Catalina menyeruput cokelat hangat yang tadi dibuatnya. Sudah hampir satu minggu dan ia belum menemukan orang yang mau mengadopsi bayi Marilyn dari klinik dan juga dari teman-temannya yang bekerja sebagai sesama perawat di klinik bahkan di rumah sakit.
Sepertinya ia harus memikirkan cara lain untuk menyelamatkan nyawa bayi itu. Catalina bangkit dan masuk ke kamarnya, membuka lemari pakaian lalu menarik sebuah laci. Ia merogoh mencari sebuah buku yang ia simpan di dalam sana.
Setelah mendapatkan buku kecil rekening tabungannya, Catalina kembali melangkah ke ruang tamu kecil flat yang ia sewa sebagai tempat tinggal.
"Ah ... sepertinya aku harus menggunakanmu pada akhirnya," ucap Catalina lirih pada buku kecil yang ia buka. Ia memandangi saldo yang tertera di buku itu. Tabungannya selama bekerja di klinik dan sedikit uang warisan dari mendiang ibunya.
Ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit agar nanti cita-cita yang selalu ibunya impikan bisa terwujud. Sebuah mimpi dari almarhum ibunya yang ingin Catalina realisasikan dalam wujud nyata.
Catalina mematikan TV kecil di ruang tamu nya itu. Ia menarik napas panjang.
"Huffhhh ... Jika tidak ada cara lain, apa boleh buat. Sebuah nyawa lebih berharga untuk diselamatkan. Aku akan bekerja lebih keras lagi agar bisa mewujudkan mimpi kita, Mom." Catalina mendesah berat. Berharap keputusan yang diambilnya sudah tepat.
**********
Catalina melongo memandang Marilyn dari seberang meja. Marilyn mengajaknya bertemu, ibu hamil itu ingin membicarakan perihal rencana Catalina pada bayinya satu minggu yang lalu.
Mereka bertemu di sebuah cafe. Setelah memesan minum, Marilyn langsung menuju inti pertemuan mereka. Ia bertanya apakah Catalina sudah menemukan orang yang akan mengadopsi bayinya. Catalina berbohong dengan mengatakan bahwa ia sudah menemukan sepasang suami istri yang menginginkan bayi. Lalu Marilyn menyebutkan angka itu. Angka yang kemudian membuat Catalina melongo menatapnya.
"Oh ... jangan terkejut begitu, Catalina. Itu kompensasi yang cukup kecil!" Marilyn mengibaskan tangannya melihat Catalina menganga mendengar nominal yang ia sebutkan.
"Kau gila! Itu namanya pemerasan!" Dengan geram Catalina menyadari bahwa Marilyn menjadikan bayinya sebagai alat untuk mencari uang. Jika ia memenuhi permintaan itu, maka seluruh tabungannya akan habis.
"Katakan padaku ... apakah mereka kaya?" tanya Marilyn lagi.
"Tidak. Mereka tidak kaya!" Catalina menjawab pendek. Ia memutar otak, tidak ada sepasang suami istri yang akan mengadopsi seperti yang ia ceritakan pada kakaknya itu. Catalina hanya berbohong agar Marilyn tidak cerewet menginginkan ini dan itu jika ia tahu Catalina sendiri yang akan merawat bayinya.
Marilyn tampak mengerutkan kening, menimbang ucapan Catalina.
"Menurutku kau ambil saja kesempatan ini. Kau tidak perlu bekerja untuk beberapa bulan ke depan. Lalu akan ada gaji untukmu dan uang kompensasi. Tapi tidak sebesar yang kau inginkan! Suami istri ini hidup sederhana. Mereka hanya punya sedikit tabungan. Mereka sudah lama mendambakan seorang bayi."
Catalina mencoba mempengaruhi kakaknya.
"Tapi tentu saja ini terserah padamu. Kau ingin menghabiskan sisa uangmu untuk membuang bayimu lalu berhadapan dengan resiko kehilangan nyawamu sendiri dengan efek samping tindakannya nanti," ujar Catalina .
"Maksudmu?" Marilyn memandang adiknya heran.
"Maksudku, kau bisa saja kehilangan banyak darah ketika tindakan itu dilakukan. Lalu kau akan merasakan sakit luar biasa. Lebih dari sakit yang kau rasakan ketika kau melahirkan secara normal."
Catalina berusaha menakuti Marilyn agar ia menerima persyaratan yang sudah Catalina tentukan.
Marilyn nampak merenung dan agak pucat. Catalina merasa sedikit keterlaluan. Tapi ia perlu melakukannya.Tabungannya tidak mungkin dihabiskan untuk membayar Marilyn. Ia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan bayi itu jika nanti Marilyn setuju memberikannya.
"Mereka hanya sanggup membayarmu setengahnya, Marilyn. Itu sudah lumayan besar. Ambil atau tidak sama sekali. Terserah padamu." Catalina menunggu jawaban kakaknya. Pura-pura tidak terlalu peduli Marilyn akan menerima atau tidak. Padahal ia berharap kakaknya mengalah dan menerima jumlah yang ia sebutkan.
