Jangan lupa tap 👍👍
Bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Serta Vote dan ❤❤
Happy reading
------------
Angin bertiup riuh, rasa dingin menusuk, menembus tubuh yang serasa panas karena alkohol. Muntahan Elina memecah keheningan malam. Stevin merasa kasihan melihat Elina yang kini berantakan.
"Uwwuak..." Elina muntah di dalam mobil Stevin. Melisa yang menyaksikan itu membuatnya takut. Ia takut Stevin akan marah.
Stevin menambah laju kecepatan mobil menuju Apartemen Melisa. Hampir 15 menit perjalanan, mereka pun sampai. Melisa turun dari mobil, saat ia hendak menuntun Elina untuk turun, Stevin mencegahnya.
"Kamu masuk saja, biar aku yang mengurus Elina" ujar Stevin pada Melisa.
"T-- tapi," ucapan Melisa terpotong.
"Tidak ada tapi-tapian. Aku yang akan menjelaskannya pada Jonathan," sambung Stevin.
"Baiklah, Prof." Melisa berjalan masuk ke dalam gedung Apartemen.
Kendraan roda empat milik Stevin perlahan bergerak meninggalkan Apartemen menuju jalan raya. Stevin tersenyum melihat Elina yang seperti anak kucing. "Kamu cantik, tapi bawel. Baik tapi suka ceroboh," gumam Stevin.
"Jonathan," Elina menyigau.
Stevin tersenyum saat mendengar Elina menyebut nama Jonathan. "Kamu belum melihatnya tapi sudah merindukannya," ujar Stevin dengan senyum.
"Jonathan, aku pastikan kamu akan memohon maaf padaku!!" ujar Elina saat membuka mata, ia masih merasa pusing.
"Uwwuakk..." Elina kembali muntah.
"Wanita macam apa kamu ini!" ujar Stevin dengan geram. Stevin memakirkan mobil di depan rumahnya yang sangat mewah bak istana. Ia turun dari mobil menuju pintu mobil sebelahnya. Tanpa izin, Stevin mengangkat tubub Elina membawanya masuk ke dalam rumah.
"Apa itu calon istri Tuan Jonathan" gumam seorang pelayan saat melihat Stevin menggendong Elina membawanya masuk ke dalam kamar.
"Mungkin saja," ujar pelayan yang lain.
"Cepat bantu aku untuk mengganti pakaiannya" pintah Stevin.
"Iya Tuan muda," balas seorang pelayan.
Stevin menarik nafas, menghembuskannya dengan kasar. "Dia sangat berat!" umpat Stevin.
"Bik, tolong ganti bajunya" pintah Stevin kemudian keluar dan duduk di ruang kerjanya. Waktu menunjukan pukul 1 malam, Stevin beranjak dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam kamar untuk beristrahat.
"Selamat tidur" kata Stevin mengelus rambut Elina. "Kamu hanya akan menjadi milik Jonathan seorang" batin Stevin, kemudian ke luar dari kamar Elina.
Pagi hari
Kediaman Jonathan Javelis.
Elina mengerjap, merenggangkan tangannya kebelakang. Ia melihat disekeliling, dan betapa terkejutnya Elina saat melihat kamar yang kini ia tempati. "Aku di mana?" gumam Elina. "Dan pakaianku? Kenapa aku bisa memakai baju ini, ini bukan bajuku." Elina terlihat panik.
Kreeek... suara pintu terbuka.
"Nona, silahkan mandi dan bersiap-siaplah untuk ke Kampus. Pakaian anda ada di dalam lemari" kata seorang pelayan wanita.
"Permisi, apa aku boleh bertanya?" tanya Elina. Berharap pelayan tersebut mengangguk.
"Apa yang ingin Nona tanyakan?" pelayan itu balik bertanya.
"Aku di mana sekarang dan ini rumah siapa?" tanya Elina hati-hati.
"Nona berada di rumah milik keluarga Jonathan," jawab Rania, pelayan yang sedari tadi berbicara dengan Elina.
"Apa!!" Elina terlihat nampak terkejut, ia belum siap bertemu dengan tua bangka yang bakalan menjadi suaminya.
"Jonathan kan masih di Luar Negri," batin Elina.
"Saya permisi dulu, Nona" pamit Rania.
Elina bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, hampir 10 menit berada di dalam kamar mandi Elina pun keluar dengan handuk yang kini dililit ditubuhnya. "Ini pastih ulah Prof Stevin!!" umpat Elina dengan geram.
