Siang yang panas sudah mulai
mendingin, sore hari pun tiba. Ane yang masih sibuk menjahit, tiba-tiba
merasakan cacing-cacing didalam perutnya meminta asupan.
“Sita Lukman apa kalian lapar”
tanya Ane, yang mencairkan suanan.
“Iya mbak” jawab Lukman dan Sita
bersamaan.
Ya Lukman akhirnya datang setelah
Ane dan Sita menunggunya. Lukman terlambat karena mobil yang dia tumpangi ban
nya boncor.
“Kita makan apa ini? tanya Ane.
“Terserah mbak Ane aja, saya
ngikut” jawab Lukman.
“Lu apa yang tidak ngikut” ejek
Sita kepada Ane.
“Apa sih kamu sirik sama aku”
ucap Lukman membela diri.
“Siapa yang sirik sama kamu,
kepedean” balas Sita.
“Sudah-sudah kalian ya, masalah
mau makan apa aja pake ribut, enak pake nasi tau” ucap Ane sambil geleng-geleng
melihat pertengkaran pegawainya.
Hahahahahaha..
“Mbak Ane bisa juga melawak” ucap
Lukman.
“Ya kalian kayak tom n jeri aja,
tiap mutusin apa selalu berdebat dulu. Hati – hati nanti jadi cinta lo” ejek
Ane.
“Apaan sih mbak Ane ini, kitakan
temen. Ya kan Lukman” ucap Sita sambil menyenggol tubuh Lukman.
“Iya mbak kita temenan aja sudah
senang kok” jawab Lukman.
“Iya dech aku percaya, sekarang
kita mau makan apa?” tanya Ane lagi.
“Heemmm... Bagaimana kalau
baksonya Pak Supar mbak” ucap Sita.
“Boleh juga, sudah lama juga aku
tidak makan baksonya pak Supar, panggil gih kesini siapa tahu dia disekitaran
sini kelilingannya” pinta Ane.
“Oke siap” ucap Lukman yang
kemudian mengambil hp untuk melakukan panggilan kepada tukang bakso langganan
mereka.
.
.
“Mbak Pak Supar ada disebelah
gang, katanya suruh nunggu sebentar masih melayani pelanggan yang lainnya”
jelas Lukman.
“Okelah, tidak masalah” jawab
Ane.
“Sita apa kamu sudah selesai
memotong kain untuk gaunnya Adena” tanya Ane.
“Sudah mbak, tinggal menjahit
saja nanti” jawab Sita.
“Okelah habis isi perut, nanti
kita jahit bersamaan” ucap Ane.
“Iya mbak” jawab Sita.
Hari ini Ane menutup butiknya,
karena dia mau menyelesaikan beberapa pesanan yang sudah dipesan orang dua dan
tiga hari yang lalu dan juga menyelesaikan gaun milik Adena.
Ting ting ting suara mangkok
dipukul.
“Mbak itu pak Suparnya sudah
didepan” ucap Lukman.
“Kalian pesan dulu” suruh Ane. “Aku
mau cuci muka dulu” tambahnya.
“Siap mbak” jawab Lukman dan Sita
bersamaan.
Lukman dan sita akhirnya keluar
terlebih dulu untuk menemui tukang bakso, tak lama Ane menyusul.
“Sore neng Ane, lama nih tidak
beli baksonya pak Supar. Kemana aja?” tanya Pak Supar tukang bakso.
“Iya pak, maaf Ane lagi sibuk banget
nih akhir-akhir ini” ucap Ane.
“O... silahkan Neng ambil sendiri
kayak biasanya” pinta Pak Supar.
Ane kemudian mengambil dua bakso
besar, tiga bakso kecil, dua tahu putih, dua siomai ditambah sambal, kecap,
saos dan kuah, tak lupa daun bawang dan juga bawang goreng.
“Sudah pak, ini aja dulu. Jangan
lupa dihitung punya saya dan mereka berdua ya pak” ucap Ane.
“Tenang aja Neng, dimakan dulu
baksonya. Masalah hitung menghitung gampang itu” ucap Pak Supar tukang bakso.
“Siap dech pak. Saya makan dulu
ya pak?” ucap Ane sambil mencari tempat duduk disebelah Sita dan Lukman.
“Monggo Neng” jawab Pak Supar.
.
.
.
Lima menit Ane, Sita dan Lukman
sudah selesai menyantap bakso mereka, Ane juga sudah membayar baksonya.
“Kita sedikit lembur ya malam ini”
kata Ane.
“Iya mbak” jawab Sita dan Lukman
bergantian.
Ane kembali melanjutkan
pekerjaannya, dia dibantu Sita untuk menjahit. Sedangkan Lukman mengerjakan
jahitan yang lainnya.
.
.
.
Di tempat lain
Dipa sudah menyelesaikan
urusannya, dia berencana untuk pulang ke kota S malam ini juga. Dipa tidak suka
berlama-lama diluar negara, setiap ada masalah yang mengharuskan dia ke luar
negara Dipa memilih berangkat petang dan pulang larut malam. Di dalam pesawat
Dipa tertidur, dia merasakan capek yang luar biasa.
Dipa sampai di kota B di luar
negara pukul sepuluh siang, kemudian dia langsung ke hotel yang sedang ada
masalah. Tanpa bermalas malasan Dipa langsung menyelesaikan masalah itu, semua
karyawan dia kumpulkan untuk mengadakan rapat. Satu persatu menjelaskan masalah
yang sedang dihadap hotel saat ini. Tak butuh waktu lama Dipa memberikan solusi
masalah hotel satu persatu, setelah para pegawai mengerti apa yang harus
dilakukan Dipa mulai mengecek semua pembukuan dan mengelilingi hotel untuk
mengecek keadaan hotel miliknya.
Hotel sedang mengalami krisis
tamu, yaitu tamu yang datang sudah mulai sepi karena penyebaran virus di kota B
tersebut, banyak turis asing yang tidak datang untuk berkunjung. Bahan makanan
melonjak mahal dan juga peralatan-peralatan yang lainnya juga ikut naik.
.
.
.
Pukul dua pagi Dipa sampai dikota
S, malam ini dia ingin pulang ke rumah utama. Dimana rumah utama adalah tempat
ayah, ibu , kakak dan kakak iparnya tinggal. Karena dua hari lagi rumah utama
akan mengadakan pesta ulang tahun ayahnya.
Dipa sampai di rumah utama pukul
tiga pagi, dia segera masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Capeknya masih
belum hilang, walaupun dia sudah tertidur didalam pesawat tadi.
Dipa termasuk orang pekerja keras, dia belajar berbisnis sejak dini dari ayahnya. Namun Dipa dan sang kakak tidak mau meneruskan perusahaan ayahnya, mereka memilih untuk membangun usaha sendiri. Tanpa bantuan sang ayah Dipa dan sang kakak juga berhasil.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments