"Hey ada apa denganmu?" tanya Alfy berpura-pura tidak tahu.
"Apa yang kau lakukan semalam padaku?" tanya Jee kembali.
"Menurutmu apa?" ucap Alfy.
"Berhentilah menjawabku dengan pertanyaan-pertanyaan lagi," ucap Jee kesal lalu pergi ke kamar mandi.
“Aw...” Suara rintihan Jee ketika ingin melangkah turun dari kamar mandi.
Tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa di bagian selangk*ngannya. Alfy yang mengerti kini bangun dan membantunya menuju kamar mandi.
Alfy yang melihat tingkah kaku istrinya hanya tersenyum penuh kemenangan saat pagi itu meskipun Jee masih sangat dingin padanya tetap saja ketika tidur tubuhnya tidak bisa menolak sentuhan suaminya yah memang terkadang mulut bisa saja bohong tapi tubuh lebih memiliki kejujuran yang besar.
Setelah mereka selesai membersihkan diri dikamar bi Ria datang mengetuk pintu. "Tok...tok,"
"Tuan sarapan sudah siap apa bibi bawakan ke kamar?" tanya bi Ria.
"Tidak usah Bi kami akan makan dibawah nanti," jawab Jee dengan cepat. Alfy yang melihat hanya melirik saja pada istrinya.
Mereka berdua turun dengan jalan yang berpisah satu didepan satu dibelakang dengan suasana yang tidak enak dilihat pada raut wajah mereka masing-masing. Jee berusaha memaksa langkahnya agar tetap terlihat kuat. Nyonya dan Tuan Syein yang melihat sedikit bingung dengan pemandangan pagi itu ketika memandangi wajah Jee yang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu di matanya.
"Jee kamu baik-baik saja?" tanya Nyonya Syein.
"Iya Mamah aku baik kok," ucap Jee sedikit tegang.
"Fy ada apa dengan istrimu?" tanya Tuan Reindra.
"Dia hanya kelelahan Pah," ucap Alfy sambil tersenyum mengejek. Kini rasa marahnya sudah hilang pada istrinya berkat hadiah yang diberikan pada Jee semalam.
"Apa-apaan sih Alfy ini membuatku malu saja," gumam Jee sambil menatap tajam pada suaminya.
Mamah dan Papah Syein yang melihatnya hanya tersenyum tanda mengerti apa yang sudah terjadi pada anak-anaknya itu semalam rasa bahagia tidak bisa ditutupi lagi diwajah kedua orangtua itu.
Sarapan pun telah selesai kini Alfy bersiap untuk pergi ke kantor di dampingi oleh Jacobie yang sudah siap berdiri di samping Alfy dari saat Alfy masih sarapan tadi.
"Fy tunggu sebentar dulu," Tuan Reindra menahan Alfy yang hendak berdiri dari meja makan.
"Ada apa Pah ?" tanya Alfy heran.
"Papah dan Mamah kamu berniat untuk melanjutkan sekolah Jee di salah satu kampus yang Jee impikan, bagaimana menurutmu?" tanya Tuan Reindra.
"Ba...ik Pah tidak apa-apa," jawab Alfy setuju.
"Benarkah?" tanya Jee terkejut dan setengah menahan rasa bahagianya yang tidak bisa ia sembunyikan dari senyumannya pagi itu.
"Hem," jawab Alfy singkat.
"Terimakasih," jawab Jee.
"Tapi dengan satu syarat-" Ucapan Alfy tergantung seperti mempertimbangkan sesuatu.
"Tapi apa?" tanya Jee dengan penasaran.
"Kau di awasi 24 jam jangan khawatair, ia akan mengawasimu dari kejauhan aku akan segera mengirim orang itu padamu nanti," ucap Alfy.
Jee yang mendengar hanya terdiam seketika dan tampaknya raut wajahya yang telah berubah menjadi tidak enak dipandang itu. Sementara Nyonya Syein dan Tuan Reindra tersenyum melihat ekspresi menantunya yang sangat menggemaskan itu memang masih terlihat sangat imut sekali.
Alfy pun bergegas menuju kantor karena hari itu ia ada pertemuan dengan klien baru yang benar-benar penting dan sudah lama Alfy mencarinya tapi baru saat ini bisa ditemukan oleh Jacobie.
Diperjalanan tak henti-hentinya Alfy tersenyum bahagia membayangkan kejadian semalam rasanya masih seperti mimpi tanpa susah payah menahan rasa gengsinya untuk mendekati, istrinya dengan suka rela memberikannya tanpa perlawanan bagaimana tidak perasaan Alfy yang kini merasakan bahagia luar biasa sampai tidak bisa ia tutupi.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang tengah asik memperhatikannya dari tadi di spion mobil.
"Apa yang kau lihat Jac?" tanya Alfy tegas seketika membuyarkan lamunan pria kekar didepannya itu.
"Ti...dak Tuan," jawabnya gugup.
