AKU GENDUT, TERUS KENAPA?
Hai namaku Davina Ane Birawan, berat 80kg dan tinggi 150cm.
Gendut itu kesan pertama orang kepadaku. Terus kenapa?.....
Aku tinggal bersama ayah (Indra
Birawan), ibu (Suci Birawan) dan adik laki-laki (Fajar Birawan) di kota S. Kami
tinggal dirumah yang kecil minimalis jika dilihat orang,namun cukup luas bagi
keluarga kami. Ayah dan ibu lebih suka memiliki halaman yang luas dari pada
bangunan rumah yang luas, kalau ada acara dirumah kita tidak perlu menyewa
gedung atau lapangan. Ayahku bekerja sebagai kontraktor dikota S ini, Ibuku ibu
rumah tangga pada umumnya, sedangkan adikku dia masih sekolah menengah akhir
kelas 2.
Aku memiliki sahabat bernama Eri,
Adena dan Indira. Kami sudah berteman sejak sd sampai sekarang, Eri menjadi
sekretaris di salah satu perusahaan terkenal di kota S, Adena sudah menikah
dengan anak orang kaya di kota S, Indira adalah seorang dokter spesialis anak
dan aku sendiri hanya membuka butik kecil – kecilan di kota S ini. Walaupun
kami sibuk, tapi masih bisa menyempatkan waktu untuk berkumpul. Contohnya malam
ini, kami sedang mengobrol dan bercanda di salah satu cafe yang terkenal di
kota S.
“Ane, aku bikinin gaun dong untuk
pesta besok minggu?” pinta Adena. “Soal harga aku ikut dech” tambahnya.
“Iya, ukuran masih samakan kayak
dulu” tanya ku.
“Masihlah” jawab Adena.
“Sip dech” ucap ku. “Kapan kamu
ambil gaunmu” tanya ku lagi.
“Emm... kalau minggu pagi bisa
tidak” jawab Adena.
“Baiklah” jawab ku.
“Ane kamu mintalah bayaran yang
mahal sama menantu orang kaya ini” sindir Eri.
“Tenanglah aku akan minta sebuah
mobil untuk harga gaunnya nanti” canda ku.
“Kalian pikir aku punya uang banyak, walaupun
aku menantu orang kaya ” ucap Adena membela dirinya. “Aku menikah dengan Bagas
karena kami saling mencintai dan tidak mau menimbulkan fitnah karena pacaran
terlalu lama, kalian tahu sendiri aku dan Bagas sudah pacaran sejak SMP” tambah
Adena menyakinkan sahabat-sahabatnya.
Aku, Indira
dan Eri saling menatap dan kemudian tawa kami pecah mendengar penjelasan Adena
yang menggebu - gebu, seolah-olah aku akan meminta bayaran yang mahal
kepadanya.
“Hai kenapa kalian malah
menertawakan aku, apanya yang lucu” geram Adena sambil berkacak pinggang.
Namun kami malah menambah volume
tertawa kami ketika melihat ekspresi marah Adena yang semakin lucu. “Sudah-sudah,
nanti kita dilaporkan sama suaminya yang kaya itu, kalau kita sudah membuat
istri cantiknya ini marah-marah” ucap Indira.
Aku dan Eri makin terbahak – bahak mendengar pembelaan
Indira.
“Kalian jahat ya” ucap Adena.
Aku pikir Adena marah betulan dan
mau pergi, ketika dia berdiri dari duduknya. Ternyata dia malah duduk di antara
aku dan Eri, tanganya menggelitik pinggangku dan Eri. Kami berempat akhirnya
saling menggelitik satu sama lain dan tertawa bersama.
Kami setiap berkumpul selalu
menbicarakan semua hal kami lewatkan selama tidak bertemu, kejadian apapun dari
yang menyedihkan atau yang menyenangkan.
“Ne kamu tidak mau membikin
fashion show” tanya Indira.
“Mau Ndi, tapi masih perlu banyak
belajar aku, PR ku masih banyak sekali” jawab ku.
“PR apa, kamu itu sudah S1
Fashion Design, baju buatanmu sudah terjual banyak sejak sekolah” jelas Eri.
“Rasanya belum yakin kalau
membuat fashion show sendiri, aku masih designer amatiran. Baju – baju yang aku
buat masih biasa – biasa saja” jelasku. “Mungkin yang beli – beli kemarin
kasihan sama aku” tambahku.
“Ane” teriak Eri, Adena dan
Indira serentak.
“Kita sudah bilang, jangan pernah
merendahkan dirimu” ucap Indira tegas.
