4 hari kemudian.
" Kita sudah mau pulang kan Mah?! " Girangku yang tengah membantu membereskan beberapa barang kecil ku.
" Iyah, tapi harus tetap ikuti terapi tiap 2 Minggu sekali yah?! " Saut Mama yang kini tersenyum.
Tiba di rumah.
Ku pikir kepulangan kali ini akan sepi, rupanya semua temanku sedang berjongkok di depan rumahku. Setelah aku turun dari mobil Paman, mereka mengukir wajah gembira yang penuh suka cita padaku.
" Hai! Afika?!! " Seru salah satu anak perempuan yang sangat ku kenali.
" Kalian!!!!? " Kejutku lalu berlari kearah mereka semua.
" Kenapa kakak-kakak datang ke rumah Afika? " Tanyaku seraya melompat lompat kegirangan.
" Tadi itu....ada yang maksa kita buat temenin ke sini... " Sorotan mata Kak Feby tertuju pada Kevin Dan Nadiya dengan lagak mengejek keduanya.
Aku melihat arah sorotan itu lalu terkekeh.
" Ayok anak anak masuk dulu ke dalam. " Seru Mamah yang kini telah membawa bawaan kami bersama Paman.
" Yuk masuk! Maaf yah kalo sempit, soalnya bukan rumah Afika kak. " Seruku menarik dua orang di depanku.
" Kak Kevin! Kak Nadiya! Masuk yuk!!? " Seruku pada mereka yang masih terdiam membisu.
Kami berlima akhirnya memasuki rumah, ke empat kakak kelasku sekaligus temanku saat ini duduk melantai denganku. Mereka tidak keberatan jika tidak duduk di sebuah sofa mewah seperti milik mereka.
" Afika? gimana perkembanganmu? " Nada itu sangat tidak berirama di pendengaran kami semua.
" Entahlah! Afika juga tidak tahu! " Jawabku sambil melompat kecil di saat duduk bersama mereka.
" Ada kemajuan nak Kevin, Afika hanya perlu mengikuti beberapa kali terapi kecil saja kok! " Seru Mama yang muncul dengan beberapa cemilan kecil di sertai 5 gelas air putih.
" Maaf yah? hanya ada ini di rumah kami " Lagi Mama melanjutkan.
" Tidak apa apa Tante! ini sudah sangat cukup kok, Tan. " Jawab Kak Feby.
Mendengar jawaban Kak Feby, Mama pun tersenyum lalu meninggalkan kami untuk berbincang-bincang di ruang tamu.
" Gimana di sekolah kak?! " Tanyaku dengan ekspresi senang.
" Wah... parah dek! " keluh Kak Putri menjawabku.
" Parah kenapa?! " lagiku keheranan.
" Soalnya ada yang gelisa selama seminggu ini karena kamu ngak ada di sekolah? " Timbal Kak Feby seakan sedang menyindir diantara kami.
" Loh? kok seminggu? Bukannya hanya 5 hari yah Afika di rawat di rumah sakit? " Lagi bertanya karena merasa ada yang ganjil.
" Eh? kamu lupa yah?! kamu itu dua hari pingsan tau.. hari ketiganya baru sadar... Kami berempat menjengukmu selama 3 hari itu di rumah sakit kok! " Mimiknya mengikuti keheranan yang sama denganku.
" Masa sih Afika 2 hari pingsan? Pantesan Afika liat mimpi Afika kok panjaaaaanggggg amat!! " Jawabku melebarkan tanganku pada kata Panjang.
" Loh? kamu ngak tau yah?! " lagi Kak Feby ikut bertanya padaku yang juga tidak tau apa-apa.
" Bodoh! " Kak Nadiya mendorong kepala Kak Feby.
" Orang Pingsan mana tau, kau ini. Usia lebih tau, tapi pikirannya kayak anak kecil. " Kesal Kak Nadiya.
" Oh? gitu toh!?. Ya sudah, yang penting kamu sehat!!!! " Soraknya sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
" Oh yah kak, aku mau tanya Kakak sesuatu nih?! " Tanyaku mengarah pada dua sosok yang slalu menampakan mimik datar.
Semua mata tertuju pada wajah Kak Nadiya dan juga Kak Kevin.
" Kak aku mau ngomong sesuatu tapi kakak mau tidak jawab jujur sama Afika? " Pungkasku mengajak untuk serius.
" Boleh, Afika mau tanya apa? " Jawab Kak Nadiya padaku seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya.
" Afika dapat satu mimpi aneh kecil kak. " Seruku membenturkan ukuran kecil di kedua jariku.
" Lanjutkan. " Kevin berseru.
" Dimimpi itu ada nama Kak Nadiya juga Kak Kevin, lalu aku liat kalau kita perna berlari dari kobaran Api yang besar dari arah belakang kita, Kita bertiga bersembunyi di antara semak-semak yang berduri dan lebat. " Aku berusaha menjelaskan sesuai yang aku alami disaat aku tak sadarkan diri.
