Di dalam ruangan Antoni, Jonathan sedang duduk di sofa. Ia menyandarkan kepalanya sembari memejamkan mata. Pikirannya terus tertuju pada istrinya.
"Kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini," tanya Antoni menghampiri sahabatnya. Ia mengambil tempat disamping Jonathan.
"Entahlah," hanya itu yang dapat Jonathan katakan.
"Apa ini mengenai istrimu?" tanya Antoni. Ia memegang bahu sahabatnya itu.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak punya pengalaman dalam bercinta. Kalian tahu sendiri, dia wanita pertama yang membuatku jatuh cinta hingga aku membelinya. Selain itu, aku juga punya alasan yang lain yang kalian tidak tahu dan tidak bisa aku beritahu" jelas Jonathan.
"Apa dia menolakmu?" Antoni kembali bertanya lagi.
"Bisa dibilang seperti itu," balas Jonathan kemudian tersenyum. "Aku seperti orang yang mengemis cinta. Hahahaha," tawa Jonathan, entah apa yang membuatnya tertawa.
"Kamu harus membuatnya menyukaimu, hanya itu yang harus kamu lakukan. Jangan pernah berniat untuk melepasnya, jika mantan kekasihnya adalah yang terbaik maka tidak mungkin ia meninggalkan Elina" jelas Antoni. Ia hanya berusaha untuk memberi saran pada sahabatnya, agar Jonathan tidak salah mengambil keputusan.
"Kembalilah keruangannya, dia butuh kamu," ujar Antoni sambil menepuk bahu Jonathan. Jonathan berdiri, melangkah keluar menuju ruang perawatan Elina. Di dalam kamar Elina berbaring seorang diri.
"Jonathan," panggil Elina.
"Apa kepalamu masih terasa sakit?" tanya Jonathan tersenyum, senyum yang sengaja ia ciptakan.
"Aku haus," kata Elina. Tanpa menjawab, Jonathan langsung mengambilkan segelas air untuk Elina. "Minumlah," ujarnya.
"Apa yang terjadi padamu, kenapa kamu seperti orang yang sedang putus cinta!" ledek Elina saat melihat perubahan raut wajah Jonathan. Senyum yang tadinya terukir kembali menghilang entah ke mana.
"Aku memang lagi putus cinta," balas Jonathan tanpa menatap istrinya.
Elina yang mendengar itu sedikit merasa kecewa, "apa aku tidak penting baginya! Kenapa dia harus memiliki kekasih lagi," batin Elina.
"Siapa yang membuat suamiku cemberut seperti ini!!" Elina memegang kedua pipi suaminya. "Katakan padaku agar aku memberinya pelajaran"
Jonathan merasa seperti anak kecil saat tangan Elina memegang kedua pipinya. "Hahahaha, jangan memperlakukan ku seperti anak kecil" ujar Jonathan yang disertai tawa.
"Aku akan berusaha untuk membuatmu jatuh cinta padaku," batin Jonathan sambil menatap Elina yang tersenyum padanya.
"Katakan padaku, siapa yang membuatmu sedih! Aku ingin memberinya pelajaran" kata Elina sambil memasang raut wajah sangar.
"Jika aku menjawab orang itu adalah kamu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Jonathan.
Elina yang tadinya hanya berpura-pura marah kembali melepaskan tangannya. "Maka aku akan memberimu pelukan," jawabnya dengan senyum. Ia menganggap apa yang dikatakan Jonathan tadi adalah sebuah gurauan.
"Peluklah aku," pinta Jonathan menatap sayu istrinya.
Elina menatap suaminya, rasa sayang seakan hadir. Entah mengapa, ia begitu nyaman dan bahagia saat Jonathan bersikap manja padanya. "Inikah sifat asli Prof Stevin" ledek Elina sambil memeluk suaminya.
Suara pintu membuat Jonathan terlihat salah tingkah. Di depan pintu, ada Prof Alnero dan Melisa yang tengah berdiri.
"Apa kami datang di waktu yang kurang tepat?" tanya Prof Alnero sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Masuk saja, Prof" ujar Elina mempersilahkan Prof Alnero dan Melisa untuk masuk.
Melisa mengikuti langkah kaki Prof Alnero, keduanya pun duduk di sofa. "Sejak kapan kalian akbrab?" tanya Jonathan menyelidik. "Dan kamu Melisa, kenapa matamu bengkak?" tanya Jonathan.
"Ah, ini... karena aku menangis," jawabnya cemberut. "Aku merindukan Elina, itu sebabnya aku menangis di Kampus, rasanya sunyi kalau tidak ada dia" lanjutnya, masih dengan ekspresi yang sama.
