"Tidak ... tidak, tidak Vincent! Aku tidak akan mengenakan itu!" Catalina menggeleng berulang kali melihat gaun berwarna hijau toska dengan potongan pas badan di tangan Vincent.
"Aku akan menunggu di kamar yang disiapkan untuk Leon saja. Setelah kalian selesai kalian antarkan saja dia kembali padaku. Aku tidak akan turun dan menikmati pesta itu "
"Terserah padamu mau menikmati pesta atau tidak. Namun jangan membuat malu Nona Yoana. Kau akan turun dari mobil dan masuk ke aula hotel sambil menggendong Leon dengan pakaian lusuh itu? Jangan membuat media akhirnya mencap Nona Yoan tidak memperhatikan pegawai-pegawainya. "
Catalina merasa sangat tersinggung.
"Memangnya kenapa dengan pakaianku!"
"Lina yang bodoh! Pakaianmu seperti barang loakan yang bahkan tidak mau lagi di beli oleh pembeli second !"
"Kalau begitu harusnya kalian membuatkan pakaian seragam pengasuh untukku!" sungut Catalina.
Catalina menunduk menatap baju terusan tanpa pinggang yang ia pakai. Ia sengaja memakai gaun longgar untuk menutupi tubuhnya yang berisi, dan gaun itu terasa nyaman, tidak lusuh, tidak ketinggalan jaman, dan terlihat sopan.
"Ganti dengan ini! Ini perintah, Lina!"
Vincent melemparkan gaun hijau itu ke atas sandaran kursi lalu berlalu meninggalkan kamar bayi.
"Mereka mau mengenalkanmu pada semua. Sebagai pewaris keluarga Bernard, lalu kenapa aku yang harus repot-repot berdandan!" Catalina memegang gaun yang dilempar Vincent. Ia menoleh pada Leonard yang mengoceh di tempat tidurnya.
"Ya. Kau benar. Mereka melakukan apa yang mereka mau dan kita harus menurut."
Catalina meletakkan gaun kemudian mendatangi Leon.
"Tapi uang gaji yang mereka berikan bisa membuatku kembali menabung untuk mewujudkan mimpi nenekmu Leon." Leon terdengar tertawa.
"Uhhhh, lucunya. Mommy juga berpikir begitu. Uangnya sangat berguna untuk mother Rebecca dan seluruh teman-teman kita di panti." Catalina berbicara pada Leon sambil menciumi pipi bayi itu.
"Bagaimana? Menurut saja? Begitukah menurutmu?Oh baiklah." Catalina masih bicara pada Leon yang menimpali perkataannya dengan ocehan.
**********
Waktu pesta menjelang dan mereka semua sudah bersiap untuk berangkat ke hotel tempat pesta yang sudah di siapkan oleh Vincent dan Yoana. Baby Leon sudah didandani dengan sangat tampan, walaupun mata bulat besar itu sudah terkantuk-kantuk dalam gendongan Catalina.
Yoana terkikik geli. "Bagaimana aku mau memperkenalkanmu jika kau malah tertidur, Leonard."
Suara langkah kaki membuat Yoana dan Catalina berbalik. Di hadapan mereka sudah berdiri Simon yang memandang tak berkedip ke arah Catalina. Di sampingnya berdiri Hamilton yang turut mengawasi Catalina dengan mata tertarik.
"Kenapa memandangku!?" Catalina memandang Simon dengan sinis.
"Kau pengasuh bayi itu?" tanya Simon tertarik.
"Bayi itu punya nama!"
"Ummmm ... yentu saja, maksudku ... kau pengasuh Leonard?"
"Aku Bibinya! Aku adiknya Marilyn! Dan kau pria bodoh yang menghamilinya kan!?" Catalina berseru sinis lalu berbalik memunggungi Simon. Ia merasa sangat kesal melihat wajah ayah Leonard itu.
