Hari yang ditunggu-tunggu telah datang, besok Ane akan mulai ikut lomba merancang busana. Malam ini Ane sedang berkumpul dengan teman-temannya disebuah cafe langganan.
"Ane bagaimana persiapan kamu untuk besok" tanya Indira.
"Iya Ane, kamu yang tenang ya. Anggap saja kamu bukan lomba, tapi sedang menjahit untuk langganan mu seperti biasa, jadi kamu tidak akan gugup nantinya" tambah Adena.
"Setuju" ucap Eri spontan.
Ane dan dua temannya mendengar ucapan Eri yang tiba-tiba langsung melotot.
"Ada yang salah ya, kok kalian melotot sih" ucap Eri yang takut di pelototti oleh ketiga temannya.
"Tidak ada yang salah, tapi kamu kalau ngomong pelan-pelan saja, kita tidak tuli" ucap Indira.
Gimana teman-temannya tidak melotot Eri waktu bilang setuju suaranya membuat ketiga temannya terkejut seketika, padahal jarak mereka berdekatan.
"Maaf" ucap Eri kemudian.
Sikap Eri yang berkumpul dengan ketiga temannya, sangatlah berbeda ketika Eri waktu bekerja. Di kantor Eri terkenal dengan wanita yang anggun, sopan dan ramah, bisa dibilang sempurna sikapnya saat bekerja, namun kalau dia sedang bersama dengan teman-temannya dia menjadi sesosok yang ceria, tidak anggun sama sekali, malah kadang dia paling ceroboh di antara ketiga temannya.
"Tenang saja, sebisa mungkin aku akan usaha yang terbaik untuk lomba ini" ucap Ane.
Ketiga temannya memberikan jempol kepada Ane, yang berarti mereka selalu mendukung Ane.
.
.
.
.
Ditempat lain
Dipa sedang di klub malam dengan kedua temannya.
"Ben, kami jadi pergi besok?" tanya Dipa sambil meneguk wine ditangannya.
"Jadilah, Bokap gue tidak bisa datang. Jadi gue yang harus gantiin" jawab Ben.
"Berapa lama kamu pergi?" tanya Galih.
"Semingguan" jawab Ben.
"Semoga berjalan lancar" ucap Dipa.
"Thanks" jawab Ben. "Ngomong-ngomong besok acara perlombaan yang akan kamu sponsori kan" tambah Ben.
"Iya, dari mana kamu tahu?" tanya Dipa.
"Sudah lama gue pengen ngomong sama lu, Rika beberapa bulan lalu meminta tolong gue untuk membujuk lu supaya bantu dia dalam kompetisi ini, gue malas ngomong sama lu soal masalah gak penting ini, tapi Rika selalu mengganggu dan memaksa terus untuk membujuk lu" jelas Ben.
"Rika, siapa?" tanya Dipa yang merasa lupa dan tidak mengenalnya.
"Dipa masa lu lupa sih, cewek yang ngincar lu waktu kuliah dulu" jawab Ben.
"Gila apa lu, gue suruh bantu dia. Dia wanita nekat yang melakukan segala cara buat mendekati gue. Sampai semua wanita yang mendekati gue takut dibuatnya" jelas Dipa.
"Maka itu gue malas sama dia, sampai sekarang dia masih tergila-gila sama lu. Kalau bukan anak dari sahabat Bokap gue, gue juga ogah berhubungan dengan dia" jelas Ben.
"Kenapa kalian jadi ngomongin wanita tidak jelas itu" ucap Galih. "Merusak momen kita aja" tambahnya.
"Lagak lu kayak cewek aja, ada momen momen segala" ledek Ben.
"Cewek, lu yang cewek" ledek Galih.
Ben dan Galih suka sekali adu mulut, tapi itulah yang membuat Dipa suka berteman dengan mereka. Bukan masalah adu mulutnya, tapi Ben atau Galih tidak pernah tersinggung jika satu sama lainnya mengejek. Ben anak orang kaya tapi tidak sombong dan suka berbagi kepada orang yang membutuhkan, sedangkan Galih anak orang biasa, tapi mandiri dia berhasil dengan usahanya sendiri dan selalu membantu orang yang membutuhkan. Orang yang tak mengenal dalam kita, pasti berpikiran kita ini arogan dan sombong. Ya memang itu yang kita isukan, supaya orang tidak gampang meremehkan kita.