“Kita memiliki kekurangan
masing-masing jadi jangan selalu menganggap kami ini lebih baik darimu” celoteh
Adena.
“Siapa bilang orang beli bajumu
karena kasihan dengan keadaan tubuhnya, sini biar aku hajar orangnya” ucap Eri.
Aku yang tadinya sedikit muram,
akhirnya tidak bisa menahan untuk tidak tertawa lagi melihat tingkah Eri yang
mengebu – gebu mau memukul orang.
HAHAHAHAHAHAHAHA
Yang lainnya akhirnya ikut
tertawa bersama ku.
.
.
.
Jam sepuluh malam kami memutuskan
untuk pulang. Aku malam ini memilih pulang dengan berjalan kaki, karena cafe
dari rumahku tidaklah jauh. Dan malam ini jalanan masih sangatlah ramai, banyak
pasangan yang duduk berdua di kursi tepi jalan saling bermesraan.
IRI
Tentu saja, sejak SMP aku selalu
ditolak sama anak cowok karena tubuh gendutku. Aku pernah diet sekali namun
terus sakit, ibu yang melihatku sakit karena diet terus melarangku sampai sekarang.
Orang tuaku tidak pernah mempermasalahkan tubuh gendutku, sama dengan sahabat –
sahabat ku mereka sama sekali tidak menyinggung soal berat badan kita berkumpul,
karena mereka selalu menghargaiku dan menyayangiku dengan sepenuh hatinya. Semenjak
itu tidak ada kata diet dalam kamus hidupku, aku menjadi diriku apa adanya.
Soal suka sama cowok aku sudah melupakan apa itu namanya jatuh cinta, karena
aku takut terluka untuk berkali – kali lagi. Lebih baik seperti ini, aku masih
mempunyai orang tua yang menyayangiku dan juga sahabat-sahabat yang selalu ada
buat aku. Kurang apa lagi coba. Soal cowok, biar Tuhan yang menemukannya untuk
ku suatu saat nanti.
“Hai gendut cepat pergi sana,
mengganggu pemandangan saja” oceh seseorang tiba – tiba membuyarkan lamunanku.
Tanpa banyak bicara aku langsung
pergi meninggalkan sekelompok orang yang sedang berkumpul di bangku sebuah
taman. Samar – samar aku mendengar mereka mengolok-olokku, tak terasa air
mataku menetes “sepertinya ada debu yang masuk ke mataku” bantah ku yang
menolak bahwa aku sedang menangis
setelah mendengar olok-olokan tadi.
Langkahku berhenti disebuah
minimarket dekat taman, aku kemudian masuk dan mengambil beberapa snack kesukaanku
dan juga es cream. Setelah membayar snack dan es cream aku mencari duduk untuk
menikmatinya. Satu bungkus, dua bungkus, tiga bungkus dan dua potong es cream
lenyap dalam sekejap aku makan. Sudah hilang kesalku aku memutuskan untuk
pulang, takut orang tua ku mencariku.
Jam sebelas malam aku sampai
dirumah.
“Aku pulang” sapa ku setelah
masuk rumah.
“Malam sekali pulang mu nak?”
tanya ibuku.
“Maaf Bu, Ane tadi jalan kaki
pulangnya” jawab ku.
“Oh... ya sudah cepat bersih –
bersih dan tidur” ucap Ibu ku.
Ibu kembali masuk ke dalam kamar
untuk beristirahat. Ibu selalu menunggu ayah, aku dan adikku pulang, baru ibu beristirahat.
Ibu tidak tenang kalau anggota keluarga yang dia sayangi belum pulang ke rumah,
kecuali sebelum berangkat sudah berpesan kepada ibu untuk tidak menunggu.
Aku kemudian masuk ke dalam
kamarku, cuci muka, tangan, kaki dan mengganti baju dengan baju tidur. Kemudian
aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Tak butuh waktu lama aku akhirnya
terlelap dalam mimpiku.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Uthie
Sesuatu judul yg ada Culun dan Gendut pasti ku mampir 👍🤗♥️
2022-02-24
2
Yuli Pujiastuti
Assalamu'allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenalkan saya pendatang baru di Noveltoon nama lengkap saya Yuli Pujiastuti asli dari Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat yaitu Pulau Sumbawa, saya suka banget membaca semua karya dari Author yang baik hati dan cantik... Tetap 💪 Author cantik dan baik hati 🙂
2022-02-08
1
siska
gakpp bb d atas normal proporsional, yg penting sehat😆👍
aku jg gede, tp aku gk malu, pede aja, semangaaattttt ne
2022-01-26
1