Aku sangat membenci pria itu aku jijik dengannya dasar pria murahan. Kau boleh saja mengatur diriku semaumu tapi tidak untuk kebahagiaanku dengan Fiki. Aku akan tetap menjaga kedekatanku dengannya tidak akan kubiarkan kau memberiku batas padanya. Bahkan Fiki jauh lebih baik darimu dasar pria tidak tahu diri.
Ucap Jee penuh amarah ia selalu terbayang kesalahan yang sudah Alfy perbuat di belakangnya.
***
Keesokan harinya saat Alfy dikantor tiba-tiba saja.
"Tok...tok... " Bunyi ketukan pintu ruangan.
“Masuk,” jawab Alfy tanpa melihat sedikitpun.
“Mohon maaf Tuan ada Nona Diandra mencari Tuan,” jawab sopan Jacobie sambil menunduk.
Mau apalagi wanita itu kemari ? gumam Alfy.
“Yah suruh saja masuk,” jawab Alfy.
Seketika dengan berlari kecil Diandra langsung mendekat ke arah Alfy dan melingkarkan tangannya tanpa rasa malu ia pun segera mendorong tubuh Alfy yang tengah duduk terfokus pada laptop miliknya.
“Sayang, makan siang denganku yah ?” ucap Diandra manja.
“Di, kendalikan dirimu ini kantorku.” ucap Alfy dingin.
“Tidak ada yang melihat Fy,” ucap Diandra membisik ditelinga Alfy.
***
Disisi lain kediaman Syein Biglous.
“Jee, sayang apa kau sudah merasa enakan tubuhmu ?” tanya Nyonya Syein.
“Iya Mah,” jawab Jee singkat.
“Kalau begitu kau ke kantor Alfy yah antarkan makan siang ini tadi pagi ia tidak sarapan karena terburu-buru,” pintah Nyonya Syein dengan menebar senyum indahnya.
“Baik Mah,” ucap Jee singkat.
Dengan segera ia mengambil tas dan menuju mobilnya yang sudah dibukakan pintu oleh Pak Deni supir yang disediakan oleh keluarga Syein khusus untuk Jee.
Tidak lama kemudian mereka sampai dikantor Alfy, dengan cepat Jee langsung menuju ruangan Alfy.
“Nona, ada apa kemari ?” tanya gugup Jacobie.
“Mau mengantar makan siang untuk Alfy mamah menyuruhku,” ucap Jee dengan rasa malas.
“Baiklah Nona biar aku saja yang memberikannya,” ucap Jacobie dengan cepat.
“Tidak biar aku saja aku mau bicara juga padanya,” ucap Jee sedikit ngotot dan langsung bergegas memasuki ruangan Alfy.
Saat membuka pintu Jee langsung terkejut dan matanya seketika terbelalak. Makanan yang dipegangnya pun jatuh berhamburan. Alfy yang melihat pun terkejut terkecuali Diandra ia hanya tersenyum dengan penuh kemenangan hatinya seperti burung yang berterbangan diatas langit dengan menari-nari bahagianya lagi-lagi jalan yang ia susun berhasil.
Yah sebelum Diandra pergi ke kantor ia memang sempat menelfon Nyonya Syein yang pura-pura menanyakan kesehatan Jee. Namun karena mereka berbicara panjang lebar sampai akhirnya keluar ucapan Nyonya Syein yang mengatakan bahwa nanti siang Jee akan mengantarkan makan untuk Alfy.
Dengan segera pun Diandra bergegas ke kantor Alfy dan menggunakan baju seminim mungkin dan bagian dada yang sudah terbuka kancingnya untuk memancing kemarahan Jee.
Alfy yang langsung berdiri ingin menghampiri Jee sudah terlambat wanita itu sudah lari pergi dari ruangan suaminya. Dengan menangis Jee berlari masuk kedalam mobil pak Deni dengan segera menjalankan mobil itu.
Sementara Alfy dengan penuh kemarahan menatap Diandra.
“Kau dari tadi sudah kusuruh pergi bukan ?” ucap Alfy kesal.
“Maafkan aku Fy,” ucap lirih Diandra.
“Mulai saat ini jangan muncul dihadapanku lagi maupun Jee,” pintah Alfy.
