Hallo readers dan author, jumpa lagi dengan karya baru aku diepisode 12. Semoga kalian suka hasil imajinasiku di part ini 😊 Jangan lupa tap jempolnya, vote, up serta fav. Kalian pasti penasaran kan, bagaiman sosok Jonathan.
Happy Reading
-----------
“Tapi sampai kapan kamu akan seperti ini. Dia berhak tahu" ujar Antoni.
“Entahlah, aku tidak tahu sampai kapan.” Stevin tersenyum sambil memainkan pulpennya.
“Jujurlah padanya, Natan. Dia berhak tahu,” ujar Antoni. Ia ingin sahabatnya itu jujur pada istrinya.
“Biarkan semuanya berjalan dengan semestinya, aku malas memikirkan itu. Aku rasa dia tidak keberatan dengan apa yang sudah aku atur.” Stevin masih bersikukuh dengan pendiriannya.
“Apa tujuanmu ke sini?” tanya Stevin mengalihkan topik pembicaraan. Ia belum siap untuk jujur pada Elina. Bahwa Stevin dan Jonathan adalah orang yang sama. Nama Asli Stevin yaitu Stevin Jonathan Javelis. Nama depan itu tidak diketahui oleh Elina. Dan nama Jonathan tidak diketahui oleh semua mahasiswa.
“Aku ada urusan didekat sini, itu sebabnya aku mampir" balas Antoni.
"Oh ya Antoni. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku harus ke Perusahaan sekarang, ada meetting dengan klien,” kata Stevin.
“Ayo, aku juga mau ke tempat yang aku ceritakan tadi” kata Antoni.
Stevin dan Antoni berjalan ke luar menuju tempat parkir. Keduanya masuk ke dalam mobil masing-masing. Mobil perlahan bergerak meninggalkan area Kampus.
Di tempat lain, Elina dan Melisa sedang menerima materi dari Profesor Nakules. Prof yang diberi julukan Prof penolong. Prof Nekules sangat baik dan jarang memberi tugas pada Mahasiswanya.
Waktu menunjukan pukul satu siang. Saatnya Elina dan Melisa pulang. Saat hendak menyebrang, tiba-tiba terdengar ponsel Elina berdering. Elina menautkan keningnya saat melihat nomor baru.
"Halo, kamu di mana?" tanya Stevin saat Elina mengangkat panggilannya.
"Aku di Kampus dan mau pulang sekarang," jawab Elina.
"Tunggu di gerbang, Jonathan sudah meminta supir untuk menjemputmu dan juga Melisa" ujar Stevin.
"Apa kamu," ucapan Elina terhenti saat Stevin memutuskan panggilannya.
"Ahkkkk, dia menyebalkan!!" gerutu Elina sambil memaju mundurkan kakinya. Ia tidak suka dengan sikap Stevin yang memutuskan panggilan secara sepihak.
"Kamu kenapa?" tanya Elina dengan bingung.
"Kita tunggu di sini, sebentar lagi supir akan datang menjemput kita" kata Elina dengan kesal.
"Jonathan perhatian sekali" ucap Melisa tersenyum manis. Selang beberapa menit, terlihat mobil mewah berhenti tepat di samping Elina dan Melisa. Seorang supir turun lalu membukakan pintu mobil untuk Elina dan juga untuk Melisa.
"Silahkan masuk, Non" kata supir pribadi Jonathan.
Elina dan Melisa pun masuk. Mobil meleset pergi meninggalkan area Kampus. Di dalam mobil, Elina asik memainkan ponselnya begitupun dengan Melisa.
"Permisi Non Melisa, alamat Non Melisa di mana?" tanya supir yang kini sedang mengendarai mobil.
"Penthouse At The Pierre," ujar Melisa.
Hampir 15 menit perjalanan, mereka pun sampai di Apartemen mewah milik Melisa.
"Terimakasih," kata Melisa tersenyum pada supir. Melisa terlihat sangat ramah membuat supir membalas senyumnya.
"Elina, hati-hati ya. Kabarin aku kalau kamu sudah sampai!" ujar Melisa sambil melambaikan tangannya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Elina terlihat begitu serius dengan bukunya. Sesekali ia menatap ponselnya menunggu balasan pesan dari Jonathan.
"Pak, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Elina menatap supir dari kaca spion.
"Silahkan, Nyoya" ujar Pak supir.
"Apa Jonathan baik pada kalian?" tanya Elina penasaran.
"Tuan Jonathan sangat baik. Tuan memperlakukan kami layaknya sauradara," jawab Pak supir seadanya.
"Jadi dia sangat ramah," gumam Elina.
"Jangan takut, Nyona. Tuan Jonathan bukan pria yang menakutkan, Nyona adalah wanita satu-satunya dalam hidup Tuan Jonathan," ujar Pak supir lagi.
Elina sampai di rumah setelah 10 menit diperjalanan. Supir membukakan pintu mobil untuk majikannya. Elina pun turun lalu masuk ke dalam rumah. Semua pelayan tersenyum padanya, Elina membalasnya dengan senyuman lalu masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba Elina keluar menanyakan keberadaan Prof Stevin. "Apa Stevin sudah pulang?" tanya Elina.
