jujur dan tanpa ekspresi sama Skali, hingga pada saat jam pulang sekolah tiba. Bis yang biasa mengantar jemput ku, rupa rupanya seisi anaknya takut mendekatiku. mereka bahkan membicarakan ku selama perjalanan pulang sekolah.

Kebiasaan ku adalah duduk di dekat jendela, siapapun yang mengambilnya aku akan segera membuat ia menangis saat itu juga, jadi aku hampir setiap saat duduk disana.

Semuanya membaca surat keselamatan perjalan saat pertama kali kami keluar pintu gerbang sekolah. Yah! semuanya! Kecuali aku.

Singkat cerita.

" Kenapa kamu melakukannya Afika!!!?? apa kamu tidak merasa malu dengan semua yang kamu lakukan?!! Hah?!! " Suara itu menggelegar seisi rumahku.

Suasana sejuk yang biasa ku dapatkan setelah pulang sekolah, suasana aman yang kudapatkan setelah hari yang melelahkan, kini tidak ku rasakan pada hari ini.

Suasan kepulangan ku dari sekolah, mendadak memanas saat ibu membuka buku catatan penghubung antara orang tua dan Wali kelas.

Di dalam buku itu, semuanya tertera dengan jelas dan detail, jumlah Snack yang ku curi, jenis Snack, dll.

" Jawab kalau mama tanya?!!! " Bentaknya sambil meremas lenganku dengan kuat.

" Sebegitu salahkah aku?! " pikirku kala mendapat beberapa bentakan.

" Afika??!!!! jawab nak!! Jawab!! " Mama mengguncang tubuhku.

Ingin segera melepaskan semua ini, tanpa sadar dengan lancang aku malah menatap mata Mamaku dengan penuh emosi. Bahkan Mama sampai kaget dengan kelancanganku hari itu.

" !? " Mama terbelalak melihatku menatapnya dengan emosi.

" Afika? Kamu?.. Kamu bukan Afika yang mama kenal.. " Kalimat pertama setelah melihatku tengah menatapnya dengan tatapan emosi.

" Afika.. juga tidak mau.. Afika juga tidak suka...Afika juga benci.. Afika juga marah.... Afika.. Afika.... Afika!!!!! " Gumanku semakin meninggi.

" Pak!!!!! " Satu tamparan mendarat di wajahku.

" ... " Wajahku mengikuti arah tamparannya.

Emosiku semakin naik, dadaku semakin sesak, pikiranku semakin kacau, mataku seakan ingin keluar.

" Arrggg!!!!!! " Aku berteriak kesal.

" Afika kamu kenapa nak?? " Suara itu bergetar dengan pelan.

" Afika tidak tau...Afika benci.. Afika marah... Afika tak suka... Afika marah... Afika marah... Afika marah!!!!!!!!!!!!!!!!!! " Emosiku meluap pada kalimat akhir.

" Afika BENCI!!! AFIKA BENCI MEREKA SEMUA!! MEREKA MENYUKAI AFIKA KALAU AFIKA MAU MEMBAWAKAN MAKANAN UNTUK MEREKA! AFIKA MARAH, MARAH, SANGAT MARAH!!, MENGAPA SEMUANYA TIDAK MENYUKAI AFIKA!! KALA AFIKA DIAM DAN MENGALAH AFIKA TETAP DI PERLAKUKAN HAL SEPERTI ITU!! LALU SETELAH AFIKA MENCOBA MEMBUAT KESALAHAN DAN MELAKUKANNYA AFIKA!??..... " Emosi itu tidak dapat ku tahan lagi, tanganku mengepal kuat, tubuhku bergetar karena terlalu menahan nahan emosi.

" AFIKA!!.....AFIKA!!.... Semuanya!... Arrggggg!!!!!..... " Aku mengacak kudungku hingga terlepas.

Seperti orang yang kesetanan, untuk pertama kalinya aku marah marah di hadapan orang yang paling ku sayang. Aku mengomel dengan nada yang tak pantas di hadapan orang tuaku. Namun itu semua akibat dari apa yang berusaha ku tahan pada hari hari yang mengujiku setiap saat.

" Siapa?? siapa yang sudah berbuat jahat pada Afika?? siapa nak??? siapa?? " Suara mama lebih bergetar dari sebelumnya.

Ia terus bertanya seiring dengan kedua tangannya yang membelaiku secara asal asalan.

" Semuanya!! Afika dimusuhi oleh semuanya!! Hari itu .... " Bercerita.

Alur cerita Afika sebelumnya.

" Hari itu Afika tengah bermain dengan salah satu teman kelas Afika... " Ucapku lalu terbayang kejadian hari itu.

" Heh?!! Jangan main di atas meja!!! ayok turun!! nanti aku laporkan kamu ke kepala sekolah!!! biar tau rasa!!! " Suara bentakan Kaka kelasku sambil menarikku dengan penuh paksaan.

" Kenapa??? Bu Titi bilang tidak apa apa asal jendelanya di tutup, katanya usia kami, usia berekspresi apapun.. " Ucapku pelan dalam rasa takut.