“Tapi Fy,” ucap Diandra yang terpotong ketika melihat Alfy bergegas pergi meninggalkannya.
Dengan segera Alfy menyuruh Jacobie menghandle semua pekerjaannya hari itu dan segera menyusul Jee kerumahnya ia sangat laju karena merasa khawatir pada istrinya akan salah paham lagi.
Baru saja aku mau berbaik hati padamu ternyata kau memang bukan orang yang pantas untuk diberi hati mulai saat ini aku tidak akan mau bagus padamu lagi kau yang sudah memulai semua ini aku tidak akan memaafkan mu begitu saja. Awas saja jika saat aku pergi ini kau tidak mengejarku aku akan lebih marah padamu.
Jee diperjalanan sambil menangis terisak-isak. Beberapa kali Alfy menelfonnya namun tidak dihiraukan oleh Jee.
Wah dia menelfon ku apakah dia akan mengejarku yah baiklah aku tidak akan mengangkatnya siapa tau dia akan mengejarku nanti.
Setelah beberapa kali Alfy menghubungi istrinya dan lelah karena tidak di hiraukan Alfy memutuskan untuk menelfon pak Deni. Akhirnya ponsel pak Deni pun berbunyi.
“Halo Tuan ?” tanya pak Deni.
“Pak tolong berhenti dulu saya akan bicara pada istri saya sebentar,” pintah Alfy di seberang telfon.
“Baik Tuan,” jawab pak Deni patuh.
Ah benarkah dia mengejarku rasanya akan lebih menarik jika aku harus lebih marah padanya. Aku harus bagaimana yah ketika bicara padanya nanti apa aku harus menangis atau marah-marah yah aku harus lebih marah dari pada saat dikantor tadi biarkan saja dia merasa bersalah mungkin ini akan lebih menarik nanti.
Sambil tersenyum berfikir kini wajah marah Jee sudah berubah menjadi bahagia amarahnya sangat mudah hilang namun ketika ia marah siapapun tidaklah mudah menaklukkannya kecuali dirinya sendiri.
Mobil pun terhenti ketika mobil Alfy menghadangnya Jee yang melihat itu hanya pura-pura tersenyum saja. Sebelum ia keluar dengan akting marahnya lagi-lagi Jee memperhatikan penampilannya apakah sudah sempurna saat itu dengan kemeja putihnya dan rok jeans pendek sepaha yang ia kenakan.
Setelah memastikan penampilannya yang sempurna ia turun dengan angkuhnya dari mobil melihatkan raut wajah yang teramat kesal.
“Wah tubuh Nona Jee memang menarik sekali yah sangat sempurna lekukan tubuhnya,” ucap pak Deni tanpa sadar saat memandangi nona mudanya yang turun dari mobil dan berjalan ke depan arah mobil Alfy.
Rasanya jika aku jadi tuan Alfy pasti akan mati rasa untuk melihat wanita lain istri sendiri saja sudah bisa memberi pemandangan indah seperti itu hemm.
Di dalam mobil pak Deni hanya berandai-andai saja tanpa memikirkan keberadaan dirinya sebagai supir dasar tidak sopan sama sekali.
“Mau apa kau ?” tanya Jee pada suaminya.
“Tolong Jee dengarkan aku-” (ucap Alfy yang terpotong oleh Jee).
“Kau mau aku mendengarkan apa lagi ? Jika kau menyukai wanita itu pergilah dan ceraikan aku saat ini aku masih punya perjalanan hidup yang panjang diluar sana banyak sekali yang menungguku.” ucap Jee berteriak dengan penuh percaya dirinya.
“Aku tidak tahu bagaimana dia bisa datang saat kau masuk aku sedang berusaha melepas darinya namun sudah terlambat karena kau datang lebih dulu,” ucap Alfy.
“Mulai saat ini kuminta padamu jangan pernah berharap lebih dariku pernikahan kita tidak lebih dari hanya sebuah paksaan kau tau itu ?” ucap Jee dengan sedikit meninggikan nada bicara sembari menekankan ucapannya.
Seperti ia mengartikan bahwa pernikahan mereka sama sekali tidak ada artinya bagi Jee hanya sebuah pernikahan untuk menyenangkan kedua keluarga mereka.
