Jauh hari sebelum acara pernikahan, Elina sudah menerima suaminya yang dikabarkan pria tua bangka. Karena hal itu pula, Elina menerima tiap perlakuan suaminya. Informasi yang tidak benar membuat Elina bahagia.
Jonathan melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Meninggalkan Elina di ranjang.
"Bagaimana hari-harimu di Kampus?" tanya Jonathan lewat pesan.
Elina menghela napas kasar lalu menghembuskannya secara perlahan. Mengambil ponselnya dan membaca pesan yang dikirim oleh suaminya. "Kenapa dia tidak bertanya langsung? Kenapa harus masuk di ruang kerja" batin Elina.
"Seperti biasa, tidak ada kebahagiaan di sana"
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Aku jawab tapi kamu harus janji untuk tidak memberitahu Stevin,"
"Aku janji (Smile senyum)"
"Stevin dan Prof Alnero, keduanya begitu dingin. Mereka selalu memberi kami tugas yang banyak, aku tidak punya waktu untuk menghirup udara segar. (Smile menangis)"
Jonathan tersenyum saat mendengarnya, ia tidak habis pikir Elina akan sekesal itu dengan tugas-tugas yang ia berikan.
"Kenapa kamu tidak bilang padanya untuk tidak memberi kalian tugas,"
"Aku siapanya dia, jika aku mengatakan hal itu padanya, aku yakin, dia tidak akan membiarkan aku tinggal di sini"
Elina yang tadinya mengantuk menjadi tidak mengantuk. Ia nyaman bercengkrama dengan suaminya sekalipun hanya lewat pesan, terlebih lagi Jonathan meresponnya dengan baik.
"Jonathan. Apa aku boleh melihat wajahmu?"
"Aku belum siap, aku takut kamu lari dan pergi saat melihat wajahku."
"Hahahahah. Apa kamu terlalu jelek hingga takut seperti itu?"
"Aku jelek dan hitam. (Smile tertawa)"
"Jauh hari sebelum aku menerima pernikahan ini, aku sudah mendengar tentangmu. Tapi lihatlah, aku masih mau menikah denganmu. Kamu sudah membeliku, aku tidak bisa lari lagi. Aku bisa pergi jika kamu yang memintanya,"
"Tidurlah, kamu akan tahu siapa aku di saat kita haneymoon nanti"
Elina menuruti perintah suaminya. Namun ia sangat penasaran dengan sosok suaminya. Saat Jonathan berbaring disamping Elina, Elina berbalik menghadap Jonathan. "Boleh aku memegang wajahmu?" tanya Elina sebelum ia menutup mata, berharap Jonathan meresponnya.
"Hmm," hanya itu balasan dari Jonathan.
Elina menelusuri tiap inci wajah suaminya, mulai dari dahi sampai bibir. Ia sengaja melakukan hal itu, agar saat mereka haneymoon nanti ia bisa memastikan kebenaran. Elina begitu bahagia, saat tangannya menyentuh wajah suaminya.
"Aku akan menerimamu bagaimanapun kondisimu, entah kamu jelek maupun hitam dekil sekalipun," gumam Elina kemudian menutup matanya.
Pukul 4 malam, Jonathan mengerjap membuka matanya. Ia menatap wajah istrinya yang tertidur pulas, hembusan napas Elina terdengar membuat Jonathan tersenyum. Saat Jonathan akan pindah ke kamar sebelah, tiba-tiba Elina mempererat pelukannya. Ia memeluk tubuh suaminya, dengan terpaksa Jonathan membiarkan istrinya tidur sambil memeluknya.
"Jika harus ketahuan maka biarkanlah. Aku sudah sah menjadi suaminya begitupun dengan dia, dia sudah sah menjadi istriku," batin Jonathan.
Waktu menunjukan pukul 6:30, lagi-lagi Jonathan sudah tidak ada di kamar. Elina merasa bahwa dirinya bukanlah seorang istri yang baik. Harusnya ia bangun lebih awal sebelum suaminya. Elina beranjak dari ranjang, berjalan menuju kamar mandi. Hampir 20 menit berada di dalam kamar mandi, Elina pun keluar mengenakan handuk.
