Episode 10

Pagi ini kami bertiga mengantri untuk memesan 3 porsi mie goreng. Tentunya dengan harga saku anak kecil, heheheh.

" Bu.. 3 porsi yah!!? Minumannya jus jeruknya dua sama minuman coklatnya satu! " Seru Qolbu pada wanita gemuk di balik Etalase.

" Oh Iyah ndok... mau harga berapa mienya ndok?? " Medot Jawanya terdengar lembut di telinga kami.

" Afrika?? Yas??? mau berapaan?? " Pertanyaan itu menampar pikiran kami.

" Ehh.. 3 ribuan deh yang stengah porsian.. Afrika juga kasih sama deh kayak aku.. " Seru Tyas.

" Eh tapikan Uang Afrika cuman 2000an ...mana bisa?? " Tolakku merogok saku seragamku.

" Ngkpp...... Bu. stegah porsinya aja mienya.... " Bantah Qolbu lalu memesan sama rata.

5 Menit kemudian.

" Yowess.. dah jadi..... Semuanya 15 ribu yah ndok... " Ucap wanita gemuk lalu memberi bungkusan pesanan kami.

" Ini Bu uangnya...Makasih yah Bu 😊 " Qolbi.

" Njeeehh...Sama Sama... " Sambil Tersenyum.

Tiba di kelas.

Kami bertiga duduk di kursi kami. Sebelum melanjutkan, aku mau memperkenalkan sedikit mengenai sekolah baru ku pada kalian.

Jadi aku telah bersekolah di salah satu Yayasan Islam yang namanya sudah ada di seluruh Indonesia (Mungkin). Sekolah baru ku ini tidak kalah hebat dan luasnya dengan sekolah lamaku, perbedaannya sekolah ini terbilang sekolah untuk membantu kalangan bawah?🙄 (Kata Orang).

Tapi ternyata tidak juga, rupanya hampir 35% muridnya adalah siswa orang terkemuka, dan 65% Campuran. Kepala sekolahnya pun sangat memahami kesulitan para orang tua siswa, sehingga ia sering memberi keringan mengenai biaya sekolah, Bahkan ia tidak tanggung tanggung menggratiskan biaya bulanan siswa hingga siswa tersebut lulus.

Dimatanya selagi anak itu punya semangat bersekolah, maka tingkat kepintaran serta kebodohan anak tidak ia pedulikan, selagi absennya tetap bagus.

Di sekolah ini aku sekelas dengan adikku. Namanya Lulu, kami hanya beda setahun, alasan mengapa kami bisa sekelas? Yah karena ia meminta mama agar bisa seangkatan denganku.

Wajarlah... Setiap adikkan pasti ingin disamakan dengan kakaknya😊.

Tapi jangan heran, sebab kami berdua tidak sedekat ikatan kami, bukan karena tidak akur, tapi aku sendirilah yang berusaha sejauh mungkin untuk tidak berdekatkan diri dengan adiku.

Kembali ke cerita sebenarnya.

" Entr pelajran apa yah? " Saut Qolbi diselah makannya.

" Matematika mungkin... " Jawab Tyas.

" Hah?! Matematika?!!.. Yang betul? " Kagetku melotot.

" !? " Tercengang.

" Eh..? "

" Mmm... Afika ndk bisa belajar Matematika?! " Gugupku lalu meletakkan sumpit mie dari lidi.

" Loh Kenapa? .. Susah yah? " Tyas.

" .. " Aku mengangguk sekali.

" Kalo soal itu tenang saja, sang ahli ada disini kok?? " Ucap Qolbi menunjuk nunjuk wajah Tyas.

Aku melihat wajah Tyas, dan iapun tersenyum melihatku. Awalnya aku kebingungan. Namun tak lama kemudia aku pun memahami tingkah mereka tadi.

Singkat ceritanya.

Tidak terasa sudah setahun aku bersekolah di sini. Suasana baru yang ku dapatkan di tempat ini, tidak begitu menyimpang rasa perbedaan. Aku juga mendapat banyak teman di sini, bahkan lebih dari cukup.

Siang ini pelajaran olah raga, Guru kami atau yang biasa di sapa Bu Jasmin. Kini tengah mempersiapkan perlombaan kelas sepak bola Putra/Putri. Tentunya harus melewati tes dulu, dan semua kelas WAJIB mengikuti Tes tersebut.

" Duh... Aku ngak tau cara mainnya pula.. " Keluh Tyas Tampak khawatir.

" Lah bukannya tinggal di tendang yah?! " Saut Qolbi.

