Stevin masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Menyerahkan pembalut yang dia beli tanpa menatap Elina. "Ini untukmu" kata Stevin.
Elina tersenyum dan mengambil pembalut dari tangan Prof Stevin. "Sudah tampan, perhatian pula" batin Elina.
"Prof, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Elina ragu-ragu. Takutnya ia dibilang kepo oleh Profesornya.
"Panggil saja Stevin, kita tidak berada di Kampus sekarang" kata Stevin.
"Apa yang Kak Stevin lakukan di Jerman?" tanya Elina menatap Prof Stevin.
"Aku ada meeting dengan klien. Kamu sedikit beruntung, kenapa aku berkata seperti itu? Ya, karena kamu ke Jerman di saat aku sedang sibuk dengan urusan Perusahaan. Jika tidak, maka kamu akan menangis di sudut jalan Kota ini" jelas Stevin.
"Kapan kamu pulang ke New York?" tanya Stevin menatap lurus ke depan.
"Besok pagi" balas Elina singkat. Ia kesal dengan ejekan Prof-Nya.
Stevin mengambil ponselnya, mengirimkan pesan pada seseorang. Setelah selesai, ia kembali fokus menyetir. Tak berlangsung lama, mobil Lamborghini terparkir di depan hotel mewah yang berada di Kota Jerman.
"Ayo turun" ajak Stevin. Tidak mungkin dia membiarkan Elina tidur di dalam mobil atau membiarkan wanita itu pergi.
"Prof masuk saja, aku tidak tinggal di sini" balas Elina tersenyum canggung. Dia sendiri tidak tahu harus bermalam di mana. Jivan dan Anjas pun tak dapat dihubungi.
"Aku tahu kamu tidak punya tempat tinggal" kata Stevin. "Ikutlah bersamaku, kamu bisa tidur ditempatku"
"A-aku--" Elina terlihat gugup. Ini kali pertama dia akan tidur sekamar dengan seseorang seorang Pria.
"Jangan takut, aku tahu cara menghargai wanita" kata Stevin tersenyum menatap gadis yang kini terlihat cemas.
"Jangan tersenyum seperti itu, aku takut jatuh cinta" kata Elina mengikuti perkataan Prof Stevin.
"Hahahahahaha" Prof Stevin tertawa lepas. Ini kali pertama dia bertemu dengan seorang wanita yang berani membalas kalimatnya.
Elina menatap Prof Stevin yang sedang tertawa lepas. Untuk pertama kalinya dia menyaksikan, Prof yang dijuluki pria dingin dan kejam tertawa layaknya orang baik.
"Kamu orang pertama yang melihatku tertawa lepas. Terima kasih sudah membuatku tertawa" ucap Stevin tersenyum menatap Elina. "Ayo kita pergi" ajak Stevin.
Elina mengikuti Stevin ke dalam hotel. Takut, jelas ia takut. Tapi dia yakin, Stevin adalah pria baik-baik. Di dalam lift, keduanya diam. Stevin melirik Elina, Elina yang menyadari itu memilih menunduk. Gadis itu malu menatap Stevin, menurutnya Stevin terlalu tampan. Lift terbuka, Elina mengikuti langkah kaki Stevin.
"Silahkan masuk. Kamu bisa istrahat di sana. Dan aku akan tidur di sofa" Stevin menunjuk tempat tidur yang akan ditempati oleh Elina.
"Terima kasih Prof" ucap Elina lalu melangkah menuju tempat yang ditunjuk oleh Stevin. Elina yang merasa gerah memilih untuk mandi.
Stevin mengambil ponselnya, matanya mencari nomor yang seseorang dikontaknya. Jarinya berhenti berkutak saat nomor yang ia cari telah ditemukan.
"Aku serahkan semuanya padamu, aku harus kembali besok pagi ke New York. Hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu" kata Stevin pada seseorang disebrang telepon.
"Selamat bersenang-senang bro" ujar Rainex sahabat Stevin.
"Aku akhiri panggilannya. Selamat malam" balas Stevin lalu mengakhiri panggilannya dengan Rainex.
"Prof..." panggil Elina dari dalam kamar mandi.
Stevin mendekati pintu kamar mandi. "Kamu kenapa?" tanya Stevin. Ia nampak panik diluar. Pria iti takut Elina kenapa napa di dalam kamar mandi.
"Aku tidak membawa pakaian. Bolehka aku meminjam baju, hanya untuk malam ini saja" pintah Elina. Berharap Prof Stevin memberinya pinjaman baju.
Stevin membuka kopernya lalu mengambil baju kemeja putih. "Sepertinya ini pas untuknya" gumam Stevi menghampiri pintu kamar mandi.
"Buka pintunya" titah Stevin.
Elina membuka pintu lalu mengambil baju kemeja yang diberikan Prof Stevin padanya. "Terima kasih Prof" ujar Elina tersenyum lalu menutup pintu kamar mandi. Setelah selesai, ia keluar menghampiri Stevin yang tengah berdiri di dekat jendela.
"Apa Prof tidak mandi?" tanya Elina ragu-ragu.
"Mau mandi. Tolong ambilkan pakaianku di dalam koper" balas Stevin tanpa malu meminta Elina mengambilkan pakaiannya di dalam koper miliknya.
"I... iya Prof" balas Elina dengan gugup.