Elina membuka lemari, memilih baju di dalamnya untuk ia kenakan ke Kampus. Tak membutuhkan waktu lama, ia pun selesai dengan aktivitasnya di kamar. Elina berjalan ke luar menuruni anak tangga.
"Nona, sarapan dulu" kata seorang pelayan wanita saat melihat Elina hendak keluar rumah.
"Tidak perlu repot-repot, Bi. Aku bisa sarapan di Kampus," balas Elina dengan ramah.
"Kamu mau duduk makan atau aku laporkan kelakuanmu semalam pada Jonathan!!" Stevin mengancam Elina.
"Jangan Prof," ujar Elina memohon.
"Cepat duduk dan makanlah," kata Stevin sambil duduk di kursinya.
"Dasar manusia yang suka mengancam!!" gerutu Elina dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Stevin.
"Apa katamu?" tanya Stevin membulatkan mata.
"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa" kata Elina tersenyum canggung.
"Kamu mau ke sini untuk sarapan atau aku yang ke situ menyeretmu ke sini?" tanya Stevin dengan geram.
"Baiklah, Prof." Elina melangkahkan kakinya menuju meja makan yang ukurannya sangat besar. Semua pelayan yang menyaksikan pertengkaran keduanya dibuat menggeleng disertai senyum.
Di meja makan, hanya bunyi sendok yang terdengar. Elina melirik Stevin yang makan dengan lahap. "Jangan lama-lama melirk, jatuh cinta baru tahu rasa!!" ujar Stevin saat ia sudah selesai dengan sarapannya.
"Bukan tipe priaku," kata Elina dengan santai.
Stevin tersenyum sinis saat mendengarnya, "Apa pria buncit tipe priamu" ledek Stevin.
"Bukan urusan, Prof!" ketus Elina kemudian ke luar untuk mencari Taxi.
Stevin mengikuti langkah kaki Elina, ia membiarkan Elina jalan kaki. Stevin masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesin mobilnya. Mobil Lamborghini warna hitam perlahan bergerak menjauh dari pekarangan rumah. Stevin melewati Elina, menatap Elina dari kaca spion mobil.
"Ayo naik," ujar Stevin.
"Tidak perlu Prof, ini sudah dekat dengan jalan raya." Elina merasa sikapnya terlalu kasar, itu sebabnya ia mulai bersikap baik.
"Kamu mau naik atau," ucapan Stevin terpotong.
"Aku naik," sambung Elina tersenyum.
Sikap keduanya tidak bisa dimengerti, kadang mereka akur kadang mereka bertengkar. Elina tidak menyangkah sikap Prof Stevin akan seaneh itu. Saat mereka di Jerman Stevin begitu terlihat baik namun saat mereka di New York, sikap Stevin kembali seperti semula. Bahkan kata maaf yang pernah Stevin ucapkan saat Elina menabraknya menghilang entah kemana.
"Kenapa Prof Stevin sangat menjengkelkan!" batin Elina. "Aku suka sikapnya saat dia belum memberitahu hubungannya dengan Jonathan,"
"Jangan suka melamun! Jonathan tidak suka wanita yang suka melamun," Stevin membuyarkan lamunan Elina.
"Benarkah," kata Elina tak percaya. "Ada ya pria tua seperti itu" ujarnya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Jonathan tentang kelakuanmu semalam." Stevin mencoba untuk kembali bersikap baik.
"Aku tidak akan melarang Prof untuk melapor pada Jonathan, aku siap menerima konsekuensinya" kata Elina.
"Apa kamu yakin?" tanya Stevin memastikan.
"Aku belum pernah melihatnya, bahkan mendengar suaranya pun belum pernah. Bagaimana pun rupanya, dia tetaplah pria baik menurutku" ujar Elina menatap ke depan.
"Prof, turunkan aku dipersimpangan jalan. Aku tidak mau orang-orang berpikiran jelek tentangku," kata Elin dengan ramah.
Stevin menepikan mobilnya dipersimpangan. "Terimakasih, Prof" ujar Elina.
"Apa aku terlalu kasar padanya?" batin Stevin.
.
.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍎🍎🍎
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"🍎🍎
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen 🍎🍎🍎
2021-01-08
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuuu😉
cinta pak bos hadir lagi kak 😘
2020-10-25
1
🎯Pak Guru📝📶
LIKE
2020-10-11
1