Mendengar ceritaku, Kak Nadiya juga Kak Kevin malah memebelakkan matanya sedikit, seperti terkejut mendengar ceritaku ini.
" Lalu seseorang datang membantu kita, ia menolong kita bertiga saat segerombolan orang berjaket hitam hitam tengah berlarian mengejar kita di dalam hutan yang sangat lebat. Saat itu tepat malam perayaan ulang tahunku yang ke-6 tahun. Ia berteriak sesuatu pada kita, seperti sebuah kode yang sama Skali tidak Afika mengerti. Kode itu....! " Kalimatku tiba-tiba di hentikan karena telah dikejutkan oleh sesuatu dari arah belakangku.
Prang!!!!...
Sebuah piring yang berisikan cemilan lain tiba-tiba tanpa sengaja dijatuhkan oleh Mama saat menuju kemari.
" Tante!!!.. Tante!!!.. Mamah!!!.. " Koor kami lalu melihat benda yang dijatuhkannya.
" Mama Ka-kakimu!!!.. Ka-kakimu.. Ber.. Ber... " Mentalku tergoyahkan dengan cairan yang mendadak berubah menjadi Abu-abu.
" Afika jangan melihatnya!! " Koor Kak Kevin juga Kak Nadiya yang mendadak membalikkan pandanganku lalu memelukku secara bersamaan.
" Itu?!.. kenapa??!! warnanya berubah jadi... jadi... " Aku terus berguman di balik pelukan mereka, mulutku mendadak gemetar saat ingin menyebutkan nama cairan yang keluar dari kaki Mama.
" Diam Afika!! Diam!! " Bentak Kak Nadiya terus memelukku bersama Kak Kevin.
Entah mengapa aku jadi punya trauma mendalam setelah kejadian mimisan hari itu, serta bayangan bayang miris terus aku lihat dalam mimpiku yang buruk. Semua itu seakan nyata tanpa bukti kuat, mentalku seperti terguncang karena hal ini.
" Tante!! kaki Tante. Itu Berdarah!!!!!" Suara Kak Feby yang kudengar.
Setelah mendengar suara Kaka Feby tadi, mendadak aku tidak dapat lagi mendengar suara apa pun dari telingaku sendiri. Semuanya seakan berdengung dengan nyaring, seperti menutup tiap pembicaraan yang ingin ku Skali dengar.
Mataku serasa berat, tubuhku lemas tak bertenaga, detak jantungku begitu melambat di sana, kepalaku sangat pusing. Samar-samar aku melihat Kak Kevin tengah mengguncangkan tubuhku dan juga menampar kecil pada pipiku, namun aku seakan enggan merespons tiap panggilan itu. Aku memang melihat mulut mulut itu tengah terbuka lebar sambil mengucapkan sebuah kata kata yang tidak ku mengerti, wajah panik semuanya tidak bisa ku pastikan seperti apa saat ini.
Aku tidak kuat, aku sangat tidak bertenaga saat ini.
" *Mengapa?... " bangun diselah ambang kesadaran ku.
" Mengapa aku tidak bisa mendengar ucapan mereka? mengapa aku seakan mati rasa kecuali keram di sekujur tubuhku? aku...Afika....aku Afika..... siapa Afika??.... sosok siapa itu*??? " Kalimat terakhir yang ku keluarkan.
Setelah mengucapkan beberapa pertanyaan didalam batin, dengan tenagaku yang mendadak hilang entah kemana? Kini malah menyudutkan ku untuk kembali menutup mata dan mengisi penglihatan ku dengan kekosongan yang berbalut akan kegelapan abadi.
" Tubuh siapa itu? " lirihku dalam kekosongan yang mengelilingiku.
Ku tatap sebuah tubuh yang terbaring seperti orang mati. Langkahku berusaha menyusulnya disana, akan tetapi entah mengapa malah semakin ku kejar malah semakin jauh pula jarak yang akan ku tempuh.
" Ka-kaki Afika!? kenapa? " Kejutku saat melihat kakiku tidak bisa ku hentikan.
Mengapa aku terus berlari dari sesuatu yang mungkin akan merenggut nyawaku? mengapa aku tidak dapat mengendalikan pergerakan tubuhku sendiri? Aku terbawa begitu saja oleh pergerakan seluruh tubuhku.
" Lewat sini!!! " Seru seorang anak kecil seusiaku yang ikut berlarian bersama ku.
Aku melihat pemilik suara itu, namun tetap tidak bisa ku menampakkan wajahnya meski jarak kami sangatlah dekat. Kedua tanganku seakan di genggam oleh dua tangan kecil.
" Hohhss...hohss... cepat sedikit!! " Lagi satu seruan tertuju padaku.
Duuuarrrrrr!!!!..
Zzzzzeeeeeeee....zzeeee......!!!