"Mereka akan memberikan uangnya sekaligus?" Marilyn tampak mulai tertarik. Catalina menggeleng.
"Tidak. Kau akan menerima gajimu dan biaya kebutuhan hidupmu setiap bulan. Mereka akan mentransfernya ke dalam rekeningmu." Catalina menjelaskan.
"Bagaimana dengan uang kompensasinya." Kali ini Catalina yakin kakaknya benar-benar tertarik dan akan menerima jumlah yang ia tawarkan.
"Jaga kandunganmu dengan baik dengan uang yang diberikan ke rekeningmu, Marilyn. Jika kau melahirkan nanti, maka uang kompensasinya akan kau terima setelah bayi itu kau serahkan."
Setelah terdiam cukup lama mendengar penjelasan Catalina, Marilyn kemudian mengangguk.
"Baiklah. Jadi kapan aku bertemu pasangan ini?"
Pertanyaan Marilyn dijawab dengan gelengan kepala oleh Catalina.
"Tidak ada pertemuan dengan mereka, Marilyn. Mereka tidak mau kau mengenal mereka. Kau hanya bisa menghubungi mereka lewat aku," ucap Catalina tegas.
Marilyn mengangkat kedua bahunya. "Baiklah. Terserah mereka kalau begitu. Kapan aku akan mulai menerima uangnya?" Marilyn menyeruput jus yang ia pesan sambil memandangi Catalina.
"Segera setelah kau mengirimkan nomor rekeningmu. Kirimkan padaku agar aku bisa memberikannya pada mereka," ujar Catalina. Merasa lega semuanya sesuai dengan rencananya.
"Baiklah, pembicaraan kita sudah selesai. Aku pergi dulu. Rekeningnya akan kukirimkan segera." Marilyn berdiri dan baru akan mulai melangkah ketika Catalina memanggilnya.
"Patuhi kesepakatan ini sesuai rencana, Marilyn! Atau uang kompensasi yang kau idam-idamkan itu akan melayang." Catalina mengancam sambil lalu. Melihat wanita itu mengangguk dan mengendikkan bahu.
"Aku tidak menginginkannya. Jika ada yang akan mengasuhnya maka aku akan memberikannya. Kau tenang saja, aku akan memberikan bayi ini setelah dilahirkan. Urus saja semuanya, termasuk tempat dimana aku akan bersalin, sehingga kau bisa langsung mengambil bayi ini dan memberikannya pada mereka." Suara Marilyn terdengar datar, tanpa kesedihan. Ia seperti akan menyerahkan sebuah benda bukan seorang bayi yang 9 bulan hidup di dalam rahimnya.
Catalina memandang kakaknya yang berlalu, perut yang mulai membesar yang menandakan kalau wanita itu sedang hamil seolah menjadi penyemangat bagi Catalina untuk mengikhlaskan uangnya yang akan hilang. Seorang bayi, nyawa keponakannya sendiri, dan bagi Catalina, itu adalah hal yang setimpal.
Ibunya akan mengerti di atas sana. Bahkan akan mendukung rencananya ini jika beliau masih hidup. Ibunya menghabiskan sisa hidupnya dengan mengasuh anak-anak panti yang memerlukan perhatian dan kasih sayang. Jadi menyelamatkan satu bayi yang tidak diinginkan sungguh akan mendapatkan dukungan dari beliau. Walaupun uang warisan yang Catalina dapatkan harus ikut terpakai.
Catalina meminum jusnya sampai habis. Memandangi jalanan di hadapannya dengan menerawang. Teringat keadaan panti tempat anak-anak yang sudah mulai berdesakan. Mereka perlu gedung baru, namun apa daya ....
Sepertinya mereka masih harus menunggu ... Catalina akan bekerja lebih keras lagi, mengumpulkan uang agar mimpi ibunya bisa ia wujudkan.
Mimpi ibunya untuk menyediakan rumah tinggal yang nyaman bagi anak-anak itu, fasilitas belajar dan makanan yang layak setiap hari. Gedung yang sekarang sudah tua dan sudah layak direnovasi. Mereka juga perlu tambahan gedung baru agar anak-anak nyaman dan tidak berdesakan.
Catalina sangat kagum dan bersyukur para suster di sana selalu bersabar dan melakukan semuanya dengan ikhlas. Membuatnya makin terpacu untuk memberikan uang yang mereka butuhkan untuk membangun panti itu agar menjadi lebih baik.
Catalina berdiri, meninggalkan cafe dan kembali ke flat tempat tinggalnya. Ia akan pergi bekerja satu jam lagi. Masih ada waktu sebelum ia berangkat , Ia bisa beristirahat dan menikmati segelas es jeruk dulu sebelum pergi bekerja.
N E X T >>>
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Ney Maniez
😔😠😠
2023-02-25
0
sakura🇵🇸
kapan ada novel baru ya🥲 rindu banget sama karyanya kak💜💜
2023-01-19
1
Rayyana
adiknya baik banget, kakaknya mungkin tuntutan hidup yg buat dia jadi matre ya,
2022-11-29
0