Semua pelayan saling tatap, mereka sudah diberitahu oleh Jonathan untuk menyimpan rahasianya. Jonathan memiliki alasan kenapa dia menyembunyikan identitasnya. Dan Jonathan memiliki alasan kenapa ia mengajar di Kampus tempat Elina menempuh Perguruan Tinggi.
"Tuan muda belum kembali Nyonya, biasanya malam baru Tuan muda pulang" jelas seorang pelayan parubaya yang kulitnya sudah mulai keriput.
"Oke baiklah. Aku ke kamar dulu," ujar Elina lalu masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, Elina memegang perutnya yang keroncongan.
Elina pun memberanikan diri untuk turun ke lantai satu. Ia menghampiri pelayan di dapur.
"Bi, aku lapar" rengek Elina.
Bi Nazle tersenyum. "Nyonya tunggu di meja makan, nanti saya buatkan makanan yang lezat" kata Bi Nazle.
Elina mengangguk lalu duduk di kursi. Tak membutuhkan waktu lama, beberapa menu makanan disajikan di atas meja. Elina menelan salivanya saat melihat makanan kesukaannya.
"Silahkan di makan Nyonya" ujar Bi Nazle.
"Ayo kita makan bersama," Elina tersenyum pada semua pelayan yanga ada di dapur.
"Maaf, Nyonya, kami tidak berani" kata salah satu seorang pelayan dengan suara lembutnya.
"Apa kalian takut pada Jonathan?" tanya Elina.
"Ti... tidak Nyonya," balas Bi Nazle gugup.
Elina mengambil ponselny mencoba mengirim pesan pada Jonathan.
"Aku minta izin untuk mengajak semua pelayan makan bersama di meja makan,"
"Silahkan. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan,"
"Kalimat ini sama persis dengan kalimat yang diucapkan Prof Stevin waktu itu," batin Elina.
"Bi, aku sudah menghubungi Jonathan dan dia memberi izin," Elina tersenyum ramah. "Ayo kita makan bersama," ajak Elina.
kelima pelayan saling tatap, mereka pun duduk di meja makan bersama dengan Elina. Setelah selesai makan, Elina mengajak semua pelayan untuk menemaninya di ruang tamu. Terdengar tawa menggelegar di ruang tamu, Elina begitu cepat beradaptasi dengan semua orang yang ada di dalam rumah Javelis.
Di Perusahaan, tepatnya di dalam ruangan sang CEO, Stevin Jonathan Javelis tersenyum menyaksikan apa yang istrinya lakukan di rumah. Stevin Jonathan memasang CCTV di setiap sudut rumahnya yang terhubung dengan ponselnya. Sehingga mempermudah dirinya memantau apa yang istrinya lakukan di rumah.
"Dia membuat semua orang dalam rumah menyukainya" gumam Jonathan.
Ceklek...
"Halo Kak Natan!!" sapa Niza antusias. Masuk tanpa mengetuk pintu.
"Maaf, aku sudah melarangnya tapi dia bersihkeras" ujar Asisten Jonathan.
"Tidak apa-apa. Sekarang kamu kembali bekerja" balas Jonathan lalu menatap Niza.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jonathan tanpa menatap Niza.
"Bertemu Kak Natan," Niza membalasnya dengan santai.
"Aku lagi sibuk!" balas Jonathan dengan dingin.
"Ayolah Kak, temani Niza ke Mall. Jika Kakak tidak temani Niza maka Niza akan memberitahu publik siapa Jonathan sebenarnya," Niza mengancam Jonathan.
"Silahkan saja," kata Jonathan santai.
Niza merasa kesal diabaikan oleh Jonathan, ia memilih pergi meninggalkan Jonathan di dalam ruangannya. "Aku bingung sama Ibu, di mana letak keistimewaan Niza. Kenapa Ibu begitu antusias menjodohkan aku dengan Niza," gumam Jonathan mengusap wajahnya dengan kasar.
-----------
Malam hari
Elina mengerjakan tugas-tugasnya di kamar, tugas yang diberikan oleh Prof Nasir. Rasanya, seluruh tubuhnya seakan remuk, berulang kali ia menguap namun tugasnya belum juga selesai dikerjakan.
"Tinggal dua nomor lagi, aku harus menyelesaikannya sebelum Jonathan pulang," gumam Elina. Ia kembali menyelesaikan tugas yang tinggal dua nomor. Tak membutuhkan waktu lama, Elina pun selesai mengerjakan 100 soal yang berikan Prof Nasir.
Gelap, tiba-tiba lampu dalam kamar mati. Menandakan Jonathan akan masuk ke dalam kamar. Elina tersenyum, ia berniat mengagetkan suaminya.
"Bah..." Elina mengagetkan suaminya. Namun tidak ada respon dari Jonathan.
.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
mampir di sini juga
😄
2020-10-25
1
Nia
wuhuuu...
2020-10-10
1
ig : skavivi_selfish
3 like
2020-10-09
1