Claude keluar dari kamar perawatan Catalina. Ia berjalan menjauhi kamar diikuti oleh Vincent sampai di ujung lorong dan berbelok menuju ke sebuah lift. Keduanya masuk dan menekan tombol ke lantai dasar.
"Bagaimana selanjutnya, Vincent?" tanya Claude sambil menyeringai.
"Kita tidak dapat menyembunyikan Leon terlalu lama. Bayi itu tidak mau berhenti menangis. Nanny yang menjaganya sudah kehabisan akal," ucap Vincent pelan.
"Tunggu beberapa jam lagi, Vincent. Agar tidak terlalu ketara nantinya. Catalina sudah menyerah dan mau menurut. Rencanamu sungguh berhasil."
Vincent menyerigai lebar. "Catalina tidak dapat dipaksa, Claude. Tapi kelemahannya adalah Leon. Kita hanya mendorongnya agar mengambil keputusan yang tidak dapat ia elakkan. Agar ia mau menjalaninya dengan keputusan dari hatinya sendiri, bukan karena dipaksa."
"Kau benar. Lihat saja hasilnya ketika ia dipaksa. Ia pura-pura menurut dan menunggu kita lengah, lalu pergi melarikan Leon. Untung saja kau sangat awas atas tindak-tanduknya." Ucapan Claude membuat Vincent terkekeh.
"Kau juga tidak percaya kalau ia akan menurut semudah itu kan. Sehingga kau sangat waspada dan berhati-hati. Berpura-pura lengah agar tahu rencana gadis itu."
Dering ponselnya membuat Claude berhenti mengobrol. Ia melihat dan segera mengangkat panggilan itu ketika melihat nama Nanny tercetak di layar.
"Ya ?" Claude menjawab.
"Tuan, saya harus bagaimana,Tuan. Bayi Leon tidak mau berhenti menangis. Suaranya sudah serak dan ia mulai lemas." Suara Nanny yang panik membuat Claude mengernyit.
"Aku akan segera ke sana. Tunggu kami." Claude mematikan ponsel dan menatap Vincent.
"Leon tidak mau berhenti menangis."
Vincent menarik napas panjang."Ayo kita pergi. Agar Yoana dan Catalina mengira kita sedang mencari Leonard. Mereka pasti bertanya-tanya bila kita tetap di sini."
Claude mengangguk dan mengikuti Vincent yang telah melangkah mendahuluinya keluar dari lift menuju mobil mereka yang terparkir di area itu.
Mereka melaju sampai ke sebuah gedung apartemen. Penjaga yang melihat mereka membungkuk dan memberi hormat. Claude setengah berlari menuju lift dan menekan tombol lantai kamar tempat ia dan Vincent menyembunyikan Leon.
Suara tangis Leon terdengar kencang saat mereka menjejakkan kaki di kamar apartemen. Tiga orang pengasuh yang bertugas menjaga Leon tampak menarik napas lega.
Vincent segera berjalan melewati Claude dan mengambil bayi itu untuk menggendongnya. Vincent menyandarkan kepala Leon ke bahunya dan menepuk-nepuk punggungnya. Tapi Leon masih saja menangis.
"Siapkan popok, susu dan semua peralatannya ke dalam tas, Nanny," perintah Vincent. Para Nanny itu mengangguk dan segera pontang-panting mengerjakan perintah Vincent. Claude menaikkan alisnya bertanya.
"Bukankah terlalu cepat bila kita membawanya pulang sekarang?"
"Oh, kita tidak akan pulang, Paman Claude. Kita akan pergi berjalan-jalan." Vincent menyeringai senang.
Sebuah tas bayi dengan semua kebutuhan Leon di dalamnya sudah siap dan diletakkan di atas meja.
"Kau memasukkan gendongan ransel ke dalamnya kan?" tanya Vincent pada Nanny. Ketiganya mengangguk berbarengan.
"Bagus. Sudah siap semuanya. Ayo Paman Claude, Kau yang membawa tasnya." Vincent langsung melangkah meninggalkan Claude yang ternganga.
Vincent akan membawa sendiri Leonard tanpa Nanny? Memangnya kemana mereka akan pergi? pikir Claude heran. Namun ia segera mengangkat tas Leon dan berlari mengejar Vincent yang sudah keluar meninggalkan apartemen.
"Nah, masuk dan duduklah Paman Claude," ucap Vincent pada Claude yang mengernyit. Ia menurut dan duduk di bangku sebelah kemudi. Claude menutup pintu yang kemudian segera di ketuk kacanya oleh Vincent.
"Ada apa?" tanya Claude sambil menurunkan kaca.
"Tentu saja kau yang harus memegang Leonard. Aku akan mengemudi." Vincent menyeringai dan membuka pintu dengan satu tangan. Lalu meletakkan Leon yang masih sesenggukan ke pangkuan Claude yang tergagap dan segera memeluk bayi itu.
Vincent menutup pintu kembali dan berputar untuk masuk ke belakang kemudi.
"Sudah siap, Paman? Kita akan berpiknik," ucap Vincent sambil terkekeh dan mulai menjalankan mobil.
Mereka sampai ke sebuah taman hiburan. Vincent segera turun dan membuka pintu untuk Claude.
