Aksa memang tak pernah berhenti mempresona kaum hawa. Apalagi ketika wajahnya begitu serius seperti sekarang ini. Tubuh tingginya bersender di dinding di depan sebuah kelas. Tangan kanannya mengotak-atik ponselnya entah melakukan apa.
Sesekali keningnya berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Bibirnya tertutup rapat dan kadang jakunnya naik turun untuk menelan ludahnya.
Pemandangan seperti itu yang membuat para gadis di sana tak mengalihkan tatapan mereka dari Aksa. Meskipun mereka tahu jika Aksa benar-benar berpacaran dengan Love, tak membuat mereka berhenti mengagumi lelaki itu.
"Kak Aksa." panggilan seseorang mengalihkan netra Aksa ke arah si pemanggil.
"Ya?" jawabnya singkat. Si pemanggil yang ternyata seorang cewek itu agak salah tingkah di pandang oleh Aksa. Dengan agak ragu, dia mengatakan maksud memanggil lelaki itu.
"Aku... Mau minta tolong Kak." meneguk ludahnya gugup, gadis itu kembali berbicara. "Minta tolong ajarin nyelesaiin soal ini." Aksa memang memiliki otak yang pintar. Dia juga tak pelit ilmu ataupun malas untuk mengajari siapapun yang meminta tolong padanya.
Aksa mengulurkan tangannya untuk meminta buku dari gadis itu. "Yang dilingkari ini ya?" tanyanya untuk memastikan.
"Iya, Kak." sesaat setelahnya, Aksa sudah fokus dengan soal tersebut. Berusaha memahami dari kata per kata yang tertulis di sana, dan mengingat bagaimana cara penyelesaiannya. Itu adalah soal untuk semester di bawahnya, jadi wajar jika dia akan sedikit lupa.
"Kayaknya duduk aja deh. Aku perlu baca ulang." katanya yang disetujui oleh gadis itu.
Diantara deretan kelas yang berada di sebelah kanan dan kiri memang ada tempat duduk yang memang di sediakan untuk para mahasiswa. Jadi, di sanalah Aksa sekarang. Sembari menunggu kekasihnya keluar dari kelas, dia bisa mengajari adik tingkatnya menyelesaikan tugasnya.
Teman-teman dari gadis yang meminta tolong tersebut juga sudah berada di sana untuk ikut andil belajar bersama Aksa. Tak membuang waktu, mereka dengan terang-terangan menatap Aksa dengan kekaguman yang begitu luar biasa.
Ah, beruntung Love tak memergoki aksi mereka. Atau belum? Kalau kekasih Aksa itu nanti tahu, bisa disembur gadis-gadis itu nanti.
"Ada kertas?" mereka semua mengangguk serempak dan salah satu mereka memberikan kertas yang Aksa minta.
Kertas yang tadinya putih bersih kini sudah mulai terisi oleh tulisan lelaki itu. Meskipun tulisan itu terkesan coretan, tapi masih bagus dan bisa di baca dengan jelas.
"Aku nggak akan kasih kalian jawabannya. Jadi aku kasih tahu cara ngerjainnya." memberi jawaban sama saja membiarkan ketidak mengertian tentang mata kuliah tersebut semakin besar.
Aksa mulai menerengkan secara detail mulai dari mana yang harus diselesaikan lebih dulu baru kemudian menyelesaikan yang mana. Satu soal memiliki banyak sekali jawaban. Dan mereka mendapatkan tiga soal, jadi mereka perlu waktu agak lama untuk menyelesaikan tugas mereka. Atau setidaknya, bisa lebih lama bersama Aksa.
"Sudah paham?" Aksa memandang satu per satu gadis-gadis tersebut. "Kalau ada yang masih belum paham, kalian bisa tanyakan. Nanti aku jelaskan lagi." mereka semua mengangguk karena merasa sudah mengerti.
"Udah lumayan paham Kak."
"Kalau gitu kalian kerjakan dulu. Nanti akan aku koreksi." baik sekali Aksa ini. Tidak tahukan jika salah satu dari mereka sudah mencuri kesempatan untuk dekat sekali dengan dirinya. Bahkan tubuhnya sudah sedikit agak menempel dengan tubuhnya. Belum menyadari jika ada bahaya yang mengancamnya karena mengambil kesempatan itu. Dan Love sudah negetahuinya.
Maka dengan ekspresi bersiap menyerang, Love melangkah pelan untuk mendekati Aksa dan gerombolan para gadis-gadis itu diikuti kedua temannya.
"Itu punggungnya emang oleng gitu ya, sampai duduknya harus nempel banget sama pacar orang." kegiatan mereka sontak terhenti. Aksa yang sedang fokus membaca buku pun harus mendongak untuk mendapati kekasihnya dengan wajah jutek luar biasa.
Menatap kesamping, Aksa baru sadar jika gadis yang tadi memintanya mengajari dekat sekali dengannya. Dengan pelan, Aksa bergeser dan sedikit menjauh dari gadis tersebut. Pun dengan gadis itu, menegakkan tubuhnya kembali dan pura-pura kembali fokus dengan menulisnya.
Padahal dalam hati agak takut karena melihat wajah Love yang sama sekali tak bersahabat. Bukankah memang seperti itu wajah Love? Iya, tapi tak seekstrem sekarang.
"Udah selesai Prince?" tanyanya kepada Aksa. Mendengar panggilan itu yang ditujukan oleh Aksa, membuat gadis-gadis itu saling pandang dalam diam. Entah apa yang mereka pikirkan. Norak kah? Seandainya mereka berfikir seperti itu, siapa yang peduli, toh Love suka-suka saja melakukannya.
