Catalina membereskan meja dan merapikan kartu-kartu pasien yang bertebaran di mejanya. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh dan mengangguk memberi salam.
"Kau sudah mau pulang?" Pertanyaan dokter Luigi menyapa telinga Catalina.
"Belum, Dok. Aku masih harus berbenah." Catalina menolak secara halus. Luigi sudah sering menawarinya pulang bersama atau ajakan pergi kencan. Tapi Catalina hanya menganggap dokter itu seorang teman sekaligus rekan kerja saja.
Catalina tahu, keluarga dokter Luigi telah menentukan masa depan apapun untuk dokter muda itu. Klinik kecil ini hanyalah batu loncatan, memberikan kebebasan sementara bagi Luigi sebelum kembali memegang tampuk kepemimpinan rumah sakit besar keluarga mereka.
Seorang calon pewaris keluarga kaya dengan masa depan yang amat cerah. Ia tidak mau menyulitkan dirinya sendiri dengan bersedia menjadi pacar Luigi kemudian menjadi target yang harus dibereskan oleh keluarga kaya itu karena berani bersanding dengan putra mereka. Oh, tidak. Catalina tidak sebodoh itu. Lagipula ia tidak punya perasaan apapun pada dokter itu.
"Perempuan hamil tadi ...yang kau bawa untuk periksa, apakah dia keluargamu?" Pertanyaan tiba-tiba itu dilontarkan Luigi dengan muka penasaran.
Catalina menarik napas panjang. Ia tidak berharap Luigi akan bertanya, tapi Marilyn memang terlalu banyak mengoceh di dalam sana tadi.
Catalina mengajak kakaknya memeriksakan kandungan, ia datang dengan iming-iming akan diberikan tambahan uang jika ia memeriksakan diri dan bayinya.
Dokter Luigi yang memeriksanya kemudian menyadari kemiripan yang ada diantara dua kakak beradik itu. Namun yang membuat Luigi penasaran adalah kata-kata Marilyn yang mengatakan dirinya single, tidak bersuami dan hanya mengandung bayinya untuk sepasang suami istri yang tidak mempunyai anak.
Catalina terlihat sangat tidak nyaman sepanjang pemeriksaan kakaknya itu. Marilyn seperti akan meneteskan air liur ketika masuk dan melihat dokter tampan itu tersenyum ramah ke arahnya.
"Kenapa tidak menjawab? Apakah hubunganmu dengannya rahasia?" Luigi kembali menatap mata Catalina. Dokter ini tidak akan berhenti sebelum Catalina menjawabnya.
"Ya, Dok. Dia adalah kakakku." Jawaban pendek Catalina memberitahu Luigi bahwa ia tidak mau membahas kakaknya. Luigi mengendikkan bahunya.
"Ada kemiripan antara kalian. Karenanya aku bisa menebak kalian bersaudara."
Catalina mengangguk mendengar ucapan Luigi. Ia menyusun seluruh kartu dengan lambat, berharap dokter itu pulang dan meninggalkannya. Catalina tidak mau ia dilaporkan mengobrol lama dengan dokter itu seperti yang terjadi pada Cecilia. Gadis itu dibawa ke hadapan Tuan Besar Stefano dan di interogasi mengenai hubungannya dengan Luigi.
Padahal saat itu Cecilia hanya mengobrol biasa dan sedikit bercanda sambil tertawa. Namun di kejauhan pasangan itu nampak seperti sepasang kekasih yang tengah saling menggoda.
"Apakah kau sudah memikirkan penawaranku?" kembali pertanyaan tiba-tiba itu menghampiri telinga Catalina. Ia berbalik dan bertatapan dengan laki-laki itu. Memberikan jawabannya yang memang belum bisa memberikan kepastian.
"Aku sebenarnya sangat berminat, Dok. Tapi ada beberapa alasan yang membuatku tidak bisa meninggalkan tempat ini."
"Katakan alasannya." Luigi memandang dan menunggu, namun tidak ada jawaban. Laki-laki itu menarik napas panjang.
"Ini bagus untuk perkembanganmu, Catalina. Kau gesit, pintar dan mampu bekerja bersama tim. Rumah sakit kami akan sangat gembira menerima kau bergabung. Kau akan menerima gaji dan penghasilan lainnya berkali lipat daripada kau menetap di klinik kecil ini."
"Aku akan mempertimbangkannya lagi, Dok ...." Catalina berkata serius. Ingin sekali ia mengiyakan lalu pindah bekerja di rumah sakit besar milik keluarga Luigi, Ia ingin menambah pengalamannya. Namun panti kekurangan orang untuk menjaga anak-anak dan sekarang ada masalah Marilyn yang harus ia urus.
"Itu bagus. Aku hanya beberapa bulan lagi di sini. Seterusnya aku akan pindah dan menetap di Eliza Hospital. Kuharap kau memberiku jawaban sebelum itu." Luigi berlalu meninggalkan Catalina yang termangu.