" Ihhh!.. kalo tendang menendang mah, masih bisa itu... tapi masalahnya aku ngak tau cara bawa bola kek gitu... " Pungkas Tyas lalu menunjuk seorang anak laki laki yang tengah menggiring bolanya.

Aku melihat aksi anak anak lelaki yang bermain di lapangan. Mereka semua keren keren!! Padahal hanya perlombaan biasa, tapi semuanya seperti sangat bersemangat menyambut perlombaan ini.

" Afrika?!! Kamu bisa maen?? " Tiba tiba suara itu keluar dari bibir Tyas.

" Eh? ..Hehe afika kayaknya ngak tau deh!.. soalnya di sekolah lama Afrika cuman main asal asalan saja... tidak sampe di Adain lomba. " Jawabku lalu mendorong dorong helaian rambut ke dalam hijabku.

" Yes!!!! " Tyas bersemangat.

" Eh? Kok yes? " Heranku menatapnya.

" Iyah! Soalnya aku punya teman yang sama sama bego di bola kaki. " lagu Tyas lalu memelukku.

" Loh emang Qolbi pintar juga yah? " Tanya masih bingung.

" Wah!!! Parah... " Melonggarkan pelukan.

" Qolbi itu anak Tomboy!! mana mungkin kagak tau maen! " Seru Tyas bersemangat.

" Wah.... keren keren!!! " Ucapku melompat lompat sambil bertepuk tangan.

Cukup lama kami menunggu giliran kami bermain, dan akhirnya giliran kelas kami yang bermain.

Sebelum naik kelapangan, Bu Jasmin mengintruksi kami, beberapa trik dan peraturan pendek. Karena ini hanya tes bakat saja, jadi Bu Jasmin hanya melempar pertanyaan bagi relawan yang ingin menjadi kiper.

Singkatnya.

Di atas lapangan, Tim kami saat ini telah bergerak menggiring bola, saat itu aku sangat gugup, belom lagi tiba tiba salah satu temanku mendadak melempar bola padaku.

" Afika ambil!!!!!! " Seru Yayan dari ujung lapangan.

Dengan tendangan yang terlihat sangat asal menembak, aku mau tak mau harus mengejar bolanya agar tepat mengenai iringanku. Tapi sepertinya ia salah membidik, sebab bola bidikannya mengarah pada Putri. Posisinya strategis, dengan posisi yang dekat dengan gawang lawan, itu bisa mengambil sedikit peluang untuk mencetak 1 Gol.

" Putri Tedang ke gawang!!!! " Teriakku saat mengejar bolanya.

" Aku takut!!!!! ngak bisaaa!! " Katanya.

" Kalo begitu!!!! Kamu cukup Tendang bolanya ke arahku!!! bisa kan!!! Jarak kita cukup dekat jadi tak apa bila tendangannya hanya pelan!! " Teriakanku kembali memerintahnya.

" Tapi Kan!!! "

" Tendang Putt!!! Tendang!!!!! " Teriakku.

Bolanya semakin mendekat, dengan waktu yang habis terbuang sudah mengakibatkan peluang untuk 1 Gol, menjadi mustahil. Akan tetapi untungnya Di Tim lawan kami, tak ada yang memahami bola kaki jadi kami masih bisa berharap.

" Qolbii tendang!!!!!!!! " Aku berseru sambil menendang bola pada Qolbi.

Setelah Putri menendang bola padaku, dengan cepat aku juga ikutan ikutan menendang bolanya pada Qolbi, karena tempat ia berdiri tepat di depan gawang dan ruang di sana sedikit longgar pengawasan.

Dan...

Yah! Kami dapat point!

" Gooolllllll!!!!!!! " Semua bersorak demi kemenangan kami.

" Priiiiiiiiiittt.. " Suara peluit berbunyi nyaring di telinga kami.

" Ye!!! keren!!! Qolbu kamu hebat!! " Pungkas salah satu timku pada Qolbi.

Setelah mendapatkan point, Semuanya mendekati Qolbi untuk memberi ucapan apresiasi. Yah tentu saja! ia kan yang mencetak Gol.

Lagi lagi Peluit kembali berbunyi, kini permainan kembali di mulai. Bola berada di bawah kendali pemain.

" Untung saja aku perna bermain ini di sekolah lamaku. " Kata batinku

" Melihat dari permainan mereka, sepertinya kurang adanya kerja sama, dan semuanya ingin mengambil ahli dalam menggiring bola, kesempatan untuk 1 gol bisa deh kayaknya " Lagi batinku memperhatikan gerak lawan.

