Yoana hampir histeris, baby Leon tidak mau berhenti menangis. Ia sudah memberikan susu yang ditolak bayi itu, memeriksa popoknya yang ternyata masih kering dan bersih lalu mencoba mendiamkannya dengan mengayunnya lembut dalam gendongan Yoana. Tapi Leonard masih juga menjerit, bahkan beberapa kali terdengar suara bayi itu melengking.
Dua baby sitter yang dipekerjakan oleh Yoana sudah bergantian mencoba menggendong bayi itu. Namun Leonard masih saja menangis keras.
"Ya Tuhan ... ada apa denganmu? Kau kenapa, Sayang?" Yoana mendesah lelah. Ia terus bergerak mengayun Leonard.
Claude dan Vincent yang baru pulang dari acara makan malam bersama relasi bisnis mereka mendengar kehebohan dari lantai dua tempat kamar leonard. Claude segera naik dan mengintip lewat pintu kamar bayi.
"Yoan ... kenapa ia menangis?" Claude mengernyit melihat saudarinya yang bergerak kesana-kemari tiada henti sambil menggendong Leon.
"Jangan tanya aku, Claude. Tanya bayi montok ini. Aku bingung ada masalah apa padanya ...."
"Kau sudah memberinya susu?" Claude melihat yoana mengangguk.
"Dan popoknya bersih. Dia tidak pub, tidak pipis, dia kenyang, dia baik-baik saja sore tadi. Tapi sekarang dia terus menangis," ucap Yoana frustrasi.
Claude mengernyit, berpikir kalau mereka perlu memanggil dokter.
"Apa mungkin dia sakit?" tanyanya.
Yoana menggeleng. "Aku tidak tahu, Claude ... kita harus bagaimana?"
Yoana terlihat sudah hampir mau ikut menangis.
"Kurasa Leon mengantuk." Suara Vincent tiba-tiba menyeruak diantara kebingungan itu.
"Lalu kenapa dia tidak tidur saja? Bukankah aku sudah menimangnya sejak tadi. Tapi dia tidak kunjung memejamkan mata." Yoana masih bolak-balik mengayun dan menimang, Leon masih saja menangis..
"Mungkin dia tidak terbiasa dengan perlakuanmu. Maksudku, mungkin Catalina menidurkannya dengan cara lain. Tidak diayun atau digendong. Entahlah, Kau tanya saja Catalina langsung." Vincent menaikkan bahunya.
Yoana mendengus.
"Dia masih memaki setiap kuajak bicara. Makan malam tadi pun tidak disentuh olehnya."
Claude mengernyit mendengar ucapan Yoana, kemudian tanpa mengucapkan apa-apa ia segera berlalu meninggalkan kamar Leonard. Ia turun dan melangkah ke belakang menuju gudang. Claude membuka kunci dan masuk ke dalam gudang.
Catalina yang sedang duduk di sebuah kursi bekas segera berdiri.
"Diakah yang terus menangis? Leon kah itu?" Suara tangis Leon yang kencang samar-samar sampai ke bagian gudang tempat Catalina di kurung. Sedari tadi ia menjadi gelisah. Leon pasti mau tidur dan minta di ninabobokan.
"Ya. Dia gelisah, tidak mau berhenti menangis," Ucap Claude.
"Bawa aku kesana. Dia pasti mengantuk dan ingin tidur." Pinta Catalina.
Claude menatap tajam dengan wajah garang ke arah Catalina.
"Aku akan membawamu pada Leonard. Tapi dengan syarat kau tidak bertindak macam-macam!" ucap Claude tajam. Catalina jadi mengerutkan dahi.
"Bertindak macam-macam? Apa maksudmu!?"
"Misalnya dengan kembali membuat keributan atau berpikir untuk membawa Leonard dari sini! Seluruh mansion ini dijaga ketat. Kau tidak akan lolos jika mau melarikan Leonard!" Ucapan Claude membuat Catalina bersedekap. Ia memandang sinis pada Claude.
"Memangnya apa hakmu menahanku!? Jika aku ingin pergi dari sini, maka itulah yang akan kulakukan! Kau atau siapapun di mansion ini tidak dapat menghentikanku!"
Ketika ucapannya selesai, satu lengkingan panjang dari Leon membuat Catalina terhenyak. Ia segera berlari menuju pintu keluar yang setengah terbuka. Namun Claude segera menarik lengannya sehingga ia terpaksa berhenti.
"Kau tidak akan kemana-mana sebelum berjanji akan menuruti perintahku!"
"Dalam mimpimu!" maki Catalina. Namun tangis Leon makin kencang memasuki gendang telinganya. Membuatnya gelisah dan menggeliat melepaskan tangan Claude yang mengunci lengannya.
Claude menunggu, tahu Catalina mulai gelisah mendengar tangis Leon yang tiada henti.
"Sakit ... lepaskan aku!" Catalina melotot dan berteriak. Tapi Claude tidak peduli, Ia harus bertahan. Jepitan di lengan atas Catalina makin erat, membuat Catalina meringis.
"Katakan kau tidak akan bertindak macam-macam!" desisnya lagi.
Catalina memandang keluar pintu. Leon membutuhkannya, Leon pasti ingin tidur. Orang-orang asing itu pasti membuatnya gelisah. Catalina harus mengalah saat ini. Jika tidak Leon akan terus menangis.
"Baiklah. Sekarang lepaskan tanganmu."
Claude melepas jepitan tangannya di lengan atas Catalina. Namun segera memegang pergelangan tangan gadis itu dan mulai berjalan dengan menyeret Catalina di belakangnya.
"Aku bisa berjalan sendiri kau pria bodoh! Lepaskan tanganmu!"