Beberapa bulan lagi Marilyn akan melahirkan. Ia akan disibukkan dengan kehadiran seorang bayi, jadi tidak mungkin ia menerima penawaran itu. Padahal ia ingin sekali mencobanya.
**********
Yoana Bernard berjalan masuk tanpa mengetuk dan tanpa pemberitahuan. Dua laki-laki yang tengah bicara serius di ruangan itu menegakkan kepala dan menoleh. Yoana mengibaskan rambut hitamnya yang mengkilat dan berjalan ke arah kursi besar adiknya yang terlihat kosong.
Ia duduk dan memandang ke arah sofa dimana adiknya Claude Bernard dan patung batu tangan kanannya yang bernama Vincent tengah bicara.
Claude yang melihat saudarinya masuk dan duduk di kursinya tidak berkomentar. Ia kembali berkonsentrasi pada lembaran di depannya. Vincent yang duduk di hadapan Claude mengangkat dagunya dan melihat nona besar keluarga Bernard itu melihat ke arah punggung adiknya yang kembali menekuni pekerjaan.
Merasa di pandangi seseorang, Yoana melirik ke arah Vincent. Keduanya saling menatap tajam. Wanita cantik itu menatap sinis ke arah Vincent.
Claude merasakan aura perselisihan itu. Kakak perempuannya itu tidak pernah menyukai Vincent karena menolak ajakannya untuk menikah.
"Bawalah ini." Claude menutup berkas di hadapannya dan memberikannya pada Vincent yang segera mengangguk dan pamit keluar.
Mata Yoana tidak pernah pergi meninggalkan laki-laki itu. Membuat Vincent sangat risih dan ingin cepat-cepat pergi dari sana. Claude merasa kasihan melihat tangan kanannya itu.
"Berhenti memandang sinis ke arahnya, Yoan. Kau membuatnya risih."
Ucapan Claude membuat Yoana mendengus. Saudarinya itu menatapnya cemberut.
"Laki-laki itu sungguh membuatku jengkel," ucap Yoana kesal. Claude terkekeh geli.
"Kurasa kau kesal karena ia pernah menolakmu."
Wajah Yoana makin terlihat kesal mendengar kata-kata adiknya.
"Lagipula kau sudah hampir 32 tahun ,Yoan. Kenapa kau tidak cari pria tampan yang mau menikahimu!" Claude menerima lemparan kotak tisu yang hampir mengenai wajahnya.
"Kau juga sudah 30 tahun, Bodoh! Kenapa kau tidak memikirkan berkeluarga dan membuat pewaris untuk keluarga kita." Yoana memandang sinis adiknya yang masih terkekeh geli.
"Ah, kenapa harus aku yang menikah? Masih ada kau dan Simon," ujar Claude mengelak.
Mendengar nama Simon membuat Yoana teringat akan maksudnya datang ke kantor adiknya.
"Sudah 3 bulan sejak kau menghukumnya, Claude. Apakah kau tidak akan memanggilnya kembali?" tanya Yoana pelan.
Claude menarik napas panjang mengingat adik mereka Simon. Laki-laki 24 tahun yang selalu menimbulkan masalah bagi Claude dan Yoana. Hidupnya selalu diisi dengan bersenang-senang.
"Kudengar dia belajar banyak di pulau itu, Yoan. Hamilton akan terus mengawasinya dan melaporkan pada kita. Kita terlalu memanjakannya selama ini ... sudah saatnya ia belajar untuk membantuku memegang perusahaan."
"Kau benar. Kurasa sedikit menyenangkan mendapatkan libur dari mengurus masalah yang selalu ia buat."
"Masalah terakhir membuatku mulai berpikir untuk membuatnya belajar bertanggung jawab mengurus perusahaan."
Yoana mengangguk, mengingat dengan jelas saat wanita berambut kecoklatan itu datang dan mengatakan Simon yang menyuruhnya datang untuk membicarakan pernikahan. Yoan merasa sangat jijik! Wanita rakus yang bermimpi menikahi adiknya yang masih belum dewasa itu, mungkin wanita itu berpikir bisa menipu keluarga Simon seperti ia menipu adiknya yang bodoh itu.
"Syukurlah dia ketakutan dan lari menghilang tanpa perlu kita untuk bersusah payah ... wanita jalanng yang rakus!" Yoana berdecih marah.
Claude mengangguk. Ia pun mengingat jelas ketika wanita itu memucat ketika ia turun dari lantai dua dan memandanginya dengan kejam. Tidak perlu banyak kata untuk mengusirnya. Wanita itu langsung pergi dan tidak pernah muncul lagi.
N E X T >>>
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲😲
2023-02-26
0
Evitariani
direkomendasiin temen, katanya bacaan seru nih embrace love..
eh ternyata bener
2022-11-10
0
Erna Marsaid
claude dibaca gimana ya, aku jd inget nama perempuan claudia
2022-04-16
1