Selama bola di bawa kendali lawan, aku melihat yang menggiring bolanya begitu egois! sehingga ia tidak mau berbagi peran dalam permainan, dan dari situlah aku melihat celah untuk merebut.

" Ahh dapat!! Qolbi!!! " Aku berhasil mengambil bola dari lawan lalu kembali mengoper pada Qolbi.

" Dapat!!! " Seru Qolbi yang telah berbalik arah untuk menggiring bola.

" Afikaa!!! Maju kedepan!!! akan aku oper bolanya!!!! " Seru Qolbu menunjuk arah yang ia inginkan.

Aku melaju berlari, akan tetapi...

" Afikaa bukan arah situ!!! " Qolbi kembali berseru.

" Aduhh!!!! " Aku terlempar keluar lapangan.

Rupa rupanya salah satu tim lawan tanpa sengaja mendabrakku hingga tubuh kami berdua tersungkur keluar lapangan.

" Prriiiiiiiiitt!!!! " Lagi peluit.

Semuanya berlari menghampiri kami, dan permainan di hentikan mendadak. Tubuhku tergeletak di atas bebatuan dan tanah, sedangkan yang menabrakku terjatuh di antara tepi lapangan dan tanah.

" Afika!! kamu tidak apa apa!!? " Saut Bu Jasmin mendudukkan ku.

" Aduhh... sakit.... " Keluhku merasakan sakit di kaki kiri.

" Afika!? kamu terluka? " Suara Tyas menyambut keluhku.

" Afika tidak tau... tapi sakit .. " Jawabku.

" Biar ibu lihat! " tangan Bu Jasmin memeriksa keadaan kakiku.

" Ehh ngak papa Bu.. Afika cuman sakit dikit kok! hehehhe.. " Tolakku terkekeh.

Bu Jasmin tetap memeriksa kaki kiriku.

" Syukurlah tidak apa apa.. Hebat! Afika kuat sekali yah!!! " Ucap Bu Jasmin membujukku.

" Kan sudah Afika bilang.. " .

Setelah memeriksa kakiku, Bu Jasmin beralih pada salah satu anak yang menabrakku tadi, Tampaknya ia terluka?!

" Huaaaa....kakiku Cakit syekali... " Deruh tangisnya.

" Cup cup.. kamu kesleo... sini ibu gendong.. biar ibu pijat sampe sembuh yah.. " Ucap Bu Jasmin lalu membawanya pergi.

" Anak anak permainan di tunda 20enit yah!! pemenangnya kelas 2A2 " Saut Bu Jasmin ambil berjalan pergi.

" Eh kelas kita menang!!! " Seru keras Putri.

" Yeeeee!!!! Kelas kita memang!!!! " Sorak gembira semuanya.

Tubuh masih terduduk di atas tanah, di tengah kesengangan teman teman, hanya Tyas dan Qolbu yang tidak terlihat senang.

" Loh kalian.....? tidak senang kita menang? " Tanyaku.

" .. " Terdiam.

" Kenapa? " Lagiku, sambil memegang kaki yang sakit.

" Afika?. Kenapa tadi kamu tidak berlari ke arah yang ku tunjuk? " Kalimat itu keluar dari bibir kecil Qolbi.

" Heheh...maaf tadi Afika liat bata gede di dekat lapangan, terus pas sekali anak itu malah berlari ke arah batu itu tanpa melihat, Yah sudah karena Takut ada yang luka nanti, Jadinya Afika terpaksa deh menabrakkan diri ke arahnya.... " Kelasku pada keduany.

" Masa sih?.... " Cemas Tyas.

" Tuhh... batunya " Jari telunjukku menunjuk pada tepi lapangan.

Di sana ada batu yang lumayan besar tergeletak. Mata mereka mengikuti arah yang ku maksud, lalu kembali melihatku Sampit membulatkan bibir mereka.

" Oooo...." Koor keduanya

" Iyah sih kalo sampe dia lari terus kesandung batu itu.. bukan saja keseleo tapi bisa luka luka dia.. kan lapangan ini bukan rumput atau tanah, tapi Batu batu yang disemen, kalo terseret bisa luka dalamkan?????.. " Ucap Tyas dengan logikanya yang tepat.

" Yupss!! " gumanku.

" Maka dari itu, aku melakukan seakan aku yang di tabrak... untung kakinya berada di tanah dan badannya di lapangan, jadi dia hanya cedera ringan saja. " Pungkasku.

Setelah percakapan itu, Kedua temanku akhirnya membopongku memasuki kelas. Padahal aku masih bisa berjalan sendiri tapi mereka tetap ngotot ingin membantu.

.

.

.

Sungguh teman yang baik😊.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!