" Tetap saja tidak boleh!!! " Ia mendorongku hingga tersungkur membentur meja.

Hari itu belakangku yang terbentur meja telah membiru, mama yang melihatnya saat memandikanku, bahkan mamapun perna bertanya namun saat di tanya mengapa? aku malah memutar topik dengan cerita bohong penuh tawa. Kala itu aku takut mama akan memarahiku juga jadi aku coba untuk merahasiakan.

Lalu pada hari dimana kami membuat sebuah bingkai foto dari Karton bekas, saat itu juga aku mendapat pujian dari Bu Titi dan lainnya karena hiasanku sangat bagus katanya, sangat berjiwa seniman.

" Wahh .. Afika.. punya Afika sangat bagus... apa boleh Afika memberikannya pada ibu nanti?? " ucap Bu Titi yang terkesima dengan hiasan hiasan Lukisanku pada bingkai tersebut.

Setelah mendengar Bu Titi memujiku, tiba tiba beberapa teman yang penasaran akhirnya ikut melihat hasil karyaku pada bingkai daur ulang itu. Semuanya terkesima dengan hasil tanganku, lalu karena senang akhirnya mereka sendirilah yang memintaku untuk mengajari mereka semua cara melukis.

" Afika?? Apakah seperti ini heheh " Tanya Lutfi padaku sambil terkekeh.

" Yah!! Lutfi sangat pandai yah!! hehe " Jawabku dengan antusias.

Alhasil, setelah mengajari mereka semua, Bu Titi meminta kami menjemurkan bingkai kami semua di bawah sinar matahari, Suasana sangat terasa begitu nyaman bagai hari hari di penghujung musim semi.

Awalnya kesenangan itu telah membangkitkan rasa kenyamananku disekolah ini, akan tetapi semua itu rupanya tidak bertahan lama. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Ratu dengan sengaja memperlambat gerakannya saat menghias bingkai buatannya, tak lama kemudian Bu Titi menyuruh kami semua untuk masuk kelas.

" Ayok semua masuk kelas!! " Ucap Bu Titi dengan semangat.

" Yooooo!!!! " Koor kami semua.

" Bu Titi. ratu mau taruh ini dulu... " Ucapnya lalu berlari ke tampat kami semua menjemur hasil karya kami.

Aku melihat Ratu dan Putri berlari ke arah bingkai ku berada dan meletakkan bingkai mereka di sana. Akan tetapi aku tidak tahu mengapa mereka mau menempatkannya di dekatku.

" Bukankah mereka membenciku??? " Batinku.

Aku tidak menghiraukannya karena ku pikir mereka telah berubah pendapat mengenai ku. Hingga pada keesokan harinya, Dimana semua orang bergembira mengambil hasil karyanya sebab semalam tidak turun hujan sama Skali, jadi kami sangat yakin bahwa bingkai itu telah mengering.

" Ini dia bingkainya!!! " Seru Bu Titi menggoyangkan setumpuk bingkai di tangannya.

" Lutfi!!!.....Ilham!!!....Yusuf!!!... Irman!!! ..... " mulailah nama kami di panggil satu per satu.

Semua nama di biangkai itu telah terbagi kecuali milikku seorang, aku bertanya pada Bu Titi apakah punyaku tidak ada? lalu ia menjawab tidak tersisa lagi di atas mejanya.

Mendengar jawaban Bu Titi, buru buru aku berlari ke tempat kami menjemurkan semuanya disana. Tibanya tubuhku di tempat Lutfi menempatkannya, Aku malah di buat sedih dengan satu pemandangan kecil di atas bebatuan.

Bingkai buatanku, tiba tiba saja? semua hiasannya? hiasan yang ku buat pada hari itu? Semua nya telah hilang! hilang terkikis oleh sesuatu.

Bentuknya bingkai itu tidak ada sobek sama skali hanya saja ia mendadak basah di hari teriknya panas matahari.

Kau melihatnya dengan penuh kecewa, tapi tidak dapat menuduh pelaku sembarangan. Akhirnya aku menyembunyikan lukaku dan kembali dengan girang ke kelas. Saat kembali, Bu Titi sempat bertanya kepunyaanku, namun aku menjawab dengan senyuman sambil berkata.

" Hehe punya Afika kayaknya tertimpa batu tanpa sengaja jadi rusak deh hehehe... maaf yah Bu hehehh. " Jawabku terkekeh.

" Yaahh sayang Skali... padahal punya Afika sangat bagus loh.. " Suara lemah dari Lutfi.

" Iyah .. aku malah berharap foto kita semua bisa terpajang di bingkai mu.. tapi malah rusak.. hah... " Lagi timbal Irman dengan mimik sedih.

" Hehehe.. masa sih?.. nanti kita buat yang besar saja tapi bersama sama.. okeh!!??☺️ " Pungkasku merangkul teman kelas lelakiku.

" Okehdeh!!!! " Koor mereka.

" Hahahhahaha... " Tertawa bersama.