"Apa kamu yakin!" tanya Jonathan memastikan.
"Nero, aku perhatikan caramu berjalan seperti aneh. Kenapa dengan kakimu?" Jonathan kembali melempar pertanyaan pada rekan Dosen sekaligus sepupunya.
"Aku tidak sengaja menendang meja di ruanganku jadinya seperti ini," jawabnya dengan santai. Tapi Jonathan bukanlah orang yang mudah dibohongi.
"Semoga saja begitu," kata Jonathan.
"Pikiran Prof terlalu jauh!" ketus Melisa.
"Kenapa kamu yang kesal," ledek Jonathan. "Atau jangan-jangan..." Jonathan menutup kedua mulutnya, menggunakan telapak tangannya.
"Apa kalian berdua bertengkar?" Elina melanjutkan kalimat suaminya.
"Jangan sembarangan bicara!!" Melisa semakin kesal.
"Hahahahah," Jonathan tertawa terbahak bahak saat melihat Ekspresi Melisa.
"Nero, jangan lama-lama" ujar Jonathan tersenyum pada Prof Alnero.
"Kalian bicara apa!!" ketus Melisa kesal. Sedangkan Alnero hanya tersenyum canggung.
Jonathan berpindah tempat duduk, ia duduk disamping Alnero. Sedang Melisa duduk di samping tempat tidur Elina.
"Elin, cepat sembuh... aku bosan sendirian di Kampus tanpa kamu," rengek Melisa.
"Lihatlah, setiap kali kamu meninggalkan aku, hidupku selalu berantakan" ucap Melisa. Ia telihat lesuh.
"Nanti malam aku sudah pulang, kamu bisa datang di rumah untuk bermalam" ujar Elina dengan senyum sambil mencubit hidung Melisa.
"Aku bukan anak kecil lagi tahu!!" ketus Melisa saat Elina mencubit hidungnya.
"Itu bagi kamu. Tapi bagi aku, kamu adalah anak kecil" ledek Elina dengan senyum. Senyum yang memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapih.
Jonathan dan Alnero hanya bisa tersenyum menyaksikan dua wanita dewasa namun terlihat seperti anak kecil.
"Apa Prof memberimu tugas lebih banyak lagi?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Elina. Elina lupa jika di dalam ruangannya ada Prof Alnero. Alnero tersenyum mendengar pertanyaan Elina.
"Jangan menyingung, Elina." Prof Alnero membuka suara.
"Ya ampun, aku lupa..." Elina tersenyum malu melihat Prof Alnero yang terseyum kepadanya.
"Hahahahah," tawa Melisa pecah saat melihat raut wajah Elina. "Makanya!" ledek Melisa.
"Prof, maafkan aku! Jangan permainkan nilaiku." Elina memohon menatap Alnero. Tak lupa ia memasang ekspresi raut wajah sedih.
"Cepat sembuh, karena tugas-tugas sedang menantimu" ujar Prof Alnero.
"Hahahahaha..." tawa Melisa bersamaan dengan Jonathan.
"Apa kalian berdua sengaja ingin membuatku marah!" Elina menatap tajam Melisa dan juga Jonathan.
Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, Melisa pamit untuk pulang begitupun dengan Alnero. Di basement, Melisa menatap Prof Alnero yang berjalan sedikit pincang. "Prof, apa kaki Prof masih sakit?" tanya Melisa.
"Kamu sudah lihat tapi masih mau bertanya!!" ketus Alnero.
"Kambuh lagi sifat kasarnya!!" batin Melisa dengan geram. "Ya sudah. Nanti aku antar Prof pulang," ujar Melisa kemudian masuk ke dalam mobil. Begitupun dengan Prof Alnero. Mobil meleset pergi meninggalkan area Rumah sakit. Hening, itulah suasana dalam mobil.
"Prof, alamat tempat tinggal Prof di mana?" tanya Melisa.
"One57 Winter Garden Penthouse,"
Hampir 20 menit perjalanan, mereka pun sampai di Apartemen Prof Alnero. Melisa turun dari mobil lalu menyerahkan kunci mobil untuk profesornya. Namun, Prof Alnero tidak mengambilnya.
"Kamu pakai mobil itu dan ingat! Besok jam 9:00 kamu sudah harus ada di sini," ujar Prof Alnero kemudian pergi meninggalkan Melisa yang berdiri mematung karena shok dengan tugas barunya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Arik Kristinawati
mntap moga2 orof nazir dg melisa...😍😍
2020-10-25
1
Nia
nazir malu2..
2020-10-16
1
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Next, thor, aku mampir lagi
2020-10-12
1