Bab 14

Dua insan berjalan menyusuri pantai dan membiarkan air laut menyapu kaki-kaki mereka. Matahari mulai kembali dan meredupkan sinarnya pertanda malam akan datang. Senja yang sangat indah itu kini dinikmati oleh kedua bola mata Elena hingga menerbitkan seutas senyum di bibirnya yang manis.

"Aaron" panggil Elena pelan.

Ingatan gadis itu kembali pada kejadian beberapa jam lalu dimana salah satu anak buah Arthur sedang memantau dirinya. Tanpa alasan, Elena pergi meninggalkan Aaron sendiri dan mendekati pria tersebut.

"Berikan aku waktu satu hari sebelum aku menjadi menantu Arthur" ucap Elena tegas.

"Kami hanya memastikan jika kau tidak sedang merencanakan sesuatu agar bisa kabur dari pernikahan itu" Elena menarik nafas panjang mendengar ocehan anak buah Arthur itu.

"Aku tidak akan melakukan itu" Dengan tegas Elena menekankan pada setiap kalimatnya agar pria di hadapannya itu mengerti.

"Pergilah dan jangan memantauku" Elena berbalik badan meninggalkan pria itu. Dan benar, setelah Elena mengatakan hal tersebut orang suruhan Arthur itu pergi dan tidak lagi memantau dirinya.

Aaron menggenggam tangan Elena untuk menyadarkan gadis itu yang sedang ada di dalam lamunannya. "Sayang, ada apa?" tanya Aaron lembut.

"Aku mau hubungan kita selesai" ucap Elena sembari membuang muka. Ia tak tahan jika menatap wajah Aaron maka pria itu pasti akan mengetahui di matanya hanya tersorot rasa cinta.

"Kenapa? Ada apa sama kamu?" Aaron mencemaskan keadaan Elena yang secara tiba-tiba berubah begitu saja. Elena hanya menggelengkan kepala.

"Aku baik-baik aja" ucap Elena dan mendongak menatap Aaron yang lebih tinggi darinya.

"Lalu? Kenapa tiba-tiba minta putus? Aku ada salah?" tanya Aaron memastikan. Namun ia merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kamu ga ada salah tapi aku yang salah" ucap Elena dan menatap hamparan laut luas.

"Ada masalah? Coba ceritakan" Aaron menggenggam tangan Elena yang semakin membuat hati gadis itu gundah.

"Keluargaku sedang mengalami masalah dan aku gamau nyakitin kamu lebih lama jika tidak mengetahui sekarang"

"Ada orang yang menipu papa hingga nyawanya terancam di tangan musuhnya sendiri"

"Sebagai gantinya, aku harus menikah dengan putranya jika mau nyawa papaku selamat. Dan aku menerima penawaran itu demi keselamatan papaku" Elena menunduk menahan tangisnya yang mungkin sebentar lagi akan pecah.

"Besok adalah hari pernikahanku, Aaron" Bagai disambar petir mendengar pernyataan Elena yang terakhir. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak saat mengetahui jika wanita yang begitu ia cintai akan meninggalkan dirinya dan akan menikah dengan orang lain.

"Maafin aku" Elena memeluk tubuh Aaron dengan erat seolah tak ingin melepaskannya. Ia sangat mencintai pria itu. Jika bisa memilih, Elena tak ingin kehilangan Aaron untuk selama-lamanya.

"Maaf" Aaron memeluk Elena dan menenangkan wanita itu yang menangis.

"Aku sangat mencintaimu" Elena menatap wajah kekasihnya. Tangannya terulur menyentuh pipi Aaron dengan lembut. "Aku gak mau kehilangan kamu tapi aku gak bisa melakukan apapun"

Aaron mempererat pelukannya pada tubuh ramping Elena. Ia juga tak ingin kehilangan gadis itu. "Apa tidak ada pilihan lain selain kamu menikah dengan orang itu?" tanya Aaron. Elena menggelengkan kepalanya pelan. Jika ia memiliki pilihan lain mungkin itu yang akan ia pilih asal tidak mengorbankan hidupnya dengan menikahi orang yang tidak pernah ia kenali sebelumnya.

Semburat oranye di awan pun menghilang tergantikan dengan langit gelap pertanda malam tiba. Suara deru ombak kini terdengar jelas saat hening menyapu keadaan keduanya. Tak ada percakapan apapun dari dua insan yang saling tak ingin melepaskan.

"Maaf" Aaron mengangguk pelan. Ia juga tak memiliki hak apapun untuk memaksa Elena mempertahankan hubungan mereka. Mungkin takdir tidak berpihak kepada keduanya sehingga memisahkan mereka dengan cara seperti ini.

"Boleh aku minta satu hal?" tanya Aaron.

"Apa?"

"Kita jangan sampai asing. Aku ingin kita seperti dulu lagi meskipun bukan sebagai kekasih tapi sebagai seorang teman" Elena mengangguk menyetujui permintaan Aaron. Ia juga tak ingin kehilangan pria itu sepenuhnya.

...****************...

"Makan yang banyak biar badan lo gak kurus" cibir Felix sembari memperhatikan Medina yang sedang lahap makan di sampingnya.

"Lo tuh tirus. Tinggi kurus" balas Medina tak kalah sengit.

Padahal sebelumnya mereka saling melempar tawa dan candaan namun kini keadaan kembali seperti semula dimana Medina dan Felix yang saling mengejek satu sama lain. Baru saja mereka menginjakkan kaki di restaurant usai menghabiskan waktu bersama di tempat yang begitu indah, di salah satu tebing dengan pemandangan yang begitu memanjakan mata.

"Pantes lo gak punya pacar" Medina menoleh dengan cepat saat Felix mengatakan hal itu. Itu sangat mencoreng harga dirinya.

"Maksud lo?"

"Karena mungkin lo naksir gue makanya gak punya pacar" Felix menjawab asal-asalan namun Medina kini sudah naik pitam. Gadis itu mengambil beberapa tisu dan melemparnya pada Felix untuk meluapkan emosinya.

"Makan tuh tisu biar otak lo gak geser" Dan Felix hanya tertawa menanggapi ocehan Medina.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!