Kesunyian mulai menyergap, menggantikan kebisingan siang hari. Matahari pun sudah digantikan oleh rembulan dan bintang yang menghiasi gelapnya langit malam.
Aku rasa aku sudah ribuan kali melirik jam di dinding, mungkin saja jam itu juga sudah mulai berkeringat dingin karena aku terus saja mengomel setelah meliriknya.
"Kenapa kak Erlan belum pulang? Dan kenapa jam berjalan sangat lambat!!!" keluhku.
Rasanya, waktu tiba-tiba saja berhenti berputar. Aku juga merasakan ada sesuatu yang mengganggu di pikiranku.
Merasa bosan menunggu di dalam rumah, aku memutuskan untuk naik ke rooftop dan mencari udara segar. Sebenarnya aku ingin keluar rumah, tapi kak Erlan selalu berpesan agar aku tidak keluar rumah sendirian apalagi saat malam hari.
Baru saja kakiku akan melangkah menaiki anak tangga pertama, tiba-tiba ponselku berdering. Aku mengernyit melihat nomor tanpa nama yang tertera di ponselku.
Dengan sedikit rasa ragu aku menjawab panggilannya. "Hallo?"
"Selamat malam, Nyonya, apakah benar anda istri dari tuan Erlangga Wira Kencana?" Suara seseorang di seberang panggilan.
"Benar. Anda siapa?"
"Saya dari kepolisian ingin mengabarkan bahwa tuan Erlangga baru saja mengalami kecelakaan dan je -"
Tanpa menunggu aku langsung menyela, "katakan pada kak Erlan untuk bersabar! Aku akan segera datang."
***
Malam itu, entah mengapa aku merasa seluruh dunia menjauhiku. Aku bahkan tidak merasakan hembusan angin sedikit pun, seolah tak satu pun dari mereka yang ingin berada di dekatku.
Aku mencoba memesan taksi online dan mengambil jaketku kemudian berjalan keluar agar lebih menghemat waktu.
Begitu aku keluar dan mengunci pintu, aku melihat sebuah mobil sudah terparkir di depan rumahku.
'Cepat sekali taksinya sudah datang.' pikirku.
Dengan cepat aku berjalan menuju mobil tersebut dan membuka pintu mobil bagian depan.
"Pak, tolong cepat sedikit, ya!" ucapku dengan tangan yang sibuk memasang safety belt.
Aku menggeser posisi dudukku agar lebih nyaman, tapi aku baru menyadari bahwa mobil ini belum juga bergerak.
"Pak, kenapa belum jalan? Saya sedang terburu-buru. Suami saya baru saja mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit." tegasku, tanpa menoleh kepada pak supir.
Beberapa detik kemudian, mobil pun di hidupkan dan mulai melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Ketika sudah sampai di depan rumah sakit, ponselku kembali berdering dengan nomor tanpa nama. Aku pikir itu mungkin dari polisi atau mungkin dari pihak rumah sakit.
"Iya, saya sudah sampai di depan rumah sakit. Di kamar mana suami saya dirawat?" tanyaku, bahkan sebelum orang di seberang panggilan itu bersuara.
"Maaf, Nyonya, saya driver taksi online yang Anda pesan. Saya sudah menunggu di depan rumah anda sejak tadi, tapi tidak ada siapapun." jelas seseorang di seberang panggilan.
Mendengar penuturan orang itu, aku langsung menoleh dan melihat pak supir di sampingku sedang tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan sopan.
Aku jadi salah tingkah dan merasa bersalah kepada keduanya. "Maaf, Pak, saya sudah sampai di rumah sakit, tapi saya akan tetap membayar biaya perjalanan saya. Sekali lagi saya minta maaf, Pak!"
Setelah memutuskan panggilan, aku beralih menatap pak supir baik hati yang mau mengantarku tanpa bersuara sedikit pun.
"Maaf, Pak, saya sudah menyita waktu anda." ucapku menyatukan kedua tangan.
"Tidak masalah, Nona, tapi anda meminta maaf pada orang yang salah." ucap pak supir, kemudian menoleh kepada seseorang yang sedang duduk di bangku penumpang bagian belakang.
Aku langsung membelalakan mataku melihat ternyata si pria menyebalkan itu yang sedang duduk disana menatapku dengan angkuhnya.
Aku menatapnya tajam sebagai balasan karena dia juga menatapku dengan tajam.
"Turun!!!" bentaknya.
Sejujurnya, aku ingin sekali menangis begitu dia membentakku, tapi aku mencoba untuk menahannya.
"Baik, aku juga akan turun. Lagi pula aku tidak betah berada di mobilmu ini." Dengan cepat aku membuka safety belt yang melilit tubuhku.
Aku membuka tasku untuk mengambil uang dan menyerahkannya pada pak supir baik hati. "Terima kasih, Pak, dan ini ongkosnya."
"Tapi, Nona ...."
"Tidak apa-apa, Pak, untuk mengganti kerugian yang aku timbulkan."
***
Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terasa sangat panjang hingga aku sampai di meja para perawat.
"Permisi, Suster, dimana tuan Erlangga di rawat?" tanyaku dengan penuh sopan santun.