Itu yang ada difikiran Jee saat ini dan Alfy yang mendengarnya merasa sakit yang luar biasa namun ia tak bisa lagi berucap apa-apa hanya memandang Jee dengan tatapan dinginnya saja.
Selama diperjalanan Jee dan Alfy sama sekali tidak mengeluarkan satu katapun sampai akhirnya mereka tiba dirumah. Yah mereka pulang dengan mobil Alfy sementara pak Deni yang mengikuti dibelakang.
Ternyata selama ini aku berprasangka yang salah padanya kufikir hatinya ada untukku meski hanya sedikit ternyata sama sekali pernikahan ini tidak ada artinya bagi dia.
Hanya ucapan demi ucapan dalam hati Alfy yang berlari kesana kemari saling beradu antara yakin dan tidak atas ucapan wanita didepannya itu.
“Baik... baik jika itu maumu mulai saat ini aku tidak akan menganggap apa-apa pernikahan kita,” ucap Alfy dengan menekan kedua bibirnya dan menganggukkan sesekali kepalanya untuk meyakinkan dirinya sendiri didepan istrinya.
“Yah memang seharusnya kau bisa sadar akan hal itu tuan Alfy Syein, ucap Jee sembari menebar senyuman lirih diwajahnya.
Kini mata Alfy menatapnya tajam dengan sorot penuh kebencian pada Jee selama ini ia sangat mengagumi istrinya itu namun apa yang ia dapatkan saat mulai memperdulikannya tak lain hanyalah sebuah kekecewaan.
Nyonya Syein yang melihat kedua anaknya saling bertatap tanpa kata seketika memecahkan keheningan itu.
“Jee sayang kemari panggil Alfy untuk makan bersama,” ucap Nyonya Syein.
“Oh iya mah,” ucap Jee terkaget.
Dengan segera mereka pun beranjak menuju meja makan disana sudah tampak papah Reindra.
“Papah bagaimana keadaannya ?” tanya Jee setelah melihat papah mertuanya yang sudah terlihat segar karena beberapa hari tidak keluar kamar karena sakitnya kambuh lagi.
“Baik sayang, Papah sudah jauh lebih baik saat melihat kalian hidup berdua bersama.” ucap Tuan Reindra tersenyum bahagia.
Sementara Jee dan Alfy saling melempar pandangan. Yang ada di dalam fikiran mereka bagaimana jika papah Reindra mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya bisa saja mereka berdua akan membunuh pria paruh baya itu seketika.
Saat makan suasana dimeja itu sangat hening hanya bunyi lantunan sendok yang bertemu dengan piring lah yang terdengar berganti-gantian saling menyentuh. Tak lama kemudian papah Reindra memecah keheningan setelah menyeduh segelas air putih di depannya.
“Jadi kapan kalian akan memberikan papah cucu ?” tanya Tuan Reindra dengan wajah penuh harapnya.
“Apa ?” tanya Alfy dan Jee bersamaan karena terkejut.
Tuan Reindra yang kaget menatap wajah kedua anaknya bergantian karena bingungnya.
“Ada apa dengan kalian ?” tanya Tuan Reindra terkejut dan heran.
“Oh tidak apa-apa, Pah.” ucap Alfy tersenyum kaku.
“Iya Pah kami hanya kaget saja,” ucap Jee tersenyum dengan sangat kecil karena takut papahnya curiga.
“Apa kalian tidak mau memberikanku cucu ?” tanya Tuan Reindra sedih.
“Tentu saja tidak Pah kami pasti akan memberikannya nanti,” ucap Alfy dengan cepat.
“Baiklah selesaikan makan dulu yah,” ucap Nyonya Syein.
Setelah tidak berapa lama kemudian mereka pun selesai makan papah dan Nyonya Syein segera beranjak ke kamar untuk beristirahat dan meminumkan Tuan Reindra obat.
Sementara Alfy bergegas menuju kamar mengambil jasnya dan kembali menuruni tangga menuju pintu keluar rumahnya. Jee yang melihat hanya mendengus kesal tanpa bertanya sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Trisna Tris
lanjut thor....
2022-02-14
0
Tina Agus
sm2 MSI punya ego🤪🤪
2021-11-03
0
Maya Astuti
Sama2 keras kepala,cowok lemah banget si
2021-08-10
0