Ada banyak lelaki tampan di dunia ini. Tapi, tak semua lelaki tampan memiliki pesona dan kharisma yang kuat. Karena faktanya, tak jarang, lelaki tampan tak bisa menarik perhatian lawan jenis. Apa penyebabnya? Entahlah, ada banyak alasan yang akan para perempuan kemukakan.
Kecerdasan seseorang juga mempengaruhi pesona orang tersebut. Jika orang bijak bilang, inner beauty juga tak kalah pentingnya dari penampakan luar.
Lalu, bagaimana kriteria tampan dan mempesona menurut Love? Dia pasti akan menjawab, Aksa.
Bukan hanya karena lelaki itu memiliki wajah yang rupawan, tapi otaknya pun tak bisa diremehkan.
Seperti sekarang ini misalnya, pesona Aksa menguar tak tanggung-tanggung ketika dia berada di balik drum dengan dua buah stick drum di genggamannya. Acara penggalangan dana telah berlangsung, dan dia tentu saja ikut andil di dalamnya.
Selama kuliah, ini kali kedua dia mempertontonkan bakatnya kepada semua orang di kampus. Pertama kali, ketika dia masih Ospek dan untuk penutupan kegitan Ospek, dia bersama band dadakannya ikut meramaikan kegiatan tersebut.
"Terima kasih kepada semua teman-teman yang sudah berkenan datang di acara penggalangan dana untuk anak-anak penyandang kanker yang sedang berjuang untuk tetap bisa melanjutkan hidup mereka." suara sang vokalis menyapa penonton. Di bawah panggung sudah penuh dengan para mahasiswa yang antusias menyaksikan penampilan Aksa dan kawan-kawan.
"Perkenalkan, nama saya Ricky. Vokalis di 'Semrawut Band' ini. Eh... Eh, jangan diketawain ya nama band kita ini." ucap Ricky ketika penonton terkikik mendengar nama aneh bandnya. "Baiklah, biar kalian nggak pada ngetawain nama band kami, saya akan sedikit cerita tentang nama tersebut." padahal, aksi mereka sudah ditunggu banyak penonton di sana. Tapi sepertinya, Ricky memang tidak ingin menunjukkan itu segera mungkin.
"Jadi, band kami ini sebenernya nggak pernah terbentuk sebelumnya. Karena si gitaris yang ono..no," tunjuk Ricky pada lelaki yang sedang memeluk gitarnya. Sedangkan yang ditunjuk hanya senyum-senyum sendiri. "Dia tadi nyeret saya supaya saya mengeluarkan bakat saya di hadapan orang banyak. Karena apa? Karena saya hanya dikenal oleh penghuni kamar mandi, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan teman-temannya." sorakan kembali terdengar karena ucapan super aneh lelaki itu.
"Jadi karena kami nggak tahu mau kasih nama apa untuk memperkenalkan diri ke kalian, celetukan Aksa ngebuat saya terinspirasi. Begini katanya, 'nama aja lo pusingin, nggak akan jadi trending topik juga kan. Semrawut banget otak lo'. Gitu katanya." teriakan kembali terdengar karena nama Aksa di sebut.
Melotot sok marah, Ricky berucap. "Kenapa nama Aksa di sebut reaksi kalian gitu banget? Astaga." entah kapan ucapan basa-basi Ricky ini akan segera berakhir. Mereka sungguh sudah tak sabar ingin melihat aksi Aksa menggebuk drum.
"Ok.. Ok, baiklah. Biar cepet, saya akan to the point. Gitarisnya namanya Damar, pemetik bass itu namanya Nero, dan yang duduk dengan santai sambil ngupil pakai stick drum itu namanya Aksa."
"Udah tahuuu." jawab penonton yang membuat Ricky geleng-geleng kepala. Damar dan Nero tersenyum ketika namanya disebutkan oleh Ricky. Berbeda sekali dengan Aksa yang hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai pengganti kata lain dari sapaan.
Kemudian peraduan stick drum yang di bawa Aksa terdengar sebagai tanda jika aksi mereka akan di mulai. Suara Ricky mengalun lembut dan indah, tak terlihat sekali jika dia hanya artis kamar mandi.