Malam semakin larut, Dipa dan kedua temannya memutuskan untuk pulang. Mereka suka minum-minuman, tapi tidak suka bermain dengan cewek. Karena bagi mereka cewek itu merepotkan dan menyusahkan. Namun mereka tidak memungkiri kalau suatu saat mereka akan menikah. Mereka hanya menunggu wanita yang benar-benar tulus dengan mereka, bukan karena harta mereka saja. Selama ini banyak wanita yang mendekati mereka karena harta dan kekuasaannya saja, bukan benar-benar mencintai mereka dari hati.
Dipa melajukan mobilnya menuju apartemennya, dia melewati jalan seperti biasanya. Dipa berhenti di lampu merah taman kota "Sudah lama aku tidak bertemu dengan dia, kemana dia" gumam Dipa yang tiba-tiba merasa kehilangan sesuatu setiap dia pulang melewati jalan ini.
Dipa kembali melanjutkan mobilnya setelah lampu hijau menyala. Dia juga heran kenapa dia tiba-tiba memikirkan wanita itu.
.
.
.
.
Di rumah Ane.
"Malam ayah ibu" ucap Ane, saat sudah tiba di rumahnya.
"Malam sayang" jawab Ibu Ane.
"Duduk ayah mau bicara sama kamu" ucap Ayah Ane.
Ane kemudian duduk di sebelah Ibunya. Ane merasa heran kenapa ayahnya tiba-tiba kelihatan serius malam ini. Ane berbisik kepada ibunya bertanya apakah ibunya mengetahui sesuatu, namun Ane mendapatkan gelengan dari ibunya.
"Ane kamu sudah tidak muda lagi, kamu harus memulai untuk memikirkan masa depanmu" ucap Ayah Ane memulai bicaranya.
"Maksud ayah apa, Ane masih muda ayah, umur Ane masih dua puluh empat. Masa sudah tua umur segitu" protes Ane.
"Ane, jangan meremehkan umur mu sekarang, waktu semakin hari semakin cepat. Mau sampai kapan kamu melajang" tegur Ayah Ane.
Ane terdiam mendengar ucapan ayahnya barusan.
"Sudah Yah, jangan paksa Ane" ucap Ibu Ane untuk mencairkan suasana malam ini.
"Ibu selalu saja membelanya, apa ibu tidak kepikiran kalau kita pergi duluan, siapa yang akan menjaga dia nantinya, jika dia tidak memikirkan semuanya dari sekarang" ucap Ayah Ane.
"Ayah, kenapa berbicara seperti itu. Emang Ayah sama Ibu mau kemana?" ucap Ane.
Ane mulai merasa sedih mendengar ucapan ayahnya barusan.
"Ayah dan ibu tidak akan kemana-kemana, tapi Ayah dan ibu ingin kamu memulai menata masa depanmu, selain pekerjaanmu" ucap Ayah Ane. "Kamu tahu Ayah dan ibu sangat menyayangi mu dari kecil sampai sekarang, Ayah cuma ingin kamu bahagia ketika Ayah dan Ibu masih ada, dan mendapatkan cucu dari kamu. Menunggu adikmu masih lama Nak" tambahnya.
"Ane akan memikirkannya Yah, setelah Ane ikut kompetisi besok. Jika Ane menang Ane akan pergi sekolah lagi selama dua tahun, setelah itu jika Ane belum mendapatkan jodoh, Ayah boleh mencarikan jodoh buat Ane" jelas Ane dan kemudian pergi meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamarnya tanpa mendengarkan jawaban dari ayahnya.
Ane yang sudah masuk kedalam kamarnya, segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia merasa kesal kepada Ayahnya yang sudah mulai tidak mendukungnya. Lama Ane melamun di atas kasur.
Tok tok suara pintu kamarnya di ketuk.
"Sayang apa Ibu boleh masuk dan berbicara dengan mu?" tanya Ibu Ane.
Ane yang mendengar suara ibunya enggan menjawabnya, dia memilih untuk bangun dan membersihkan diri di kamar mandi.
Ibu Ane yang tidak mendengar sahutan dari dalam kamar, kemudian memilih untuk pergi dan membiarkan putrinya tenang untuk sementara waktu.
Ane sudah selesai mandi, dia merebahkan tubuhnya kembali dan mencoba untuk beristirahat malam ini, karena besok dia harus benar-benar segar supaya bisa mengikuti kompetisi dengan baik.
.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Khanza Novia
semangat ane💪💪💪
2022-03-08
3