Para perawat itu hanya saling menatap ketika mendengar pertanyaanku.
"Suster?" panggilku seraya menyentuh tangan salah satu perawat.
"Ah, iya, Nyonya. An- Anda siapa?" tanyanya gugup.
"Aku istrinya kak Erlan." jawabku dengan ceria.
"Anda sudah tahu kalau ...," Perawat itu terlihat ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.
"Kak Erlan kecelakaan, kan? Dan sekarang sedang dirawat disini." tanyaku menegaskan.
"Betul, tapi ...."
"Nyonya Kencana?" Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggilku.
"Iya, saya," jawabku dengan tangan ditempelkan di dada.
Aku melihat seorang pria yang bertubuh tinggi dan kekar sedang berdiri di belakangku. "Saya dari pihak kepolisian yang tadi menghubungi anda. Silahkan ikuti saya!" pintanya.
Aku mengikuti polisi itu menyusuri lorong dan melewati ruangan demi ruangan hingga sampai pada ruangan yang berada di ujung koridor dan berhawa cukup dingin.
"Kamar jenazah?" tanyaku bingung.
"Tuan Erlangga terjatuh dari lantai dua sebuah pusat perbelanjaan karena menyelamatkan seorang anak yang hampir terjatuh." tutur polisi itu.
"Lalu? Bagaimana keadaan anak itu?"
"Anak itu sekarang sedang di rawat intensif karena mengalami sedikit guncangan."
"Dimana suamiku?"
"Tuan Erlangga mengalami pendarahan dan kehilangan cukup banyak darah sehingga tim dokter tidak dapat menyelamatkan nyawanya ... Ngiiiiinnngggg ...."
Aku tidak dapat mendengar apa yang dikatakan polisi itu selanjutnya, tiba-tiba tubuhku terasa lemas dan pandanganku terasa kabur kemudian aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.
***
Aku membuka mataku perlahan dan melihat cahaya yang sangat terang di hadapanku.
Sejauh mataku memandang, hanya ada dinding berwarna putih yang mengelilingiku dan tidak ada objek apapun disini.
Aku mencoba berdiri dan mengucek mataku ketika aku melihat seseorang datang menghampiriku dari arah cahaya itu berada.
"Kak Erlan? Kakak!!!" Aku berteriak sembari melambaikan tangan.
Sosok kak Erlan yang tampan, semakin terlihat sangat tampan. Dia mengenakan pakaian serba putih dan bercahaya.
Kak Erlan berjalan ke arahku dan semakin mengurangi jarak di antara kami.
"Kakak?" Aku merengek di pelukannya.
"Belajarlah menjadi dewasa, Ayasya." ucap kak Erlan, setelah dia melepaskan pelukanku.
Aku sangat terkejut dengan ucapan kak Erlan, karena dia tidak pernah memanggilku Ayasya. Kak Erlan dan nenek selalu memanggilku Aca sebagai panggilan kesayangan.
"Hiduplah dengan baik, dan jadilah ibu yang kuat untuk baby!" ucap kak Erlan lagi saat aku tak kunjung berbicara.
"Kenapa Aca harus kuat? Aca dan baby punya Kak Erlan yang akan menjaga kami." sanggahku.
"Aku tidak bisa selalu menjagamu. Tuhan ingin aku segera menemuiNya." jelas kak Erlan, masih dengan senyuman di wajahnya.
"Tidak! Tuhan tidak butuh Kakak. Aca dan baby yang butuh Kakak." rengekku, di susul air mata yang mulai membanjiri kedua mataku.
"Aca, aku milik Tuhan dan sekarang Tuhan ingin aku kembali padaNya. Aku ingin kamu hidup dengan baik dan menjadi seorang wanita yang dewasa dan kuat. Ingatlah! Aku selalu mencintaimu dimana pun aku berada." Satu kecupan mendarat di keningku, mengakhiri penuturan kak Erlan.
Aku mencoba menghentikan kak Erlan dengan memegangi tangannya, tapi dia tetap berjalan hingga tautan tangan kami semakin lama semakin mengendur dan terlepas.
Air mata terus mengalir di pipiku, menyaksikan kak Erlan berjalan menjauhiku.
Semakin lama bayangan kak Erlan semakin tidak jelas karena mataku yang di banjiri oleh air mata, aku hanya melihat kak Erlan mendekati arah cahaya itu berada dan menghilang bersama dengan hilangnya cahaya tersebut. Meninggalkan aku yang di kelilingi oleh kegelapan.
Hallo semuanya🤗
Semoga kalian enjoy dengan ceritanya Ayasya 🥰
Jangan lupa jempol 👍 dulu sebelum ataupun sesudah membaca dan jangan lupa juga tinggalkan jejak kalian di kolom komentar 👇 agar author menyadari kehadiran kalian 😘
Harapan author kalian mau berbaik hati ninggalin vote dan share coretan ini ke temen-temen kalian supaya author semakin semangat untuk up cerita ini😍
I ❤ U readers kesayangan kuhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
fitri hutagaol
😭😭😭
2023-06-26
1
Kiki Risky
udah beberapa kali baca tapi emang masih senyesek itu,
2021-12-31
0
Cencik Gaut
😭😭😭😭😭
2021-08-06
0