Semua penonton menikmatinya. Bahkan banyak dari penonton merekam aksi mereka dengan kamera ponsel yang dibawanya. Love hanya bisa menatap Aksa dalam diam.
Lelaki itu begitu menikmati sekali apa yang sedang dimainkannya. Kepalanya sesekali mengangguk-angguk karena perbaduan irama yang tercipta dari gitar, bass, dan juga drumnya begitu memanjakan telinganya.
Mata Aksa tertutup ketika satu lagu telah selesai dimainkannya. Love tidak tahu apa yang sedang lelaki itu lakukan, karena bahkan teriakan dari para mahasiswi tak membuatnya pecah konsentrasi.
Tapi setelah mata Aksa terbuka, tatapannya langsung mengarah di satu titik. Mata Love. Sontak saja, suasana riuh itu seolah menghilang dari pendengaran gadis itu. Jantungnya gemuruh seperti dia akan segera dieksekusi karena kedapatan membawa narkoba.
Bagaimana tidak, jika mata Aksa terlihat begitu berbinar melihatnya. Love bahkan bisa merasakan jika lelaki itu seperti akan menenggelamkannya dalam kubangan kebahagiaan bernama cinta. Di mata itu, seolah memberi tahukan jika si pemilik begitu memujanya.
"Ada yang akan disampaikan oleh drummer kita." suara Ricky menyadarkan aksi tatap antara Aksa dan Love. Meletakkan stick drumnya ke atas kursi, lelaki itu berdiri. "Ayo bro, fansmu sudah tak sabar ingin melihatmu." Ricky menarik turunkan alisnya menggoda. Sedangkan Aksa hanya lempeng-lempeng saja.
Keringat yang keluar dari tubuh Aksa membasahi kaos hitam yang dipakainya. Terutama di bagian punggung. Bahkan punggungnya tercetak jelas karena kaos basahnya. Aksa berjalan dengan santai dan mengambil microphone yang di sodorkan oleh Ricky.
Suara riuh tiba-tiba hening karena Aksa memulai berbicara. "Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada seseorang yang bernama Lovela Shavel Nareswara." Love masih berdiri di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun. Matanya fokus menatap Aksa yang berdiri di atas panggung dengan mata yang balik menatapnya.
"Love." mulainya. "Kamu pasti udah belajar tentang Prinsip-prinsip Akuntansi kan?" meskipun pertanyaan itu ditujukan untuk Love, namun mahasiswa yang satu angkatan dengan Love ikut mengangguk.
"Dalam prinsip-prinsip akuntansi di buku Pengantar Akuntansi karya Warren Reeve Fess, ada dua konsep di dalamnya. Salah satunya adalah konsep biaya. Dan di konsep biaya pun, ada dua konsep yang terlibat. Salah satunya, Konsep Objektifitas. Konsep tersebut mensyaratkan bahwa catatan dan laporan akuntansi harus di dasarkan pada bukti objektif."
Love tak tahu harus berbicara apa dengan dirinya sendiri sekarang. Karena jiwa menggerutunya itu tiba-tiba hilang entah kemana. Dia tak tahu apa yang akan Aksa sampaikan kepadanya di tengah para mahasiswa yang menatapnya layaknya seorang pujangga cinta. Padahal bukan kata rayuan yang dikeluarkan oleh Aksa, melainkan sebuah materi mata kuliah.
"Konsep tersebut mengatakan, dalam pertukaran antara penjual dan pembeli, keduanya mencoba medapatkan harga terbaik. Hanya harga terakhir yang disepakati merupakan bukti objektif untuk tujuan akuntansi.
"Dan kamu tahu, kalau aku juga menggunakan konsep tersebut dalam hubungan kita?" jelas Love tak tahu. Dia menjalani hubungan dengan Aksa tanpa melibatkan konsep-konsep semacam itu.
