Masa Manhattan, salah satu Restaurant termahal di dunia, berada di New York. Di depan Restaurant itulah, Elina dan Melisa berdiri, keduanya tidak percaya dengan alamat yang dikirimkan oleh Jonathan. "Elin, apa kamu yakin ini tempatnya?" tanya Melisa tak percaya.
"Aku yakin, coba kamu baca pesan dari Jonathan." Elina menyerahkan ponselnya untuk Melisa. Melisa pun membaca alamat yang dikirim oleh Jonathan.
"Iya betul, Elina. Tapi Restaurant ini sangat mahal," kata Melisa tak percaya.
"Nona Elina ya?" tanya seorang pelayan Restaurant.
"Iya, ada apa ya?" Elina balik bertanya.
"Silahkan masuk, Nona" kata pelayan tersebut.
Elina dan Melisa mengikuti langkah kaki pelayan Restaurant, mereka di tuntun ke tempat yang sudah disiapkan oleh Jonsthan. "Silahkan, Nona" kata pelayan tadi.
"Kenapa sunyi sekali tempatnya?" tanya Melisa pada sang pelayan.
"Tuan Jonathan sudah memboking Restaurant ini. Nona bisa makan sepuasnya," jelas sang pelayan.
"Aku penasaran sama Jonathan, sekaya apa sih pria yang membelimu itu" ucap Melisa dengan serius.
"Untuk apa penasaran, Melisa. Sudah jelas dia kaya raya, tua dan perutnya buncit. Pria tua bangka seperti itu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan wanita muda seperti aku" kata Elina dengan santai.
Saat mereka sedang bercerita, tiba-tiba terdengar alunan piano dan biola. Lampu terlihat redup, membuat suasa malam dalam Restaurant terlihat romantis. Elina dan Melisa menikmati setiap alunan musik yang begitu indah. "Elina, kamu tidak perlu bersedih menikah dengan pria tua. Toh dia juga sangat romantis," kata Melisa tersenyum, memperlihatkan rempetan giginya yang begitu rapih dan putih.
"Seandainya dia setampan Erlanda, maka akulah wanita beruntung di dunia ini" gumam Elina dengan mata berbinar.
"Hahahahaha, tapi sayangnya dia play boy" ledek Melisa.
"Apa aku telat?" terdengar suara laki-laki yang begitu familiar. Elina dan Melisa menoleh ke arah suara.
"Prof Stevin!!" ucap Elina dan Melisa bersamaan. Keduanya saling pandang.
"Jangan asal menuduh, aku bukan Jonathan. Aku diminta olehnya untuk menemani kalian makan di sini," kata Stevin.
"Tunggu," potong Melisa. "Apa hubungan Prof dengan Jonathan?" tanya Melisa.
"Dia kakak ku," jawab Stevin dengan santai.
"Apa!!" pekik Elina dan Melisa bersamaan. "Tidak mungkin," ujar Elina tak percaya.
"Apa kamu ingin aku yang menjadi Jonathan" ledek Stevin, membuat Elina dan Melisa membulatkan mata.
"Bukan itu maksud aku!" ketus Elina.
"Jadi, yang melapor kalau aku ke Jerman itu Prof?" tanya Elina sembari mengepal tangannya.
"Kembalikan raut wajah kalian berdua seperti sedia kalah. Aku bisa bermain dengan nilai kalian," Stevin mengancam Elina dan juga Melisa.
"Oke baiklah. Katakan padaku di mana Jonathan? Aku ingin bertemu," kata Elina.
"Dia keluar Kota. Jika dia di sini mana mungkin aku bisa berada di sini bersama kalian. Membuang buang waktu saja," balas Stevin santai.
"Prof," panggil Melisa yang sudah merasa tenang.
"Iya, ada apa" sahut Stevin.
"Apa betul kalau Jonathan itu pria tua dan perutnya buncit?" tanya Melisa was-was.
"Kamu benar sekali. Jonathan itu orangnya dingin dan paling tidak suka dibohongi. Dia begitu keras kepala dan," ucapnya terhenti.
"Dan apa Prof?" tanya Melisa yang setia mendengar perkataan Profnya.
"Dia play boy. Dia sering membawa wanita di rumah saat dia pulang dari Luar Negri, aku tidak yakin kamu akan bertahan tinggal dengan Jonathan." Stevin menceritakan tentang Jonathan pada Elina dan Melisa.
"Jangan bahas Jonathan lagi, aku stres mikirin dia. Sekarang ayo kita makan, aku sudah sangat lapar!" ketus Elina.
Mereka bertiga pun mulai makan, Elina tak ingin melewatkan kesempatan itu sehingga ia makan dengan porsi yang banyak.
Uhuk uhuk
"Kamu tidak apa-apa, Elina?" tanya Melisa saat melihat sahabatnya tersedak makanan.
