Rumah Kreatif
Sani
Bentar. Aku lagi nunggu dua temenku. Mereka mau ikutan. Boleh kan?
Melisa
Boleh, dong. Makin banyak yang ikut, makin seru.
Rani
Sorry, ya ... kukira tadi kamu cowok. Abis motor dan penampilanmu cowok banget
Melisa
aku lebih suka gini. Biar ga ada cowok yang macem2.
Mereka pun melaju menembus jalanan Surabaya yang panas membara. Dua motor yang meski berusaha berdampingan tapi selalu gagal.
Gimana bisa dampingan, orang Melisa pake motor dengan CC yang gede, sementara Denia bawa motor matic yang CC nya tidak sebesar motor Melisa.
Rani berteriak di telinga Denia. Dia pun mendekat lalu memeluk pinggang Denia erat.
Denia
Ah, kamu kebiasaan deh
Denia
ga usah peluk-peluk!!!
Rani
Kamu ngomong apa sih?
Denia
Kamu disuruh pak Bagong bayar utang bakso kemarin.
Denia memutar bola mata.
Rani memang selalu jadi budeg saat diajak ngobrol di atas motor. Dia selalu merasa kecepatan angin yang menerpa wajahnya selalu membawa suara Denia dengan cepat melewati telinganya. Sehingga dia hanya mendengar sepenggal-sepenggal saja.
Hal itu sering membuat mereka bertengkar pada akhirnya.
Denia
GA USAH NGOMONG LAGI.
Denia menoleh ke belakang dan berkata dengan mata melotot
Rani
Aku tanya baik-baik, loh.
Denia
Iya, udah. Tidur aja, gih
Rani
Mana bisa? Kamu dipeluk aja geli. Kalau aku tidur, aku nyender siapa dong?
Denia
(menghela napas kasar)
Ya udah, sini.
Denia
ga usah erat-erat peluknya
Rani melingkarkan tangannya di perut Denia. Meski kesal, tapi Denia menahannya.
Laju motor Melisa melambat, sehingga motor Denia pun berhasil mengejarnya.
Sani
(Membuka kaca helmnya, lalu berteriak pada Denia).
Kita belok di pertigaan depan.
Denia
Oke.
(kan, ada sein. Kenapa pake teriak-teriak segala, sih?)
Mereka berhenti di sebuah rumah sederhana. Berempat mereka memasuki rumah dan segera bergabung dengan orang-orang yang ada di sana..
Bang Santo
Mel! Bawa temen lagi?
Bang Santo
Good! kuliah apa?
Rani
ekonomi. Tapi kami ga harus ngajar ekonomi, kok. Aku bisa menari. Denia bisa menggambar.
Bang Santo
Waah ... sip sip
Bang Santo
Belum pernah berpikir ke situ.
Bang Santo
Nanti aku bikin list juga yaa.
Rani
Rani, Bang.
(Mengulurkan tangan)
Bang Santo
Good job Rani. Selamat datang di rumah kreatif kita.
Denia
Denia Bang
(mengulurkan tangan juga)
Bang Santo
Selamat datang Denia. Semoga betah di sini.
Bang Santo
Oh, ya. Nanti juga ada anak baru masuk. Nanti koordinasi dengan Imam ya Mel.
Rani
Mel, kamu jadi apa di sini? Keknya semua-mua kamu yang ngerjain.
(Rani berbisik di telinga Melisa)
Melisa
Whahaha. Nggak juga. Kami semua bekerja sama. Tidak ada pimpinan atau ketua atau apapun di sini. Kami semua saling menghormati dan menyayangi. Kalau Bang Santo berkata seperti itu, hanya sebagai permintaan tolong. Bukan perintah atasan ke bawahan.
Rani
Aku suka konsepnya.
(mata rani berbinar menatap sekeliling. Rumah yang terasa seperti rumah yang sangat nyaman. batimnya)
Rani
Udah tau lagi liat-liat, pake nanya?!
Denia
Dia dari tadi eror emang San.
Denia
Udahlah, ga usah dibahas
Rani
Bahas! Sekarang atau kita ke pengadilan?!
Sani dan Denia memutar bola mata dan meninggalkan Rani sendiri di ruang itu.
Mereka sudah tahu kalau Rani selain tegas, dia juga suka main drama. Meski hanya akting.
Comments