Dengan Leon dalam gendongannya, Claude turun sambil merengut. Vincent terkekeh melihat ekspresinya.
Akan semakin menyenangkan melihat ekspresinya sebentar lagi, pikir Vincent.
Vincent mengeluarkan tas bayi dari pintu belakang dan segera mencari gendongan ransel. Ia segera mengambil Leon dan menyerahkan gendongan itu ke tangan Claude.
"Pakaikan ke tubuhmu," ucapnya. Claude mengerutkan dahi tapi tidak membantah. Ia memasukkan ransel gendongan itu ke lengan dan mengaturnya di bagian bahu. Vincent berputar dan mengunci gendongan itu di bagian belakang tubuh Claude. Ia menarik untuk menguji kekuatan ransel itu.
Lalu sambik tersenyum, Vincent meletakkan Leon dalam gendongan itu dengan kepala menghadap dada Claude. Bayi itu masih saja merengek. Vincent memasang pengaman yang membuat Leon menempel ke dada Claude dengan aman dan kembali menguncinya.
"Nah, Paman. Kita sudah siap. Ayo ...." Vincent melangkah masuk dengan menjinjing tas bayi. Sedang Claude mengikutinya dengan menggendong Leon. Beberapa pasang mata memandangi mereka. Vincent terlihat biasa saja, ia sudah terbiasa melihat orang memandang aneh pada wajahnya. Tapi tidak begitu dengan Claude. Laki-laki itu terlihat kaku dan serba salah. Vincent menyeringai lebar.
"Kau sengaja mengerjaiku," sungut Claude. Vincent diam saja dan mengajak Claude mendatangi wahana kuda-kudaan yang berputar. Mata Leon tampak tertarik dan akhirnya berhenti merengek.
"Nah ... dia akhirnya diam. Jika kau menaiki wahana itu, kujamin ia sudah tertidur ketika nanti kau turun," ucap Vincent.
"Kau sengaja kan," sungut Claude lagi. Vincent terkekeh geli. Beberapa ibu-ibu yang ada di sekitar sana memandangi mereka dengan tertarik.
"Ayolah, Claude. Kau sebaiknya mulai naik. Atau gerombolan ibu-ibu itu akan berdatangan kemari sambil pura-pura menggoda Leon. Padahal mereka hanya penasaran denganmu, Lalu mulai menanyaimu, mana ibunya, kenapa hanya piknik berdua dan banyak pertanyaan lain lagi. Kemudian mereka akan berpura-pura mencium pipi montok Leon padahal mereka sedang mencari cara agar bisa menyentuh dadamu yang ke ...."
"Oh, hentikan ocehanmu Vincent! Aku akan naik! Aku akan membalasmu karena ini!" Claude pergi meninggalkan Vincent untuk naik ke wahana itu. Vincent tidak dapat menahan tawanya lagi. Ia terbahak-bahak.
Tapi ucapan Vincent benar. Leonard membuka matanya lebar-lebar setelah mereka naik dan wahana itu mulai berputar. Ia tertawa lucu dan mengoceh, membuat Claude merasa gemas dan menciumi pipinya berulang kali.
Claude memeluk Leonard yang menikmati putaran di atas kuda-kuda yang mereka naiki. Tidak mempedulikan berpasang-pasang mata yang melihatnya dengan tertarik bahkan tersenyum menggoda.
"Mereka pasti berpikir aku ayahmu dan salah satu kandidat suami yang bisa mereka incar. Bukan begitu, Leon? Ummm? Kau berpikiran sama?" Claude bicara pada Leon yang terlihat mulai mengantuk.
"Tidurlah. Kau lelah kan? Sebentar lagi kau juga akan bertemu dengannya. Sekarang pejamkan dulu matamu." Claude bergumam pelan sambil mengelus punggung Leon.
Beberapa saat kemudian Claude turun dari wahana itu dan mendatangi Vincent di kursi panjang yang ada di dekat sana.
"Aku benar bukan? Dia akhirnya tidur," ucapnya tersenyum senang.
"Ya. Apakah kita akan pulang sekarang?" tanya Claude dengan cemberut.
Vincent melihat ke arah jam tangannya. "Hmmm,
sebentar lagi, Claude. Satu jam lagi."
"Bisakah kita menunggu di dalam mobil saja?"
"Kenapa?" tanya Vincent.
"Aku merasa tidak nyaman. Aku seperti duda beranak satu yang sedang tebar pesona mencari satu calon ibu untuk membantuku mengasuh bayi!"
Jawaban Claude membuat Vincent terbahak sambil memegang perutnya. Ia terlihat sangat geli.
"Ya. Tertawalah sepuasmu, Vincent, dan kalau Leon bangun karena suaramu, aku akan membuatmu naik ke wahana itu sambil menggendongnya sampai ia kembali tertidur!"
Dengan cepat Vincent menutup mulutnya dengan tangan. Lalu mengangkat tas bayi mengikuti Claude yang sudah meninggalkannya sambil bersungut-sungut.
N E X T >>>
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Zuraida Zuraida
seram tapi ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-28
0
Nay Nay
ternyata ulah claude dan vincent😞
2023-02-27
0
mikhayla
kirain siapa yg nyulik leon, ternyata konspirasi dari claude dan vincent
2023-01-08
0