Simon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak menyangka adik Marilyn sangat cantik dan sexy menurutnya. Gaun hijau toska selutut dengan belahan samping itu membuat Catalina nampak sensual. Vincent menyeringai karena sepertinya gadis itu tidak menyadari efek gaun itu pada tubuhnya.
Claude yang telah berdiri di samping Vincent melihat tatapan terpesona adiknya pada pengasuh Leonard. Ia mengernyit dan menatap tajam.
"Ayo, kita berangkat. Leonard terlihat sudah mengantuk."
Claude menggiring Catalina yang sedang menggendong Leonard ke arah mobilnya, sedang Simon memilih membawa mobil sendiri, ia pergi bersama Hamilton. Yoana memilih mengikuti Claude karena Vincent yang akan mengendarai mobil itu.
Mereka berhenti di depan hotel mewah tempat pesta akan diselenggarakan. Yoana segera turun dan melangkah pergi meninggalkan Claude yang menggelengkan kepala melihat kakaknya yang gesit dan lincah. Ia pasti mau memastikan segalanya berjalan sesuai kehendaknya.
Claude membawa Catalina ke lift khusus dan naik mengantar Catalina ke lantai atas. Catalina bergumam kecil dan kadang terkikik bersama Leon. Seolah ia hanya berdua dengan bayi itu di dalam lift tersebut dan Claude tidak ada, angin lalu.
Claude menelisik setiap jengkal tubuh gadis itu dari sudut lift tempatnya berdiri. Catalina memilih menjauh dengan berdiri agak ke depan. Mereka tidak bicara dan Claude merasa sangat diabaikan.
Setelah sampai di lantai yang ia tuju, Claude mendahului melangkah menuju sebuah kamar yang sangat besar. Sebuah tempat tidur lebar dengan beberapa sofa empuk berada di dalam kamar itu.
Catalina menurunkan Leon di kasur lalu mengambil remote untuk menghidupkan siaran TV.
"Kau tidak ikut turun?" tanya Claude pelan.
Catalina hanya menggeleng sambil mencari beberapa chanel yang menurutnya menarik untuk di tonton.
Claude merasa benar-benar diabaikan. Beberapa wanita akan memandang dua kali padanya bila ia melewatinya, ber oohhh dan ahhhh ria sambil memandang Claude dengan tatapan menggoda. Maka berbeda halnya dengan Catalina, Claude merasa ia bukan apa-apa dan tidak punya pesona sama sekali.
Yoana masuk ke dalam ruangan dan melirik ke arah Catalina.
"Kau benar-benar tidak mau ikut turun?" Yoana bertanya sambil berjalan ke arah tempat tidur. Ia meletakkan tas bayi yang tadi dibawa Vincent ke atas tempat tidur.
"Tidak. Aku akan menunggu di sini. Jika nanti sudah selesai atau Leon sudah gelisah antar saja ia ke sini Aku akan menidurkannya."
Yoana mengangkat kedua bahunya. Ia menggendong Leon dan melirik ke arah cermin besar di dinding memeriksa penampilannya.
"Kau ikut, Claude? Atau matamu masih belum puas?" Kata -kata Yoana membuat Claude mendengus. Catalina yang heran mendengar kata-kata Yoana segera melirik ke arah Claude, tidak menyadari bahwa sedari tadi kedua mata pria itu melahap dirinya dengan tatapan tajam.
"Ayo pergi." Claude mengiringi Yoana dan menutup pintu. Meninggalkan Catalina sendiri duduk di atas sofa sambil menonton TV.
Kemewahan pesta itu menyihir para tamu dengan sukses. Yoana membuat semua mata terbelalak kagum ketika Ia menggendong Leonard ke atas panggung bersama Claude di samping kanan serta Simon di samping kirinya. Mereka hanya memperkenalkan Leonard sebagai anggota keluarga terbaru dari Bernard Family. Kemudian mereka turun dengan anggun lalu kembali berbaur dengan para tamu. Dengung rasa penasaran mulai berputar, semua orang yang Yoana lewati mulai mendekat dan ingin melihat Leonard dari dekat.
