Simon nampak mengunyah permen karet tiada henti. Yoana yang datang dari arah sampingnya menepuk bahu adiknya itu.
"Cepat buang benda di mulutmu! Menjijikkan!" Yoana mendelik dan hanya disambut gelak kecil oleh Simon.
Claude yang memandang Simon hanya menggelengkan kepala, setidaknya sekarang laki-laki itu sedikit menurut dan mau mendengarkan kata-kata orang lain. Terimakasih pada Hamilton yang telah membawa adiknya itu dan sedikit memberinya pencerahan. Pria tua yang sudah seperti ayah bagi mereka itu telah bekerja sejak jaman ayahnya dulu, kesetiaannya sudah tidak diragukan lagi.
"Dengarkan kakakmu, Simon." Suara berwibawa Hamilton yang menegurnya membuat Simon berdiri dan langsung pergi untuk membuang permen karet di mulutnya.
"Dia menurut padamu, Paman." Yoana berbisik dan menyilangkan kaki setelah ia duduk di sofa.
Claude memandangi laki-laki tua di hadapannya. Mereka di minta oleh Hamilton untuk berkumpul, sesuatu pasti telah terjadi.
"Katakan ada apa Paman Hamilton?" Claude penasaran dan tidak sabar.
"Dimana Vincent?" Hamilton tidak menjawab Claude, ia malah balik bertanya. Claude menaikkan alisnya, sedang Yoana mendengus kesal.
"Kenapa Paman menanyakannya?" Yoana memandangi Hamilton dengan jengkel.
"Berhentilah mengerutkan keningmu, Yoana Sayang. Sekarang panggil Vincent kemari, Claude. Bagaimanapun dialah yang akan mengerjakan semua pekerjaan ini nanti." Hamilton memberikan perintahnya pada Claude yang akhirnya mengambil handphonenya dan menghubungi Vincent.
"Segeralah kemari, Vincent. Ya, ruang keluarga." Claude memberitahu Vincent tempat mereka ingin Vincent datang. Laki-laki itu seperti biasa sangat gesit. Ia datang beberapa menit kemudian berbarengan dengan Simon.
"Ah ... Vincent, Simon ... duduklah. Kita semua akan mendengarkan sebuah cerita dari Simon hari ini." Suara Hamilton terdengar sedikit tajam. Membuat Yoana dan Claude menegakkan tubuh mereka dan menunggu.
Keheningan mewarnai ruangan itu, Simon berulang kali terlihat menggosok hidungnya yang tidak terasa gatal. Semua orang di ruangan itu tahu Simon melakukannya jika ia sedang gugup.
"Ceritakan pada mereka seperti kau menceritakannya padaku, Simon. Tidak usah gugup, mereka keluargamu." Tepukan hangat dari Hamilton di lutut Simon membuat pria muda itu akhirnya mengangguk.
"Ummmmm ... apakah kalian ingat Marilyn? Wanita berambut kecoklatan yang pernah datang kemari?" Simon memulai ceritanya. Claude hanya diam dan merasakan sebuah masalah baru sedang dihadapkan adiknya itu pada mereka. Hanya Yoana yang mengangguk berulang kali, seolah memberi semangat pada adiknya itu agar terus bercerita.
"Well ... Ehmmm! Sepertinya aku lupa bilang pada kalian kalau ...." Simon berhenti berkata, ia bergantian menatap Yoana dan Claude lalu Vincent. Terakhir ia menatap Hamilton yang mengangguk sambil tersenyum menyemangatinya.
"Kalau apa Simon?" Yoana bertanya tidak sabar, mengingat wanita itu membuatnya sangat jengkel.
"Aku lupa mengatakan kalau sebenarnya Marilyn saat itu ... sedang hamil ... anakku ...." Simon memandangi kedua kakaknya bergantian. Yoana tampak menganga tidak percaya, yang lebih mengerikan adalah ekspresi Claude. Kakaknya itu terlihat terperanjat, wajahnya memutih, membuat Simon akhirnya memandang Hamilton memohon dukungan.
"Dia sudah mengatakannya. Aku mengumpulkan kalian kemari untuk memberitahukan hal ini." Hamilton memandang Claude lama.
"Sebagai kepala keluarga Bernard ... kau tahu apa yang harus kau lakukan. Bukan begitu, Claude?"
"Dasar bodoh! Ya ampunnnn. Aku akan memukulmu kali ini!" Yoana bergerak ke arah Simon yang mencari perlindungan di balik tubuh Vincent.