"Minumlah," kata Stevin sambil menyerahkan segelas anggur.
"Terimakasih," kata Elina.
"Ayo kita pulang, aku tidak mau berlama lama di sini" ujar Elina. Ia masih sangat marah pada Stevin yang membohonginya.
"Tapi," ucapan Melisa terpotong.
"Tidak ada tapi-tapian," sambung Elina.
"Apa Prof masih mau di sini?" tanya Elina.
"Tidak! Aku langsung pulang," kata Stevin kemudian beranjak dari duduknya.
"Ayo," ajak Stevin. Elina dan Melisa saling tatap, mereka berencana untuk kabur. Namun, usaha mereka gagal. Stevin tahu apa rencana mereka.
"Apa kalian ingin membawa pulang makanan itu?" tanya Stevin saat melihat dua wanita yang tadinya antusias untuk pulang tapi tiba-tiba tak berdiri dari tempat duduknya.
Elina semakin mengepal tangannya, ingin rasanya ia membukam mulut Profesornya itu. Tapi kekesalannya hanya bisa ia tahan, ia tidak ingin memperkeruh keadaan. Elina dan Melisa beranjak dari duduknya, berjalan keluar dari Restaurant mewah itu.
"Terimakasih karena Prof sudah menyempatkan waktu untuk menuruti perintah Jonathan, jika Prof ingin melapor lagi ya silahkan. Aku tidak perduli lagi" ujar Elina.
"Ayo ikut aku, aku akan mengantar kalian pulang." Stevin menatap keduanya wanita yang kini menatapnya.
"Tidak perlu" tolak Elina.
"Aku tahu kalian tidak bawa mobil," kata Stevin tersenyum lirih
"Perubahan yang sangat cepat," kata Elina santai namun memiliki arti tersembunyi.
"Apa kamu menyinggungku?" tanya Stevin dengan geram.
"Ya! Sikap Prof di luar Kampus dengan di dalam Kampus sama saja! Sama-sama menyebalkan!" ketus Elina kemudian menarik tangan sahabatnya, keduanya pergi mencari Taxi.
"Kita lihat saja nanti, kamu akan menangis memohon ampun pada Jonathan!" gumam Stevin. Stevin berjalan menuju tempat di mana ia memakirkan mobilnya. Setelah sampai, ia pun masuk lalu menyalakan mesin mobilnya. Kendaraan roda empat perlahan bergerak meninggalkan area Restaurant.
"Bukannya itu Elina dan Melisa? Apa yang mereka lakukan di situ" gumam Stevin saat melihat Elina dan Melisa berdiri di depan Bar yang tidak jauh dari Restaurant. Stevin menepikan mobilnya, mengikuti Elina dan Melisa. Ia takut Elina dan Melisa akan masuk ke dalam, dan benar saja kedua wanita itu masuk ke dalam Bar. Stevin mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Apa mereka tidak punya kegiatan lain selain ke Bar!" gumam Stevin geram. "Tapi asik juga, aku sudah lama tidak ke tempat ini" kata Stevin lalu masuk ke dalam Bar. Ia tersenyum mengembang saat matanya menatap dua orang pria yang ia kenal.
"Antoni...!" panggil Stevin menghampiri kedua temannya.
"Hei bro, kamu dengan siapa ke sini?" tanya Antoni.
"Aku bersama mereka," Stevin menunjuk Elina dan Melisa yang tengah meminum arak.
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Rinton saat mereka bertiga duduk di sudut Bar.
"Belum aku pikirkan, aku masih sibuk dengan urusan Perusahaan" kata Stevin.
"Hubungi aku jika kamu membutuhkan bantuan," kata Rinton.
Rinton, dia seorang penembak jitu. Tampan tapi dingin dan kejam, ia begitu menakutkan saat marah. Sedangkan Antoni, seorang Dokter yang lemah lembut. Wanita akan beruntung bila menikah dengannya.
Brukk... Stevin memukul seorang pria yang sedari tadi ia perhatikan. Pria itu sedang mencoba untuk mengambil kesempatan saat Elina mabuk.
"Prof Stevin!" gumam Melisa tak percaya dengan apa yang ia lihat. Melisa sangat kuat dalam meminum minuman beralkohol itu sebabnya ia tidak mabuk.
"Antoni, Rinton, aku serahkan pria ini pada kalian berdua!" ujar Stevin dengan raut wajah menakutkan.
"Jonathan" panggil Elina menatap Stevin.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nabilla kids Tv
apa steven itu jhonathsn?
tp wajahnya gak cocok utk jadi jonathan
2021-05-28
1
Toshio Inge
misterius
2021-05-18
0
ARSY ALFAZZA
❤️❤️❤️
2021-04-05
1