Itu kedua kalinya aku mendapat perlakuan buruk di skolah, meski sepeleh tapi untuk ukuran anak kecil seperti kami itu sangat membekas di dada hingga kini, mengingat mentalku yang terus terusan di uji tiap hari.

Perlakuan buruk selanjutnya, Ratu dan Putri serta lainnya mengajakku solat bersama di mushola sekolah, dan benar kami berada pada staff solat yang sama.

Ratu dan lainnya mendadak baik padaku, entah mengapa tapi sepertinya mereka telah berubah, dan itu membuatku merasa senang.

Akhirnya kami semua melakukan solat jamaah di mushola sekolah, akan tetapi Ratu dan Putri berguman kecil padaku.

" Afika?? Apa kamu lihat tubuh guru itu?? " Bisik Ratu di tengah gerakan solat.

Melihat objek sasaran.

" Mengapa? " Balasku berbisik sambil mencuri curi pandang dari melihat titik bawah dan titik objek Ratu.

" Tubuhnya besar!! jika melompat maka bangunan ini bisa runtuh!! " lanjut kalimat Ratu.

Sontak membuat kami bertiga terkekeh sehingga salah satu guru pengawas kami berdecak di belakang kami.

" Ssttt..." Timbal Putri.

Kejadian itu terus berlanjut hingga solat selesai, bahkan saat sujud Ratu sempat membalikan wajahnya padaku sambil kembali berguman hal hal aneh lainnya. Tibanya waktu solat usai, Guru yang sempat menegur kami beberapa kali, kini menyuruh kami untuk mengulang solat dengan lebih serius lagi.

Bukan!.. Bukan kami! tapi hanya aku seorang! Sedangkan mereka? mereka dengan cepat mengelaknya setelah aku menunding perlakuan mereka yang terdahulu.

Mau tidak mau aku harus mengulangnya. Setelah solat waktunya pengambilan makanan di skolah, seluruh kelas yang telah selesai solat duluan akan berbaris rapi untuk mengantri mengambil makanan. Menunya terlihat enak enak!!

Ketika aku telah mengambil bagianku, pelan pelan aku memegang piringku dengan kedua tanganku, serta mata yang terus melihat isi piring itu berjaga jaga agar tidak terjatuh saat berjalan hingga ke kelas.

Kami semua makan di depan kelas, atau lebih tepatnya di teras kelas kami. Aku meletakkan piringku di dekat Dinding agar tidak terinjak oleh salah satu temanku, lalu berlari ke dalam kelas untuk mengisi air botol minumku.

Namun saat aku tengah mengisi air, tiba tiba aku mendengar suara jeritan dan tangis dari luar kelas serta suara piring yang nyaring di telinga.

" Prang!!!.. Ahh!! Huhuhuh... " Suara yang ku dengar.

Mendengar itu aku berlari meninggalkan botol airku, dan karena khawatir siapa yang menangis aku memeriksanya hingga akhirnya aku sendiri yang terkejut.

Aku melihat kaki Dinda berdarah dengan serpisahan pecahan piring disekitar kakinya. Letak piring itu sama persis dengan piring yang ku letakkan.

" Piring siapa ini??? " Tanya salah satu guru yang panik.

Tanpa pikir panjang aku mengangkat tanganku dengan ragu.

" Kenapa kamu begitu ceroboh menaruh piringku disini!!! " Bentakan itu tertuju padaku.

" A-afika... ehh.. " gugupku.

" Skarang kamu sendiri yang bersihkan itu,, ambil serik lalu bersihkan dengan baik !!! Dasar anak kurang ajar!! " Kalimat sadis keluar dari mulut yang di anggap mulia para orang tua.

Wanita berhijab itu rupanya tidak sepenuhnya bagai malaikat, ia rupany bisa berubah menjadi iblis saat berhadapan dengan ku.

Setelah mendapat bentakan, tiba tiba suara Lutfi terdengar dari dalam kelas.

" hei!!! Air botol siapa ini!?? sudah penuh dari tadi loh!!! " Suara itu menyadarkan kami semua.

" Astaghfirullah!! itu punya ku " Kau menepuk jidatku lalu berlari masuk ke kelas hingga tiba di depan dispenser aku malah terpeleset akibat genang air yang membasahi lantai kelas.

Lagi lagi Guru tadi masuk dan melihat kejadian yang tertimpa padaku, aku yang kala itu tengah menahan rasa sakit di pantatku akibat terjatuh duduk, dengan pelan pelan aku meraih botolku dan menutup keran dispenser tersebut.

" Afika kamu tidak apa apa???!! " Lutfi panik lalu menolongku.

" Hehe.. Iyah tidak apa apa kok.. tapi pantatku sakit nih!! " Ucapku menahan sakit sambil tersenyum berat.

" Mengapa kamu membuat masalah lagi!!! apa kamu bosan berdiam diri sehingga ingin sekali di hukum???!!! Sekarang kamu pel semua itu sendirian dan cepat bersihkan pecahan tadi!!!! " Bentakan itu lagi lagi tergurai begitu saja di udara kelasku.

" I-iyah " Tertunduk sedih.

.

.

.

.

.

Nasib memang tidak baik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!