"Menyingkirlah!" perintah Yoana sambil mendelik.
"Percuma memukulinya, Nona. Itu bukan jalan keluar." Kata-kata Vincent membuat Yoana mendengus. Wanita itu berkacak pinggang dan menatap tajam wajah Vincent yang terdapat bekas luka melintang dari arah kening kirinya, melewati hidung dan berakhir di sudut pipi kanan laki-laki itu. Yoana tahu pria itu tidak pernah merasa nyaman jika ia memandangi wajahnya, jadi Vincent mulai menyingkir dan membuat Yoana bisa menjangkau Simon.
"Berhenti memarahiku, Kak. Aku sudah menyuruhnya kemari dan mengatakan padanya agar mengatakan hal itu pada kalian. Dia sudah kemari kan ...." Simon meringis merasakan telinganya yang sangat sakit karena di jewer oleh Yoana.
"Anak bodoh! Pacarmu itu kemari dan mengatakan bahwa kau menyuruhnya datang kemari karena meminta dia menemui kami untuk mengatakan kabar kalau kalian akan menikah!" Yoana menjadi sangat geram.
"Tidak! Aku menyuruhnya datang kemari agar dia mengatakan pada kalian bahwa ia sedang hamil anakku. Jadi kalian bisa mengambil keputusan untukku! Bukan untuk menikah dengannya!" Simon memandang Claude, memohon kakaknya menghentikan usaha Yoana untuk mencabut telinganya.
Claude hanya terdiam, matanya memandang dua saudaranya yang tengah berdebat.
"Apa yang kalian lakukan pada wanita yang datang itu?" Hamilton melipat tangannya di depan dada Lalu bersandar ke sofa dengan nyaman.
Claude tidak menjawab, hanya memandangi Simon dengan tatapan yang tidak dapat di jelaskan.
Yoana yang akhirnya menjawab pertanyaan Hamilton.
"Kami mengusirnya!" Simon mengernyit memandangi kakaknya dan Hamilton menggelengkan kepala mendengar jawaban itu.
"Ya ampun ...." Simon mengeluh, entah karena rasa sakit di telinganya atau tahu bahwa Marilyn pergi karena diusir dari rumahnya.
Yoana akhirnya melepaskan Simon. Wanita itu berjalan gontai ke arah sofa, kembali duduk di samping Claude.
"Darimana kau tahu itu anakmu?" Kata-kata Claude terdengar dingin. Membuat Simon salah tingkah memandangi kakaknya itu.
"Well ... kami memang tidak menggunakan pengaman. Marilyn sebenarnya mengingatkanku ... tapi aku bilang itu tidak perlu, apapun yang terjadi, aku akan bertanggung jawab." Kata-kata Simon disambut makian oleh Yoana.
"Dasar Bodoh! Kau tidak berpikir dengan otakmu!" maki Yoana .
lalu keheningan menghias ruangan itu. Semua menunggu keputusan Claude. Hamilton memberikan Claude waktu sebelum akhirnya ia berucap.
"Claude ... apa keputusanmu?"
"Bukankah itu sudah jelas, Paman. Tidak ada keturunan Bernard yang boleh hidup tanpa kejelasan garis keturunannya. Dia akan hidup dan dibesarkan dalam keluarga ini jika terbukti ia memang putra Simon. Tidak ada yang boleh memisahkan keturunan Bernard dari keluarga intinya."
Hamilton tersenyum, menganggukkan kepalanya, merasa puas dengan kata-kata Claude.
"Vincent, kau mendengarkan bukan? Cari wanita itu." Perintah Hamilton segera mendapatkan anggukan kepala dari Vincent. Laki-laki itu membungkuk memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan.
"Tunggu!" teriakan Yoana menggema, Vincent terpaksa menghentikan langkah kakinya.
"Aku ikut denganmu." Yoana tidak meminta persetujuan, tapi memberitahu keputusannya. Keputusan yang tidak dapat dibantah Vincent walaupun ia sangat keberatan dengan permintaan nonanya itu.
N E X T >>>
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
lili
gimana catalina
2024-02-20
0
Ney Maniez
🙄🙄🙄
2023-02-26
0
Bilqis Adinda Ulya
begitu buka aplikasi ini langsug novel ini yg muncul, pas aku baca ehhh ternyata seruuu 👍👍👍
2022-12-26
0