" Kejar sampai dapat!!! hidup atau mati!! harus temukan mereka!!! " *Teriak seorang pria.
" Ddoor!!! dooor!!! door!! " Suara tembakan itu berasal dari belakang kami*.
" *Hikss.. Ayah? bunda? ... hikss " Mulutku seakan berucap dengan sendirinya.
" Jangan nangis!! kita harus cepat!!! " Lagi seruan itu memaksakan tenagaku.
Tiba-tiba seseorang muncul di antara pepohonan yang gelap serta lebat.
" S e j a k k a p a n k i t a b er a d a d i h u t a n ? ! ! b u k a n k a h t a d i i t u h a n y a r u a n g h a m p a y a n g g e l a p ? ! ! " Batinku berteriak di sana.
" Nona muda!! Tuan muda!!! mohon bersembunyi di dalam sini!!! " Seseorang itu mengarahkan kami pada semak-semak di depan kami.
" Pak Yanto!! " Seru anak perempuan yang juga menggandengku dengan erat.
Kami bersembunyi di balik semak semak yang penuh akan durinya, namun hanya ini jalan satu-satunya yang dapat kami lakukan dalam pelarian kami ini.
" Door!!! Dooor!!! door!!! " Suara tembakan terus saut menyaut di depan mata kami.
Seseorang yang bernama Pak Yanto itulah yang saat ini berdiri sambil memegang sebuah benda hitam diantara kedua tangannya. Tangannya seakan menodong pada suatu objek sasarannya.
" Door!! Door!!! Door!!!.. " Lagi tembakan itu terus menerus menggelegarkan suasana tegang kami.
" Hohhss...hohsss..hohsss... " Desah nafas kami bertiga yang tidak dapat kami kontrol lagi.
" Berhanti!!! " Teriak salah satu pria yang sepertinya ia adalah pemimpin dari kelompok yang mengejar kami.
Pak Yanto telah terkepung dengan sekolompok orang yang mengejar kami.
" Husein!!! Segera bawa anak buahmu pergi dari sini!!! Atau kau akan menanggung akibatnya! " Seru Pak Yanto mencoba mengancam sekelompok di depannya.
" Hahahhahaha!!!! Kau pikir aku akan takut? Seharusnya kau yang akan menanggung akibatnya jika menyembunyikan* Gadis Darah Terkutuk!! *Cepat serahkan gadis kecil itu sebelum kau akan menyesali perbuatanmu ini di kemudian!!! " Ancamannya tertuju keras pada Pak Yanto.
Ini tidak adil. perbandingannya seperti 1:5000.
" Tidak akan!!! Aku tidak akan jadi penghianat seperti dirimu Husein!!!! " Balas Pak Yanto dengan tegas.
" Huh! " Sosok Husein mengayunkan tangannya di udara.
Seketika seluruh anak buah Husein bergerak cepat mengelilingi Pak Yanto. Husein berjalan mendekat ke arah tempat Pak Yanto berdiri.
" Hahah!! Jangan berlagak setia Yanto!!.. aku tau kau ingin hidup!! aku bisa saja menghabisimu disini dan juga anak istrimu di rumah!! " Pungkas Husein yang tengah memainkan pistolnya.
" Jangan macam-macam dengan keluarga ku Husein!!! mereka tidak ada hubungannya dengan masalah kita!! " Balas Pak Yanto yang kini memegang kerah Husein dengan sangat kuat.
" Hikss... hikss.. " Tangisku di bungkam oleh tangan anak Lelaki di sebelahku.
Kami bertiga menyaksikan perseteruan antara pak Yanto dan juga Husein. Aku masih bingung dengan situasi yang ku alami saat ini, semua ini begitu nyata untuk ku tepiskan.
" Tentu ada. Hubunganmu dengan anak istrimu adalah Keluarga yang kau bentuk dengan ikatan Sah!!! " Husein terus mengolok-olok Pak Yanto.
" Kau!!! " Teriak kencang Pak Yanto seiring dengan mengunci pergerakan Husein sambil menodongkan senjata tepat pada kepalanya.
" M e n g a p a i n i b i s a t e r j a d i ? ? M e n g a p a m i m p i b u r u k k u s e r a s a b e g i t u n y a t a ! ! ! ? ? " Lagi ku membatin dengan apa yang tela ku mimpikan.
" Jika aku harus mati*?!! Maka kalian harus ikut denganku !!!!! " Seru keras Pak Yanto lalu memasukan tangannya ke saku celananya.
" Lari!!!! dia membawa Bomm!!!!! " Teriak salah satu anak buah Husein.
Dduuuaaarrrrr!!!!!!!!!......
*Ledakannya Membentuk Balon Api yang sangat besar, dan mengakibatkan sebuah dorongan yang sangat kuat menghantam sekelilingnya termasuk kami bertiga.
" A-yah.... Tung- tunggu" Lirihku kala melihat tubuh pria kekar di atas kepalaku dan seketika semua kembali gelap gulita.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments