Terlihat Martha sedang menunggu anak tirinya. Martha mengepal tangannya saat melihat Elina keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
"I-ibu" Elina nampak gugup dan takut.
"Ibu sudah mengingatkan kamu tapi kamu masih bersikukuh menemui pria itu!!" hardik Martha. "Sekarang kamu sudah lihat sendiri kan"
"Ibu, maafkan aku." Elina meraih tangan Ibu tirinya. "Aku janji, aku tidak akan lari dari pernikahanku" ujar Elina menangis menatap Martha.
"Elina" panggil Albern, Ayah Elina. "Maafkan Ayah. Karena Ayah kamu harus menikah dengan pria yang tidak kamu cintai" kata Albern sembari memeluk putrinya.
"Ayah, aku yang harusnya meminta maaf." Elina menangis dalam pelukan ayahnya.
"Jika menikah dengan Jonathan dapat membantu keluarga kita, aku siap menikah dengannya. Jangankan menjadi istri, menjadi pembantu pun aku siap, Ayah" ujar Elina sesegukan.
"Elina, anaku. Ayah tidak tahu harus berkata apa lagi. Ayah malu Sayang" kata Albern tak kuasa menahan sesak di dadanya.
"Ayah, aku bahagia menjadi anakmu. Ayah jangan berkata seperti itu" jelas Elina tersenyum sambil menatap ayahnya.
"Ayah, Ibu. Aku ke kamar dulu" Elina pamit pada Ibu dan ayahnya. Dia berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Sesampainya di dalam kamar, Elina menangis sambil menatap foto ibunya.
"Ibu, apa aku salah mengambil keputusan ini" guman Elina dengan air mata yang tak terbendung lagi.
Ting... satu notifikasi masuk. Elina membukanya lalu membaca pesan yang baru saja masuk.
"Aku tidak bisa datang, aku percaya padamu. Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa" isi pesan dari Jonathan.
Elina kembali menatap foto ibunya tanpa membalas pesan dari Jonathan. Jujur saja, dia belum siap untuk menikah tapi perusahan keluarganya diambang kehancuran. Selain itu, ayahnya juga sakit dan butuh biaya pengobatan.
"Aku tidak menyangkah akan menikah dengan Om Om" batin Elina. Elina merasa kepalanya terasa pusing, ia pun memilih untuk beristrahat.
Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Elina mengerjap membuka matanya pelan-pelan. Tangan kanannya digerakkan mencari sesuatu. Tangannya berhenti saat ia melihat ponselnya berada di bawah bingkai foto ibunya.
"Sudah jam 1 malam" gumam Elina. "Aku lupa menghubungi Melisa kalau aku sudah tiba di New York"
Drt... drt... drt... ponsel Elina bergetar, Elina menatap layar ponselnya. Tertera nama Melisa di sana. "Baru disebut sudah menelpon," gumam Elina tersenyum.
"Halo sayang" sapa Elina saat panggilan terhubung.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku! Apa kamu sudah lupa denganku!!" Melisa memarahi Elina. Ia merasa kesal karena Elina tidak memberinya kabar saat sampai di Jerman dan tidak memberitahunya jika dia sudah kembali ke New York.
"Aku tahu aku salah, maka dari itu aku minta maaf. Maafkan aku, Melisa. Ada yang ingin aku katakan padamu tapi tidak lewat telepon" kata Elina. "Besok kita bertemu di Kampus. Aku akan menceritakan semuanya" jelas Elina.
"Oke baiklah, cek email kamu. Aku mengirimkan tugas yang diberikan Prof Alnero dan besok harus dikumpul" ujar Melisa.
"Oke, Melisa. Terima kasih ya, aku tutup teleponnya" kata Elina lalu mengakhiri panggilan telepon.
Elina mengecek Emailnya. "Tugasnya banyak sekali! Apa Prof Alnero berencana membunuh mahasiswanya" gumam Elina melihat puluhan soal dari Prof Alnero.
Tok tok tok... terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk..." sahut Elina dari dalam. Ia tahu siapa yang mengetuk pintunya dilarut malam.
"Ini makanan untuk, Nona. Spesial untuk Nona Elina." Anjas menyerahkan satu kotak makanan kesukaan Elina.
"Aku permisi dulu, Nona" kata Anjas berlalu pergi.
"Maafkan aku, Nona. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membuat Nona Elina bahagia" batin Anjas.
