Setelah badai berlalu dan kemenangan diraih, kedamaian sementara menyelimuti gua tersembunyi di tepi lautan planet Biru. Violet, Zorak, dan Elara duduk bersama, memandang empat bayi mungil yang baru saja lahir. Bayi-bayi itu tampak tenang, meskipun dunia di luar baru saja diguncang oleh pertempuran dahsyat.
Zorak, dalam wujud naganya yang megah, menatap anak-anak violet dengan penuh kebanggaan dari luar kubah yang transparan. "Mereka luar biasa, Violet. Kita harus memberikan nama yang pantas untuk mereka."
Violet mengangguk, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Ya, setiap dari mereka adalah keajaiban. Kita harus memilih nama yang penuh makna."
Elara, yang menyatu dengan pesawat, mengambil bentuk robot humanoid dan keluar dari pesawat. Ia berdiri bersama mereka, menunjukkan kehangatan dan dukungan yang telah menjadi ciri khasnya.
Satu per satu, mereka memandang anak-anak violet. Setiap bayi memiliki tanda infinity yang bercahaya lembut di lengan kanan mereka, sebuah tanda yang menunjukkan keajaiban dan potensi tak terbatas yang mereka bawa.
Violet mengangkat bayi pertama, seorang anak perempuan dengan mata secerah bintang. "Aku akan memberimu nama Astra," kata Violet dengan suara penuh cinta. "Kau akan menjadi bintang yang menerangi jalan kita."
Zorak mendekat dan dengan hati-hati mencoba menyentuh kubah seakan-akan menyentuh dengan lembut bayi itu dengan cakar naganya yang besar namun penuh kasih. "Astra, kau membawa cahaya di tengah kegelapan."
Kemudian, Violet mengambil bayi kedua, seorang anak laki-laki dengan sorot mata penuh keberanian. "Kau akan kupanggil Orion," ujarnya. "Seperti sang pemburu di langit, kau akan menjadi pelindung kita."
Zorak mengangguk setuju. "Orion, keberanianmu akan membawa kita melewati segala rintangan."
Bayi ketiga, seorang anak perempuan dengan senyuman yang menenangkan, diangkat oleh Violet. "Namamu adalah Lyra," katanya. "Kau akan menjadi musik dan harmoni di hati kita."
Zorak menyentuh kepala bayi itu dengan lembut. "Lyra, kedamaianmu akan menyatukan kita."
Terakhir, Violet mengangkat bayi keempat, seorang anak laki-laki dengan tatapan penuh kebijaksanaan. "Kau akan kupanggil Zenith," katanya. "Kau akan mencapai puncak tertinggi dalam segala hal yang kau lakukan."
Zorak berkata . "Zenith, kebijaksanaanmu akan memandu kita."
Elara, melalui koneksi mentalnya yang kini lebih manusiawi dalam bentuk robotnya, berbicara dengan suara yang lembut dan penuh kasih. "Astra, Orion, Lyra, dan Zenith. Nama-nama kalian membawa harapan dan kekuatan. Kalian adalah masa depan kita."
Zorak besar dan berbentuk naga, dia dengan hati-hati melingkarkan sayapnya di sekitar Violet dan anak-anak mereka, menciptakan perisai pelindung yang hangat.
"Aku akan selalu melindungi kalian. Bersama, kita tidak terkalahkan," ujar Zorak dengan suara lembut.
Mereka berdiri bersama di dalam gua, Violet dan Zorak memandang anak-anak mereka dengan penuh kasih dan harapan. Di luar, badai telah berlalu, dan matahari mulai muncul di cakrawala, menyinari gua dengan cahaya hangat.
Di tengah kebahagiaan ini, mereka tahu bahwa banyak tantangan masih menunggu di depan. Namun, dengan kekuatan cinta dan persatuan, mereka yakin dapat menghadapi segala rintangan. Keluarga kecil ini kini lengkap, siap menghadapi masa depan bersama-sama, di bawah langit biru yang penuh harapan.
Disis lain dia bawahan Zira berhasil menaiki kapal kecil mereka, Rakan dan Vernata menyelam ke dalam kedalaman laut, menuju kerajaan bawah laut yang diperintah oleh Raja Proteus. Dalam perjalanan, suasana terasa tegang dan penuh kecemasan. Mereka tahu bahwa berita yang mereka bawa tidak akan diterima dengan baik.
Begitu tiba di kerajaan bawah laut, mereka segera menuju istana megah tempat Raja Proteus memerintah. Proteus, yang telah berhasil merebut tahta dari kakaknya yang kini dipenjara, memantau layar holografik yang menunjukkan pergerakan pasukan Zira. Tiba-tiba, sinyal dari pasukan Zira menghilang, membuat Proteus marah besar.
Rakan dan Vernata masuk dengan tergesa-gesa, menundukkan kepala di hadapan Proteus. "Yang Mulia, kami membawa kabar penting," kata Rakan dengan suara gemetar.
Proteus berbalik, matanya menyala penuh kemarahan. "Apa yang terjadi? Mengapa sinyal pasukan Zira menghilang? Dan mengapa hanya menyisakan kalian berdua!"
Vernata maju, berusaha tenang. "Yang Mulia, penangkapan alien teman-temannya Zafir gagal. Komandan Zira dan pasukannya berhasil di kalahkan."