"Tunggu ya, mereka butuh bantuan untuk tugas mereka." meskipun jengkel, tapi Love mengangguk saja. Namun matanya masih nyalang menatap mereka-mereka yang mencari kesempatan menatap Aksa.
"Duduk sini." Aksa menarik Love untuk mendekatinya dan duduk di sampingnya. Love masih menurut saja.
"Love, kita balik dulu ya." Naura yang berbicara. Melihat wajah sepet Love, membuat gadis itu geleng-geleng kepala.
"Iya. Tiati." jawabnya sambil melambaikan tangannya. Karena itu, Aksa bisa melihat ada yang ganjal dari tangan kekasihnya.
Ada plester di sana. Kemarin saja benda tersebut belum menempel di tangan kekasihnya. Dengan cepat, Aksa menarik tangan kanan Love sampai membuat pemiliknya kaget.
"Apa ini?" Love melihat tangannya yang tertempel plester dan bemaksud menariknya dari pegangan Aksa. Namun apa daya, lelaki itu memegang erat sekali.
"Nggak papa kok."
"Princess."
Astaga, apa Aksa bilang tadi? Princess? Bisakah dia sedikit mempertingbangkan panggilannya agar jantung Love tak ribut seperti sekarang ini? Gadis itu bahkan sempat mematung beberapa saat ketika kata 'princess' keluar dari bibir Aksa.
Oh Tuhan, mimpi apa Love semalam sampai Aksa memberinya panggilan luar biasa seperti itu? Love juga bertanya-tanya pada diri sendiri, permanenkah panggilan itu untuknya? Atau Aksa sedang khilaf saja hari ini.
Menahan agar buncahan kebahagiaannya tak meleber kemana-mana, maka dengan menyembunyikan senyuman bahagianya, dia menjawab. Namun dengan sedikit bumbu drama pastinya, yaitu dengan menghela nafas dan memasang wajah polosnya. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan gadis-gadis yang tengah sok sibuk dengan kertas dan pensilnya itu. "Kena kayu."
"Kok bisa?"
"Kemarin kan Papa sama Pak Bon perbaikin lemari dapur. Aku ikut srampangan buat lihat, eh pas Papa minta tolong buat pegangin kayunya, mleset. Kena tanganku lah." Love ini entah titisan dari mana memiliki ulah yang tidak bisa diam itu jika di rumah. Ada saja ulahnya.
"Darahnya banyak banget loh Prince." Aksa mengelus plester tersebut tanpa menanggapi ucapan Love. Kemudian menatap Love dan bilang "jangan ceroboh bisa kan?"
"Enggak janji. Habisnya kadang kalau di rumah tu nggak enak kalau diem aja."
"Lakuin hal yang nggak membahayakan. Baca buku, belajar masak, apa kek yang bermanfaat." sepertinya si nyinyir sudah mulai beraksi, jadi dengan memasang pendengaran dengan baik, Love menatap Aksa fokus.
"Pegang lem, jarinya nempel. Pegang palu, tangannya kena palu, jangan sampai pegang mangkuk, malah kamu pengen masuk mangkuk." Love terkekeh sambil membekap bibir Aksa agar lelaki itu tak melanjutkan ocehannya.
Gadis-gadis yang tadi katanya sedang belajar pun ikut tertawa, walaupun pelan. Aish, dasar. Ikut-ikutan aja lo. Begitu batin Love.
Sedikit demi sedikit, sikap Aksa terhadap Love memang berubah. Tapi hanya pada Love, bukan orang lain.
Dan akhirnya, tugas Aksa sebagai dosen dadakan selesai juga. Mereka mengatakan terima kasih sebelum Aksa dan Love pergi meninggalkan tempat tersebut. Mereka menjadi tahu bagaimana sikap Aksa saat bersama kekasihnya. Manis dengan caranya.
"Kita makan di kantin aja ya." keduanya memang sudah tak ada kelas lagi hari ini. Dan menghabiskan waktu bersama sepertinya pilihan terbaik.
Sampai di kantin, Aksa memesan makanan untuknya dan juga Love. Kantin terlihat penuh sekali. Bukan hanya mengisi perut mereka saja, tapi ada dari mereka yang sekedar mengobrol.
"Tadi Prince bilang mau kemana?" Aksa memang tadi mengatakan jika akan mengajak Love melihat sesuatu, tapi dia tak mengatakan tempat dari 'sesuatu' tersebut.
"Di kampus ini aja sih. Habis ini ada penggalangan dana untuk anak-anak penderita kanker."
"Banyak dong acaranya?"
Aksa mengangguk. "Lumayan."
"Tapi kok aku nggak tahu ya kalau ada beginian." Love mengatakan itu lebih kepada dirinya sendiri. Dia sungguh tak tahu jika ada acara seperti itu di kampusnya ini. Biasanya jika ada hal semacam itu, baik Naura maupun Gea pasti sudah memberi tahukannya. Dan dari pagi tadi, keduanya tak membahas masalah tersebut.
"Mangkanya kalau ada sesuatu yang ditempel di papan pengumuman itu di baca. Jangan di lewatin gitu aja." Love hanya memberengut mendengar kebenaran yang Aksa ucapkan. Dia memang malas menyempatkan diri membaca tempelan-tempelan apapun di sana.
Jadi dia kehilangan informasi kan sekarang. Dasar.
•°•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Siti Hidayatun
kocak
2021-10-29
0
💜LAVENDER💜
Like 👍
2021-04-24
0
nuraini
duuh manis banget sih aksa 😍
2020-12-26
0