Lebay
Pagi itu di ruang makan.
Papa Bagus sedang sarapan saat Sani memakai sepatunya hendak berangkat kuliah. Dia dan mama Ayu memang sudah makan sebelum papanya.
Papa Bagus
Kamu sudah punya pacar San?
Sani tertegun dengan pertanyaan papanya
Papa Bagus
Papa lihat kamu beberapa kali keluar di hari libur dijemput laki-laki pake motor gede itu.
Sani
Sani belum kepikiran buat pacaran kok.
Papa Bagus
fokus aja sama kuliahmu dulu.
Papa Bagus
Jangan terburu-buru main-main dengan cinta-cintaan
Papa Bagus
Papa takut kamu ....
Papa Bagus menggantung kata-katanya saat Mama Ayu berdehem.
Sani melihat mereka berdua seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari Sani
Sani yang terlanjur mendengar kata-kata itu jadi penasaran dan mendesak papa Bagus agar meneruskannya.
Papa Bagus
Kamu ... pandai-pandai menjaga diri.
Papa Bagus
Jangan mudah tergoda rayuan lelaki
Papa Bagus
Apalagi kalau kamu tahu lelaki itu ... buaya!
Papa Bagus melirik sejenak ke Mama Ayu yang menundukkan kepala.
Baru kali ini papanya begitu banyak bicara. Mereka hanya bicara seperlunya saja.
mereka juga jarang makan bersama, karena mama bilang papa tidak menyukainya. Mama lebih sering makan bersama Sani daripada dengan papa.
Sani
Ini apa sih, maksudnya?
Mama Ayu
Sudahlah. Ga usah dibahas.
Mama Ayu
Mama yakin, Sani bisa menjaga diri kok Pa. Tenang saja. Ya, kan, San?
Sani hanya memandang mereka berdua dalam kebingungan tanpa mengucap sepatah kata pun.
Mama Ayu
Udah, berangkat sana. Nanti telat.
Mama Ayu
Tuh, Rayan juga udah nungguin di depan.
Dengan berat hati, Sani pun meninggalkan mereka berdua. Sani mendekati mama Ayu lalu salim padanya. Lalu dengan enggan dia bergerak mendekati papanya dan salim juga meski dengan berat hati.
Sani bertekat untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi di keluarganya.
Sapa Rayan saat Sani memasuki mobilnya. Mereka memang biasa berangkat bareng bila ada jadwal kuliah yang sama.
Rayan dan Sani memang satu jurusan, tapi beda tingkat. Ada beberapa mata kuliah dimana Rayan mengulang, sehingga ada yang satu kelas dengan Sani.
Rayan
Eh, kok mukanya gitu, sih?
Rayan bingung melihat Sani hanya diam tak menjawab. Gadis itu hanya melirik sekilas lalu sibuk dengan ponselnya.
Sani berkata tanpa menoleh pada Rayan yang masih memandangnya dengan rasa ingin tahu yang besar
Namun, mendengar ucapan Sani tentang kemacetan, Rayan segera menghidupkan mobil dan melajukannya, menembus jalanan yang sebentar lagi pasti macet luar biasa.
Rayan
Aku jadi takut kalau kamu semurung ini?
Sani melirik ketus ke arah Rayan.
Rayan
Aku kena sorotan laser wonder woman!
Sani memukul lengan Rayan dengan brosur yang diambilnya dari atas dashboard.
Comments