Stevin berlalu pergi meninggalkan Elina yang berdiri mematung memandangi koper milik Profesornya.
"Kenapa harus aku!!" gumam Elina kesal.
Dua puluh menit telah berlalu. Stevin keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk. Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sixpack. "Mana pakaianku?" tanya Stevin menatap Elina yang sedang menyaksikan siaran televisi.
"Di atas tempat tidur" balas Elina tanpa menatap Prof Stevin.
Stevin yang tidak suka diabaikan memilih menghampiri Elina dan mengambil remot televisi dari tangan Elina. "Aku paling tidak suka diabaikan" ujar Stevin dengan dingin.
Elina tak menghiraukan apa yang diucapkan Stevin, dia lebih fokus menatap tubuh Stevin yang begitu indah untuk dipandang.
"Perfec!" tanpa sadar, kata itu berhasil keluar dari mulut Elina. Stevin yang awalnya marah kembali tertawa. Ia berencana mengerjai mahasiswanya itu.
"Jelas aku lebih tampan dari pada calon suami kamu yang buncit itu" ledek Stevin tersenyum mengejek.
"Dia buncit dengan tidaknya aku tidak perduli!" ketus Elina berjalan menuju tempat tidurnya.
Stevin mengikuti Elina untuk mengambil pakaiannya. "Apa kamu pernah melihatnya?" tanya Stevin sambil memakai bajunya.
"Aku belum pernah melihatnya, tapi kata Ibu dia itu sudah tua dan perutnya buncit. Aku tidak tahu bagaimana nasibku nanti terlebih lagi nasib keturunanku" ujar Elina dengan lesuh.
"Jika kamu belum melihatnya kenapa kamu menyetujuinya?" tanya Stevin santai.
"Ibu sudah menjualku, hal itu Ibu lakukan untuk perusahaan Ayah yang diambang kehancuran. Dan sekarang Ayah sedang sakit. Mereka butuh biaya" jelas Elina.
Elina menarik napasnya dalam-dalam, menghembuskannya dengan kasar. "Inilah jalan hidupku, aku hanya perlu menjalaninya. Jika Jonathan adalah jodohku, aku bisa apa"
"Kamu masih muda, kamu bisa pergi dan lari dari pernikahan itu. Aku bisa membantumu jika kamu ingin" kata Stevin.
"Tidak perlu. Pria yang aku cintai akan menikah dengan wanita lain, lantas untuk apa aku lari dari pernikahanku. Aku yakin, Jonathan akan menyayangiku." Elina mencoba menguatkan dirinya dengan berbicara hal-hal baik tentang Jonathan sekalipun dia sendiri tidak tahu bagaimana dengan sikap Jonathan. Jangankan sikap, wajahnya pun dia belum pernah lihat.
"Tidurlah, jangan sampai kamu terlambat bangun" ujar Stevin.
"Aku belum mengantuk" balas Elina.
Apartemen/203
Erlanda mondar mandir di depan jendela. Pria itu masih memikirkan Elina. Sejujurnya Erlanda masih mencintai Elina, tapi dia sendiri tidak punya pilihan selain menikah dengan Amora.
"Elina, seandainya kamu tahu. Pernikahan ini bukan inginku, pernikahan ini karena paksaan. Aku mencintaimu Elina, tunggu aku kembali" batin Erlanda.
"Sayang, apa yang kamu pikirkan?" tanya Amora menghampiri Erlanda.
"Aku sedang memikirkanmu" goda Erlanda.
"Gombal," kata Amora.
Amora adalah anak orang kaya yang dijodohkan dengan Erlanda sejak mereka kecil. Namun, saat Erlanda SMA dia jatuh cinta pada Elina. Hubungan itu terjalin tanpa sepengetahuan keluarga Erlanda maupun keluarga Amora.
"Ayo tidur, aku sudah mengantuk." Erlanda mengajak Amora untuk tidur. Amora dan Erlanda masih berstatus mahasiswa tingkat akhir. Erlanda mengambil jurusan Manajemen sedangkan Amora mengambil jurusan Ekonomi.
"Apa yang kamu lakukan sekarang?" batin Erlanda. Pikirannya masih tertuju pada Elina.
Ditempat lain, Elina sedang duduk di sofa menyaksikan siaran televisi. Stevin menatap Elina yang tertawa lepas, rasanya ia ikut bahagia melihat Elina bahagia. Elina dan Melisa adalah mahasiswa yang sangat pandai di kelasnya. Nilai mereka berdua di atas dari nilai rata-rata.
"'Apa kamu belum mengantuk?" tanya Stevin, sejujurnya Stevin sudah mengantuk.
"Belum Prof. Prof tidur di tempatku saja, aku mau nonton dulu" balas Elina sambil melempar senyum pada Profesornya.
"Jam 12 kamu harus tidur, lewat dari itu kamu akan tahu akibatnya!" kata Stevin. Sikapnya kembali dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ermelinda Marisa
semoga sja prof stevin adl jonatan....wkwkwkwk...maf ya thor...
2022-01-05
0
ARSY ALFAZZA
mantap 👍🏻
2021-04-03
1
bintang julianti_
hai ka salam kenal aku udah mampir nih+like😊
salam dari 'dia yang tak bisa ku gapai'😊😁
2020-12-11
1