Elina membuka kotak makanan yang diberikan Anjas dan ada selembar surat di atas bungkusan kotak. "Surat" gumam Elina. Elina membuka surat kemudian membacanya.
"Selamat ulang tahun putriku Sayang. Mungkin, saat kamu membaca surat ini. Ibu sudah tak sedunia denganmu. Jadilah anak yang penurut, Ibu titip Ayah sama kamu. Jika ayahmu sudah menikah lagi, maka perbaikilah sikapmu. Anggap saja, Ibu tiri kamu adalah Ibu. Turutin setiap perkataannya. Ibu Sayang kamu,"
Tangis Elina pecah. "Ibu, hanya Ibu dan Anjas yang mengingat hari ulang tahunku. Ayah sudah melupakannya" ujarnya disela sela tangisnya.
Ting... ting... ting... beberap notifikasi masuk menandakan ada pesan masuk. Dengan malas Elina membukanya,
Melisa: "Selamat ulang tahun sahabatku,"
Jonathan: "Selamat ulang tahun wanitaku,"
Erlanda: "Selamat ulang tahun, Elina."
Tiga ucapan selamat dari sahabat, calon suami dan mantan Elina. Elina membalasnya kemudian memakan makanan yang diberikan Anjas padanya. Selesai makan, Elina kembali mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh Prof Alnero, hingga waktu menunjukan pukul 3 malam namun Elina belum juga selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
"Aku harus menyelesaikannya sebelum jam 4" gumam Elina. Pukul 3:25, Elina selesai menyelesaikan tugasnya. Elina memilih tidur setelah menyelesaikan tugasnya.
------
Terdengar alaram dari atas nakas, Elina bergegas bangun dan lari ke kamar mandi. Hampir 15 menit berada di kamar mandi, Elina keluar lalu memakai baju ala Mahasiswa. Kemudian mengambil semua buku tugasnya dan beberapa buku yang harus ia bawa tiap hari.
"Ayah, Ibu, aku pamit ya..." teriak Elina sambil menuruni anak tangga.
"Sarapan dulu, Sayang" ujar Albern.
"Nanti di Kampus saja, Ayah. Aku sudah terlambat." Elina menyalami ayahnya dan juga Ibu tirinya.
Mobil sport hitam perlahan bergerak menuju jalan raya. Elina mengemudi mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, ia begitu takut terlambat. Prof Alnero adalah Prof kedua yang sangat dingin dan angkuh. Ia begitu tidak suka Mahasiswa datang terlambat di jam pelajarannya. 15 menit perjalanan, Elina pun sampai. Elina memakirkan mobilnya ditempat biasa. Dari kejauhan, Elina melihat Melisa mondar mandir.
"Melisa...!" Elina melambaikan tangannya pada Melisa.
"Elin, ayo cepat! Prof Alnero sudah ada," panggil Melisa dengan panik.
Melisa dan Elina bergegas keruangan sebelum Prof Alnero masuk. Namun, lagi-lagi mereka terlambat. "Apa kalian tahu jam berapa sekarang?" tanya Prof Alnero dengan dingin.
"Jam 9 Prof," jawab Elina.
"Harusnya kamu datang jam berapa?" tanya Prof Alnero.
"Jam 8:00 Prof" balas Melisa.
"Itu tandanya kalian terlambat," kata Prof Alnero dengan dingin.
"Cepat masuk dan ingat!! Jangan ulangi lagi" kata Prof Alnero.
"Iya, Prof." Elina dan Melisa masuk lalu duduk bersampingan. Hampir 2 jam memberi materi, Prof Alnero pun keluar.
"Ayo ke gedung belakang" Melisa mengajak Elina.
"Ayo" balas Elina.
"Kalian berdua mau ke mana?" tanya Stevin yang tiba-tiba muncul dihadapan Elina dan Melisa.
"Sejak kapan Prof Stevin menyapa Mahasiswanya, aku rasa ada sesuatu yang tidak beres" batin Melisa.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa dukungannya para Rarders.. 😍😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yeti Susanti
penasaran cpa sih prof stevin sbnr nya
2022-08-24
0
ARSY ALFAZZA
mantap ❤️
2021-04-05
1
Perjuangan cinta Tuan Muda
sedih thor bca surat dr ibunya elina. aku hadir kembali mba asni, bwa 6 jempol utk kryamu thor. semangat upnya. Feedback please.
2021-04-04
2