Proteus menggeram, tangannya mengepal. "Bagaimana mungkin? Zira tidak mungkin gagal! Apa yang sebenarnya terjadi?"
Rakan menjawab dengan cepat, "Ada mahluk naga yang kuat Yang Mulia yang menghadang kami. Dan akhirnya alien lain berhasil melarikan diri, pada awalnya kami berhasil melumpuhkan naga itu akan tetapi tiba-tiba bantuan tak terduga datang dan membalikan keadaan. Pasukan kami di serang habis habisan Hinga tak tersisa"
"Di saat kami hendak kalah, komandan Zira memerintahkan kami untuk segera melarikan diri untuk memberikan informasi yang terjadi"
Raja Proteus menatap kedua bawahannya dengan tatapan dingin. "Kalian berdua, keluar.
"Tak kusangka ada alien berbentuk naga dan saya terlalu meremehkan mereka, akan ku urus mereka nanti" gumamnya.
Rakan dan Vernata segera meninggalkan ruangan, meninggalkan Proteus dengan kemarahannya.
***
Di kedalaman istana kerajaan bawah laut, tempat penjara bagi para tahanan penting, Zafir duduk di dalam selnya yang gelap dan dingin. Selama ini, ia telah kehilangan harapan akan kebebasannya. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Desas-desus mulai beredar di antara para penjaga.
Zafir, yang selalu waspada, mendengar percakapan antara dua penjaga di luar selnya. Mereka berbicara dengan suara rendah, tetapi kata-kata mereka jelas terdengar di telinganya.
"Apakah kau dengar kabar tentang penangkapan yang gagal?" tanya salah satu penjaga.
"Ya, aku dengar. Pasukan Komandan Zira dan Zira sendiri musnah," jawab penjaga lainnya. "Mereka dikalahkan oleh alien berbentuk naga."
Zafir, yang tadinya duduk lesu di sudut selnya, tiba-tiba bangkit. Hatinya berdebar-debar mendengar kabar itu. Teman-temannya selamat. Violet, Zorak, dan Elara berhasil mengalahkan Zira dan pasukannya.
Dia menutup matanya sejenak, mengucap syukur dalam hati. "Mereka berhasil," bisiknya pada diri sendiri. "Mereka selamat."
Penjaga-penjaga itu melanjutkan percakapan mereka tanpa menyadari bahwa Zafir mendengarkan dengan saksama. "Raja Proteus sangat marah," kata salah satu dari mereka. "tak bisa percaya Zira bisa gagal dan musnah begitu saja."
"Tentu saja. Sekarang semua rencana mereka mungkin akan berubah," jawab yang lainnya.
Mendengar berita ini, hati Zafir dipenuhi keyakinan baru. Violet, Zorak, dan Elara telah menunjukkan bahwa mereka mampu mengatasi ancaman terbesar. Dengan kekuatan dan keberanian mereka, Zafir yakin bahwa mereka bisa membantunya menggulingkan Proteus yang merebut paksa kekuasaan dari raja sebelumnya.
Saat ia merenung di dalam selnya yang gelap, Zafir memperhatikan potongan-potongan logam dan sirkuit elektronik yang dibuang di sudut selnya, sisa-sisa dari berbagai alat yang pernah digunakan di penjara bawah laut ini. Dengan tekad yang bulat, ia mulai memungut potongan-potongan itu, menyusunnya dengan hati-hati.
Selama berhari-hari, Zafir bekerja dengan cepat dan cekatan, merancang sebuah robot ikan kecil. Ia memanfaatkan waktu-waktu di mana penjaga tidak memperhatikan, atau saat ia diberi tugas membersihkan gudang penjara. Setiap momen berharga ia gunakan untuk menyempurnakan ikan robot itu, memastikan bahwa alat tersebut bisa berenang ke permukaan tanpa terdeteksi.
Saat ikan robot itu hampir selesai, Zafir menuliskan pesan singkat namun penuh harapan:
"Violet, Zorak, Elara. Aku di penjara bawah laut kerajaan Thalassia. Proteus merebut kekuasaan dari raja sebelumnya. Aku butuh bantuan kalian. Zafir."
Dengan hati-hati, ia memasukkan pesan itu ke dalam ikan robot. Zafir menyadari bahwa melibatkan orang asing dalam urusan planet Biru bukanlah sesuatu yang ia inginkan sejak awal, tetapi sekarang ia tidak punya pilihan lain. Keberanian dan bantuan teman-temannya adalah satu-satunya harapan untuk memulihkan kedamaian di planet Biru.
Pada hari ia mendapatkan jadwal untuk membersihkan gudang penjara, Zafir membawa ikan robot itu bersamanya. Di sudut tersembunyi gudang, ia melepaskan ikan robot melalui saluran pembuangan yang terhubung langsung ke lautan luas. Ia menyaksikan ikan robot itu berenang menjauh, menghilang di kegelapan air.
"Semoga kalian menerima pesanku," bisik Zafir. "Dan semoga kita bisa membawa kedamaian kembali ke planet ini."
Di permukaan, badai mungkin masih mengamuk, tetapi di dalam hatinya, Zafir merasakan secercah harapan. Ia percaya bahwa Violet, Zorak, dan Elara akan menemukan pesan itu dan datang untuk menyelamatkannya. Dengan keyakinan ini, Zafir bertekad untuk bertahan, menunggu hari di mana kebebasan dan keadilan akan kembali ke planet Biru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments