Sepanjang hari itu aku lalui dengan memikirkan ucapan Shaka pagi ini.
"Semuanya tergantung sikap anda, Nyonya muda." Apa hubungannya luka Shaka dengan sikapku?
Aku terus mondar-mandir di kamarku di iringi tatapan mata Rania yang ikut bingung dengan tingkahku. "Nyonya muda, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?"
Pikiranku teralihkan saat Rania bertanya padaku. Aku menatap Rania sesaat kemudian menarik tangannya dan meminta Rania untuk duduk di sofa.
"Rania, Aku ingin mengetahui sesuatu tentang Shaka?"
Pupil mata Rania membulat sempurna saat aku menyebut nama Shaka. Aku sudah tahu jika Rania sebenarnya menaruh hati pada pria dingin dan kaku itu, hanya saja aku tidak ingin menggoda Rania yang mana justru hanya akan membuatnya merasa tidak nyaman.
Rania mengangguk. "Apa yang ingin anda ketahui, Nyonya muda?"
Berhasil, aku akan mencari tahu tentang Daffin melalui Shaka. Namun aku harus mengetahui tentang Shaka terlebih dulu. Dan cara terbaik yang bisa aku lakukan adalah bertanya pada Rania.
"Sedekat apa Shaka dengan Daffin?" Aku berusaha menarik senyumku di hadapan Rania agar dirinya tidak curiga padaku.
"Tuan Shaka itu seperti bayangannya tuan Daffin, Nyonya muda,"
"Bayangan?" Dahiku berkerut mendengar penggambaran yang di berikan Rania.
Rania tersenyum, sangat jelas terlihat jika dia begitu menyukai Shaka dan membicarakan segala hal tentang pria itu.
Stories of Rania...
Seorang anak pria bertubuh kurus dan kecil meringkuk di emperan toko dengan luka lebam yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya.
"Inilah hukuman karena kamu sudah berani membohongi kami!!!" bentak seorang pria, kakinya terus saja menendangi tubuh kurus berbalut kaus oblong itu.
Anak itu hanya bisa meringkuk dan terdiam menerima semua perlakuan dari para pria jahat yang tak kenal belas kasihan.
'Kenapa aku masih hidup sampai hari ini? Kenapa aku tidak mati saja?' batin anak itu.
Keadaannya yang sebatang kara membuat anak itu tak lagi memiliki alasan untuk hidup. Terlebih, kehidupan sebagai anak jalanan yang ia alami selama ini selalu membuatnya menjadi bulan-bulanan para preman yang tak memiliki hati nurani sedikitpun. Mereka merampas uangnya dan akan memukuli anak itu jika ia tak mau menyerahkan uangnya.
"Ampun, Tuan, ampuni aku!" lirih anak itu, air matanya sudah mengering bersama dengan keringnya keringat di tubuhnya.
"Cih!!!" Para pria tak berhati itu meludahi anak malang itu dan tak henti-hentinya menendang dan terus memakinya.
'Tuhan, tolong kirimkan aku seseorang untuk membantuku! Aku janji akan menyerahkan hidupku untuk orang itu.'
"HEI, PENGECUT!!!" Seorang pria muda sudah berdiri menantang di belakang para preman itu.
Mereka semua menoleh dan tersenyum mengejek melihat seorang pria muda berwajah bule sedang bertolak pinggang disana dan menatap mereka dengan tajam.
Pria muda itu adalah Daffin Miyaz Stevano. Tuan muda keluarga Stevano dan satu-satunya pewaris DS corp.
"Kalian hanya berani melawan anak lemah itu." tunjuk Daffin pada anak pria yang masih meringkuk di tempatnya. "Majulah dan lawan aku! Jika kalian berani." tantang Daffin.
Para preman itu tersulut emosi dan bersiap untuk menyerang Daffin, tapi baru juga melangkah para pengawal pribadi Daffin langsung menyerang para preman itu dengan membabi buta.
Daffin melangkahkan kakinya dan menembus perkelahian yang sedang terjadi. Matanya nyalang mencari sosok yang sebelumnya meringkuk di emperan toko.
Tiba-tiba kakinya terasa berat, ketika Daffin menunduk ia melihat sosok lemah itu sedang memeluk kakinya. "Bawa aku, Tuan. Aku janji akan selalu setia padamu. Nyawaku milikmu, Tuan."
Daffin menyeringai. "Siapa namamu?"
"Shaka, Tuan,"
Stories end...
Tak terasa air mataku mengalir, begitu buruk hidup yang di jalani Shaka sejak dia masih kecil. Pantas saja, dia tumbuh menjadi pria yang dingin dan kaku seperti itu. Tapi bisa di pastikan jika hal itu juga tak lepas dari campur tangan Daffin. Siapapun yang memiliki hati pasti akan mati jika terlalu sering berada di dekat pria tirani sepertinya.
"Darimana kamu mengetahui kisah menyedihkan itu, Rania?" tanyaku masih dengan air mata yang belum berhenti mengalir.
"Tuan Shaka sendiri yang menceritakannya, Nyonya muda," jelas Rania, matanya juga menyiratkan kesedihan yang mendalam saat menceritakan kisah menyedihkan itu.
Dari jawaban Rania bisa di pastikan jika Shaka mempercayai gadis ini. Haruskah aku memanfaatkannya? Apakah itu akan berdampak buruk pada hubungan mereka?
"Rania, apakah kamu mengerti apa maksud ucapan Shaka pagi ini padaku?" Dengan hati-hati aku bertanya agar Rania tidak curiga.
Rania terlihat berpikir keras. "Tidak, Nyonya muda,"
'Astaga!!! Aku pikir kau tahu.' batinku. "Baiklah, tidak masalah." ucapku akhirnya.
***
Petang menjelang, aku masih sibuk memikirkan ucapan Shaka dan hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun. Perutku juga sudah tidak mual lagi. Mungkin ini memang morning sickness yang biasa terjadi pada awal kehamilan. Sebenarnya hal ini bukanlah suatu hal baru ataupun hal langka yang jarang terjadi. Namun, bagiku hal ini sangatlah berat. Melewati masa kehamilan awal seorang diri, tanpa seorang suami yang siap menjaga dan menemani. Bagi wanita, kehadiran suami di masa-masa kehamilan seperti ini sangatlah penting. Bukan hanya sebagai dukungan moril, tapi juga sebagai seorang perawat serta kurir yang akan selalu siap mencari makanan-makanan aneh yang di inginkan oleh sang calon buah hati.
Seperti hari ini, tiba-tiba saja aku ingin makan nasi goreng buatan suamiku. Tapi siapa suamiku? Daffin? Tidak mungkin aku memintanya untuk melakukan hal itu? Lagi pula dia pasti tidak akan mau melakukannya. Ah, andai saja kak Erlan masih disini. Pasti aku tidak akan mengalami kebimbangan seperti ini.
"Ayasya?" Suara kak Reena mengejutkanku yang sedang termenung di balkon. "Ini nasi goreng yang kamu minta." Kak Reena menyodorkan sepiring nasi goreng yang cukup menggugah selera.
Aku menatap nasi goreng yang di bawa kak Reena. "Kenapa Kak Reena yang membawanya? Dimana Rania?"
"Rania di bawah, aku mendengar kamu sedang ingin makan nasi goreng. Awalnya aku pikir sedikit aneh makan nasi goreng di jam seperti ini, tapi karena kamu sedang hamil jadi kupikir mungkin ini keinginan bayimu." tutur kak Reena, satu tangannya mengusap perutku.
'Ya Tuhan, dia wanita yang sangat baik. Aku merasa kehadiranku hanya akan menjadi duri bagi kehidupannya.'
Kebaikan dan ketulusan kak Reena membuatku tersentuh dan tanpa di duga air mataku kembali menetes. "Terima kasih, Kak Reena,"
Kak Reena meletakkan piringnya di meja kecil yang berada di balkon. "Hei, kenapa kamu menangis? Kamu tidak ingin makan ini? Baiklah, pela -"
Aku langsung menyela ucapan kak Reena. "Tidak, Kak. Aku suka. Aku sangat suka dan aku sangat bahagia." Senyuman menggantikan tangisan di wajahku.
"Oh, astaga! Kemarilah." Tangan kak Reena melingkar di tubuhku. Pelukan hangat seperti ini sangat aku butuhkan untuk memberi kekuatan dalam menghadapi setiap ujian yang ada di hadapanku.
Hallo semuanya 🤗
Jangan lupa jempol👍 jejak di kolom komentar 👇dan juga votenya 👈 sebagai mood booster untuk author yang amburadul ini 😘😘
I❤U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Evi
baik kali rahena dengan asiyah
2021-06-06
1
Nina Rochaeny
masih bingung sm alur ceritanya 😔😔😔
2021-05-27
1
Siska Oktaviani
👍
2021-05-17
0