"Kau mengejekku yah?" tanya Alfy marah.
"Tidak Tuan sungguh," jawabnya dengan takut.
"Astaga apa-apaan sih Tuan ini mengapa jadi seperti anak-anak saja yang sensitif sekali," gumam Jacobie kesal.
Saat diperjalanan suasana yang hening dan tegang tercipta kembali diantara mereka berdua seperti biasanya Jacobie yang tengah fokus menyetir tiba-tiba saja terkejut saat Alfy membuyarkan fikiran pria itu.
"Menurutmu aku harus mulai melembutkan kata-kataku atau tetap bersikap dingin padanya?" tanya Alfy tanpa ragu.
"Tuan bertanya padaku?" tanya Jacobie.
"Menurutmu aku bertanya pada siapa lagi hah?" Dengan setengah berteriak Alfy kesal.
"Maaf Tuan, menurut saya Tuan tetaplah bersikap seperti biasanya." ucap Jacobie dengan ragu.
"Benarkah?" tanya Alfy lagi.
"Iya Tuan jika Tuan berubah nanti Nona muda bisa berfikir tidak akan takut pada Tuan," ucap jacobie dengan sedikit keraguan.
"Memangnya kau fikir ia bersamaku hanya karena rasa takut?" tanya Alfy sembari mendengus kesal.
"Tidak Tuan," ucap Jacobie.
"Memangnya jika bukan karena orangtua Nona muda mau menikah denganmu Tuan dasar tidak sadar diri," gumam Jacobie.
Tidak terasa kini kendaraan berwarna hitam itu telah terparkir tepat didepan pintu kantor Syein Biglous. Yah yang mana didalamnya adalah gabungan beberapa pengacara yang mendirikan kantor dibawah pimpinan Reindra Syein Biglous dan kini sudah berpindah alih pada Alfy yang tergolong masih sangat muda memimpin perusahaan itu sendiri namun kecerdasannya mampu meyakinkan kualitas mereka pada masyarakat.
Saat sampai didalam kantor Alfy yang menuju ruangannya langsung disambut sapaan dengan setengah menunduk oleh para karyawan yang ada dikantor itu.
Ketika sudah sampai diruangan Alfy melihat sosok Ibu yang sudah lumayan tua dengan seorang anak kecil berumur 10 tahun yang terlihat seperti tidak terurus sama sekali.
Yah Alfy mendengar kasus yang sudah sangat lama tentang kecelakaan mobil seorang pria sukses yang membuat Alfy penasaran sampai akhirnya ia menemukan data tentang wanita yang telah mengasuh pria itu dari kecil namun seketika hilang bagai ditelah bumi bersamaan dengan kejadian kecelakaan itu.
"SIlahkan duduk Bu," ucap Alfy dengan menunjuk kursi dihadapannya itu.
"Baik tuan terimakasih." Dengan menatap Alfy penuh rasa takut.
"Apakah anda mengenal Gabriel?" bertanya dengan penuh tatapan mencari tahu.
"Maafkan saya Tuan saya tidak berani berbicara hal itu," ucap wanita itu.
"Ibu tolonglah bicara pada saya keselamatan anda saya jamin percayalah Gabriel salah satu sahabat dekat saja tolong berikan jalan," ucap Alfy dengan penuh harap.
"Baiklah Tuan saya akan beritahu," ucap Ibu tua itu.
Ia pun mulai bercerita jika hari kecelakaan itu adalah semua rencana dari paman Tuannya. Ia membayar beberapa orang untuk membuat Tuan Gabriel ditabrak dan akhirnya terjun ke jurang. Lalu Ibu tua itu yang tidak segaja mendengar percakapan antara paman Tuan Gabriel dengan beberapa anggotanya.
Di tengah malam ia diancam untuk dibunuh bersama cucunya yang selalu bersamanya jika tidak pergi dari kota tersebut dan menyembunyikan diri sampai waktu penyelidikan kasus terhenti.
Alfy yang mendengar pun terkejut bukan main ia tak percaya bagaimana bisa seorang paman menyakiti keponakannya sendiri bahkan tega membunuhnya bukankah ayah Gabriel sudah percaya penuh padanya untuk menjaga Gabriel.
"Baiklah Bu terimakasih atas petunjuk anda nanti saat persidangan anda akan saya tampilkan lagi namun untuk saat ini anda tidak perlu ke mana-mana saya akan menyediakan tempat tinggal yang aman untuk Ibu dan cucunya," ucap Alfy tegas.
"Terimakasih Tuan," ucap Ibu tua itu dengan menunduk.
"Jac, urus ini." Memerintah Jacobie untuk mengamankan Ibu dan cucunya itu.
"Baik Tuan," ucap Jacobie menunduk lalu membawa dua orang itu pergi dari ruangan Alfy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Furkon
keren
2021-12-14
0
Maya Astuti
Siapa gabrielnya??
2021-08-10
0
Suci Ati
masih belum mudeng
2021-06-27
0