"Kartu ATM" gumam Elina saat matanya melihat kartu ATM di atas meja riasnya. Elina mengambilnya lalu menyimpannya ke dalam lemari kecil yang terletak disamping meja riasnya. Elina memakai baju ala anak Kampus, setelah itu ia merias wajahnya dengan bedak tipis dan tak lupa ia memakai lipbalm untuk menambah kecantikannya. Tangannya meraih buku-buku yang harus ia bawa.
"Gunakan kartu ATM itu dengan baik, beli apapun yang ingin kamu beli. Menghemat boleh, tapi jangan siksa dirimu dengan menahan keinginanmu" isi pesan dari Jonathan.
"Kenapa dia begitu baik padaku," gumam Elina lalu keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga dan berhenti di ruang tamu.
"Pagi-pagi mau ke mana?" tanya Stevin menaikkan alisnya sebelah. Ia mulai berperan sebagai Stevin
"Ke Apartemen Melisa," jawab Elina dengan santai.
"Apa kamu sudah memberitahu suamimu?" tanya Stevin menahan senyum.
Elina berpikir sejenak, "belum," jawabnya singkat.
"Ini akhir pekan, harusnya kamu di rumah. Jika kamu ingin keluar maka izin dulu pada suamimu," lagi-lagi Stevin mengerjai istrinya.
"Bagaimana mungkin aku minta izin padanya, dia saja sudah tidak ada di kamar!" celetuk Elina.
Stevin tersenyum mendengarnya, "Ini kunci mobil dari Jonathan, kamu bisa mengendarai mobil sendiri." Stevin menyerahkan kunci mobil untuk Elina.
"Aku bisa naik Taxi," tolak Elina.
"Kamu ambil atau aku melapor!!" Stevin kembali mengancam Elina.
"Ya sudah, sini kunci mobilnya!" ketus Elina. Ia mengambil kunci mobil dari tangan Stevin kemudian pergi meninggalkan Stevin seorang diri di ruang tamu. Stevin tersenyum saat melihat raut wajah kesal istrinya. Ingin rasanya ia mengerjai istrinya tiap hari.
Drt drt drt... terdengar getaran dari meja. Jonathan mendekat kemudian mengambil ponselnya. Matanya menatap layar ponsel, di sana tertera nama Niza.
"Kenapa lagi dia menghubungiku," gumam Jonathan.
Jonathan mengabaikan panggilan telepon dari Niza, ia begitu tidak suka dikejar kejar oleh wanita yang ia anggap sebagai adiknya.
Ting... satu pesan masuk, Jonathan membuka kemudian membacanya. Rahangnya mengeras, ia terlihat seperti orang yang sedang menahan amarah.
"Kalau kakak tidak mengangkat panggilanku, aku akan memberitahu Ibu kalau kakak sudah menikah," isi pesan dari Niza.
"Kamu lancang sekali, Niza. Jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu!" pesan balasan dari Jonathan.
Ditempat lain, tepatnya di rumah keluarga Niza Zelina. Niza terlihat begitu marah saat ia tahu Jonathan telah menikah.
Prang... Niza membuang semua rempetan berkas yang ada di atas meja kerjanya.
"Aku pastikan wanita itu akan lenyap dalam sekejap!!" umpat Niza mengepal tangannya. Ia tidak sudi jika Jonathan menikah dengan wanita lain. Niza mengambil ponselnya, ia menghubungi seseorang. Tak berlangsung lama, panggilan terhubung.
"Aku punya pekerjaan untuk kalian!" kata Niza pada seseorang disebrang sana.
"Apa, Bos?" tanyanya.
"Bagaimanapun caranya, aku mau kalian lenyapkan wanita yang ada di foto itu!" titah Niza tersenyum sinis.
"Baiklah, Bos. Foto wanita itu sudah kami terima. Bos tenang saja, kami akan melakukannya sesuai dengan perintah" katanya.
Tut tut tut... panggilan telepon berakhir.
Niza tersenyum sambil memutar ponselnya, "Jangan harap kamu bisa lepas dariku, kamu milikku seorang. Aku tidak akan membiarkan wanita itu merebutmu dariku," gumamnya.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Cherry
suka bgt Ama ceritanya,,gemes deh Ama stiven 🤗🤗
2020-10-26
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like..
like..
❤❤❤
2020-10-25
1
Arik Kristinawati
thorr moga2 jonathan nyuruh org u ngikuti elin kasian...😑😮😮
2020-10-25
1