Hening masih menyelimuti tempat tersebut. Tak ada satupun yang bersuara, karena yang mereka lakukan adalah fokus mendengarkan Aksa. "Jika diibaratkan, penjual tersebut adalah kamu dan aku adalah pembelinya, maka harga terbaiknya adalah hubungan kita. Dan harga yang disepakati adalah cinta. Dan itulah bukti objektif kenapa ada cinta diantara aku dan kamu." teriakan langsung menggema ketika Aksa mengatakan itu. Para penonton bahkan harus berjingkrak-jingkrak sendiri karena gemas dengan lelaki itu.
"Princess." sepertinya Aksa belum ingin mengakhiri pernyataan cintanya kepada sang kekasih. "I love you." setelah mengatakan itu, Aksa memberikan microphone yang dipegangnya untuk Ricky.
Membiarkan jeritan dari para mahasiswa yang memenuhi tempat tersebut. Love menelan ludahnya berkali-kali menahan tangis yang siap meluncur. Sungguh, kalimat cinta yang Aksa ucapkan untuknya benar-benar seperti bom bunuh diri. Dia bisa meledak karena kebahagiaan di dalam hatinya.
"Ok guys, itu dia pernyataan cinta dari Aksa untuk princessnya. Orang pinter mah gitu ya, mau bilang cinta aja pakai konsep loh." Ricky menggeleng sambil tersenyum. "Oh ya, Kami juga ada stand loh di sana, yang kita namai 'Bocah Akuntansi'. Kalian beli ya, ada banyak barang yang kita jual. Dan uang dari hasil penjualan ini akan kita sumbangkan semuanya kepada penyandang kanker. Terima kasih untuk partisipasi kalian, and, have a nice day." semua anggota Semrawut band turun dari panggung.
Aksa langsung menghampiri Love dan menggandengnya untuk keluar dari kerumunan banyaknya orang. Gadis itu hanya mengikuti Aksa tanpa mengatakan apapun.
Jantungnya masih belum 'normal'. Dan dia berharap, Aksa tak kembali berulah dan membuatnya pingsan mendadak.
"Prince!" Love memanggil Aksa pelan.
"Hem."
"Itu tadi seriusan kamu kan?"
"Bukan."
"Terus?"
"Anaknya Pak Daka." Love mendengus dan kembali bertanya.
"Bisa dapet kayak gitu dari mana?"
"Kayak gitu apa?"
"Konsep Objektifitas di dalam hubungan kita?"
Aksa menggeleng. "Nggak tahu, tiba-tiba aja inget."
Senyum Love terbit. Melepaskan genggaman tangan Aksa, dan memeluk lengan lelaki itu erat. Kejadian seperti tadi tidak akan terjadi untuk kedua kalinya, itu yang diyakini Love. Tapi, seadainya Aksa memberinya Konsep, Teori, ataupun Strategi yang bersangkutan dengan akuntansi, dia akan siap mendengarkan dengan seksama jika hasil akhirnya adalah cinta.
Astaga, Aksa ini benar-benar bisa sekali membuatnya kelabakan karena kebahagiaan.
"Prince."
"Hemm."
"I love you too." Aksa berhenti berjalan dan menatap Love dalam. Tersenyum tulus, lelaki itu mengacak rambut Love pelan kemudian merapikannya kembali.
"Mulai nanti malam, tepat pukul tiga pagi, kamu bangun ya. Bersujud kepada Tuhan agar kita bisa berjodoh sampai nyawa kita terlepas dari raga kita."
Ya Allah.... Jerit Love dalam hati. Aksa benar-benar akan membunuhnya secara perlahan sepertinya. Tadi saja jantungnya belum sepenuhnya 'damai', dan sekarang, sudah diberi lagi tembakan mematikan.
Dan coba beri tahu Love, konsep apa yang harus dia gunakan untuk meredakan jantungnya agar tak lompat dari tempatnya mengingat sejak tadi ribut sekali di dalam.
•°•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Siti Hidayatun
serasa masul di dunia novel ini
2021-10-29
0
Dian Amelia
dalam novel aja kalee, secara biasanya cowok ganteng bengal, cowok pinter cupu....huuu7 wakakakakakak😂😂😂
2021-07-02
0
nuraini
omaigatt meleleh hatikuuuh,, aksa i love u 😍😘
2020-12-26
0