Namun teriakan itu tidak digubris. Ia tetap saja di seret dengan langkah cepat menuju lantai dua.
Claude mendorong Catalina masuk ke dalam kamar Leonard.
"Aku membawa pengasuhnya!" ujarnya kasar. Catalina menggosok lengan dan pergelangan tangannya yang terasa sakit. Bayi Leonard yang melihat Catalina makin keras menangis, bayi itu menggapai-gapai ke arah Catalina dengan tangannya yang montok. Yoana segera mendekatkan Leon ke arah Catalina. Namun Catalalina segera mengangkat tangannya.
"Tunggu. Aku perlu mencuci tanganku dan membersihkan diriku. Gudang kalian sungguh kotor! Entah kuman apa yang telah kubawa kemari."
Yoana terpana dengan hinaan itu.Ia mengernyit dan berpikir jika pelayannya tidak bekerja dengan baik. Bukankah gudang juga harus mereka pelihara?
"Segera lakukan kalau begitu. Bayi itu menginginkanmu." Suara Vincent memecah keheningan.
"Dimana koperku?" Catalina memandang Vincent yang telah menculiknya. Ia menatap berani ke arah wajah Vincent yang mengerikan dengan bekas luka melintang itu. Namun dengan takjub Vincent menyadari gadis itu sama sekali tidak berkedip. Tidak seperti orang-orang yang pertama bertemu dan melihat wajahnya. Vincent tahu mereka bergidik juga merasa ngeri bahkan ada juga yang merasa kasihan. Tapi ekspresi gadis ini sungguh tidak dapat ia tebak. Seolah olah ia terbiasa melihat wajah mengerikan setiap harinya.
"Ikuti aku, dan lakukan dengan cepat! Leon sudah tidak bisa menunggu." Kali ini Claude yang bersuara.
Benar saja, jeritan Leon makin kencang ketika Catalina keluar menuju kamar tempat pertama ia disekap.
Catalina segera membersihkan dirinya lalu mengganti pakaiannya. Ia mengikat rambutnya menjadi ekor kuda di puncak kepala lalu segera keluar dari kamar. Ia terkejut melihat Claude masih berdiri di depan pintunya.
"Takut sekali kalau aku melarikan diri ya," ucap Catalina sinis. Claude tidak menanggapi. Hanya mengangkat tangan menunjuk ke arah kamar bayi. Ia sedikit terkejut melihat wajah bersih tanpa polesan apapun dan rambut di ikat ekor kuda. Catalina memakai celana selutut dengan kaos longgar yang nyaman. Gadis itu terlihat seperti remaja belasan tahun. Sebenarnya berapa umurnya ? Claude bertanya-tanya sambil mengiringi langkah Catalina menuju kamar bayi.
Ketika pintu kamar bayi terbuka Catalina segera mengulurkan tangan.
"My baby ... Mommy datang, Sayang." Catalina segera menggendong Leon. Menepuk nepuk pelan punggung bayi itu...
"Sttttttt ... kesayangan Mommy. Berhentilah menangis, Sayang." Catalina membujuk dengan suara lembut. Ia mengayun pelan dan mencium puncak kepala Leon.
Beberapa saat kemudian bayi itu hanya mengeluarkan suara sesenggukan. Catalina menyipitkan mata ke arah orang-orang di dalam kamar itu.
"Dia tidak akan bisa tidur jika kalian masih menontonnya disini!"
Vincent tersenyum geli. Ia menjadi orang pertama yang keluar meninggalkan kamar. Disusul dua orang baby sitter dan terakhir Yoana dan Claude. Setelah pintu tertutup rapat Catalina merubah posisi Leon sehingga ia bisa melihat wajah bayi itu.
"Ah ... kau mengantuk bukan," ujarnya tersenyum. Kembali ia mencium pipi bayi itu. Catalina lalu membaringkan Leon di box tempat tidurnya. Ia menurunkan pagar pengaman tempat tidur agar ia bisa memegang jari-jari bayi itu sambil duduk di lantai.
Leon menoleh ke arah wajah Catalina yang di menempel di pinggir kasur bayi. Mereka saling berpandangan dan Catalina tersenyum teduh. Jari-jari mungil Leon memegang erat jari Catalina di dalam genggamannya.
"Tidurlah, Sayang. Mommy mencintaimu." Lalu senandung lagu yang biasa ia nyanyikan ketika Leon akan tidur mulai mengalun.
Twinkle Twinkle little star
How I wonder what you are
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky,
.....................
Yoana dan Claude saling berpandangan di luar pintu kamar bayi. Mereka menunggu dan menguping apa yang Catalina lakukan di dalam kamar bayi. Merekapun mempunyai pikiran yang sama. Memikirkan rencana bagaimana caranya menahan gadis yang tengah bernyanyi untuk Leon di dalam sana tetap berada di mansion mereka bersama Baby Leon.
N E X T >>>
**********
From Author,
Jangan lupa Like, komentar, favorite, bintang 5 ataupun coin untuk vitamin penyemangat author ya pembaca semua.
Baca juga novel thor yang lain ya :
* Passion of my enemy
* Love Seduction
Follow author dengan klik profil thor kemudian klik "ikuti" ya....
Terimakasih my readers
Salam, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
lili
Catalina tegas tidak mudah ditindas suka karakternya
2024-02-20
0
yd🌹
Terharu
ikatan batin Catalina n baby Leon begitu erat, kasih sayang keduanya mengalahkan segalanya 🤗
2023-01-31
0
Annisa Rahma
aku kira catalina bakal berjodoh sama simon tapi pas intip2 dikit di pengantin simon ternyata bukan sama simon
2022-12-17
0