"Sttt ... matanya biru. Warna mata keluarga Bernard semuanya hitam." Dengung bisikan itu mulai merayap di seluruh ruangan.
Vincent yang bersandar di dinding mulai menyeringai. Ia hanya tinggal menggiring gosip ini ke arah yang ia inginkan.
Leon tampak bergelung manja di pelukan Yoana, sesekali tersenyum dengan mata mengantuk ke arah Yoana yang terlihat sangat keibuan dan penuh kasih sayang pada Leon.
Setelahnya Yoan sengaja memberikan bayi itu pada Simon yang membawanya berkeliling sambil tersenyum menebar pesona ketampanannya sambil melirik beberapa gadis sexy yang menghadiri pesta.
Setelah beberapa saat Leon mulai merengek, ia haus dan ingin tidur. Simon segera membawanya ke arah Yoana yang tengah menikmati minuman bersama beberapa temannya. Simon Ingin memberikan Leon pada kakaknya itu karena tidak tahu harus berbuat apa pada Leon yang merengek.
Vincent yang melihat hal itu segera berjalan mendekati Yoana, dengan sengaja ia menyenggol bahu Yoana sehingga minuman yang ia pegang memercik ke gaunnya.
"Ah, aku tidak berhati-hati. Sebaiknya kau ke toilet , atau gaun mahal itu akan rusak," ucap Vincent menyesal. Yoana mengerutkan dahi dan merengut pada Vincent. Tapi ia menurut dan berpamitan pada para gadis model yang sedang berbicara dengannya.
Vincent mendekati Simon yang sedikit kebingungan ketika menyadari Yoana telah meninggalkan tempat itu.
"Berikan Leonard padaku," ujar Vincent. Dengan cepat Simon menyerahkan bayi yang merengek itu ke tangan Vincent.
Vincent melangkah mendekati Claude yang tengah mengobrol dengan Hamilton dan dua orang wanita yang Vincent kenali sebagai seorang anak relasi bisnis Claude dan seorang model yang tengah naik daun.
"Maafkan aku Claude. Sepertinya ia menginginkan Lina. Aku tidak bisa membawanya ke atas."
Claude berbalik dan memandang Leon yang merengek. Ia segera melihat alasan untuk berlalu dari tempat itu, para wanita itu membuatnya sangat bosan.
"Baiklah. Ayo Leon." Claude mengambil Leon dan langsung berbalik tanpa berpamitan pada tamunya. Hamilton tersenyum miring sambil memandang Vincent yang sengaja balik memandangnya tanpa ekspresi. Vincent mengangkat bahu dan bersuara.
"Ah ... sudah waktunya Leon tidur. Seperti biasa, ia menginginkan Mommy nya."
Dua wanita di hadapan Vincent saling berpandangan. Tiba-tiba mereka pamit dengan sopan pada Vincent dan Hamilton, kemudian berlalu dari sana.
"Bisa menebak kemana arah tujuan para ladies itu, Vincent?" Hamilton melipat tangannya sambil memandang Vincent yang tersenyum licik.
"Rencana apa yang tengah kau jalankan?" tanya Hamilton.
Vincent menyerigai. "Hanya sebuah rencana kecil, Paman Hamilton."
Hamilton tersenyum. "Kecil? Itu rencana besar."
Ganti Vincent yang tersenyum dan membungkukkan badan di hadapan Hamilton. "Aku belajar dari ahlinya, Paman."
Ucapan Vincent membuat Hamilton akhirnya terkekeh geli.
N E X T >>>
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nay Nay
pria kaya sekelas clude diacuhkan catalina wkwkwk
2023-04-10
0
Ney Maniez
🤔🤔
2023-02-26
0
Annisa Rahma
licik juga vincent, dia cari cara biar claude kalah taruhan 🤣
2023-01-24
0