Sweet Doctor | 20. Sakit

Sudah dua minggu lebih suhu badan Agung panas. Itu membuat Arra sangat khawatir. Jika Arra ingin mengajak Agung kedokter selalu saja Agung tolak. Arra bingung harus bagimana membujuk Agung agar mau pergi ke dokter.

Sekarang Arra tengah mengelus rambut Agung dengan sayang. Karena semua ini kemauan Agung. Entah semenjak sakit Agung selalu ingin di manja dengan Arra. Agung memeluk pinggang Arra dan membenamkan wajahnya di perut rata Arra. Deru nafas Agung terasa menembus di bajunya.

“Mas, Arra buatkan bubur, ya, buat Mas sarapan,” ujar Arra.

“Enggak mau. Mas masih enggak mau makan,” kata Agung lebih membenamkan wajahnya di perut Arra.

“Kalau Mas enggak makan gimana bisa sembuh.”

“Sekarang Mas minggir dulu biar Arra buatkan Mas bubur terus Mas minum obat,” kata Arra

“Enggak mau sayang. Kamu di sini aja,” balas Agung yang semakin membenamkan wajahnya perut Arra.

Akhirnya mau tidak mau Arra mengalah.

“Bibi!” teriak Arra dari dalam kamar.

Tidak berselang lama asisten rumah tangga datang.

“Iya Non?”

“Bi, tolong buatkan bubur buat Agung dan sekalian bawakan obat yang ada di laci meja bawah dapur itu, ya, Bi.” kata Arra.

”Baik Non. Akan segera saya bawakan kemari,” balas Bibi.

“Terima kasih, Bi.”

Arra melihat ternyata Agung sudah terlalap dalam pangkuannya. Arra mengelus rambut Agung agar lebih nyenyak tidurnya. Arra merasa kasihan kepada Agung karena sakit tidur dan pekerjaan Agung terkendala. Tapi Arra sedikit bersyukur Agung bisa tertidur sekarang. Tidak berselang lama pintu kamar Arra terbuka menampilkan Bibi membawa bubur dan obat yang Arra minta tadi.

“Bibi letakan di maja aja dulu,” ucap Arra lirik.

“Baik, Non.” Bibi menaruh nampan di meja sebelah tempat tidur majikannya.

“Terima kasih banyak ya, Bi.” kata Arra.

“Sama-sama, Nona.”

Sambil menunggu Agung bangun Arra memilih membaca novel yang ia beli beberapa hari lalu. Saking asiknya membaca Arra tidak sadar bahwa Agung sudah terbangun dari tidurnya. Tapi Agung tidak menegur Arra. Karena Agung tengah asik memandang wajah cantik Arra tengah tersenyum sendiri.

Tiba-tiba Agung mengelitiki pinggang Arra hingga membuat Arra tertawa.

“Ma--Mas, sudah.” ucap Arra yang sudah tidak kuat.

Agung menghentikan mengelitik Arra dan membawa Arra kedalam pangkuannya. Arra terkejut ketika ia berada di pangkuan Agung.

“Kenapa kok pipi kamu merah kayak gitu?” tanya Agung mengamati wajah Arra.

“Eng--enggak kok.” elak Arra.

“Enggak bagaimana? Itu wajah kamu jelas merah gitu pakai acara ngeles segala.” Agung terkekeh.

“Mas apa sih, ah." ucap Arra memukul dada bidang Agung.

Agung menciumi seluruh wajah Arra dengan gemas hingga membuat Arra memekik geli.

“Mas udah.” kata Arra menghentikan aksi Agung.

“Sekarang Mas makan dulu,” tambah Arra.

“Mas enggak selera makan,” ucap Agung.

“Tapi Mas udah 2 hari lo gak makan. Masa hari ini Mas gak makan lagi,”

“Perut Mas mual banget akhir-akhir ini.”

“Ayo kita kedokter, yuk.” ajak Arra.

“Enggak mau.” tolak Agung.

“Kenapa gak mau? Kalau kayak gini gimana Mas bisa sembuh!” kesal Arra.

“Minum obat sama istirahat nanti mendingan,” ujar Agung menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arra.

“Kalau gitu kita makan dulu,”

“Kamu udah ada tanda-tanda enggak” tanya Agung.

Arra mengerutkan keningnya.

“Tanda-tanda apa, Mas?” tanya Arra balik.

“Tanda-tanda kamu hamil,” jawab Agung.

Wajah Arra langsung berubah ketika Agung berkata seperti itu. Agung memang sangat ingin menginginkan bayi. Agung yang menyadari perubahan wajah Arra. Langsung membawa kedalam pelukannya.

“Maaf sudah buat kamu sedih. Tidak apa jika belum. Kita banyak-banyak berdoa dan selalu berusaha. Agar kita cepat di karuniai anak di tengah rumah tangga kita,” doa Agung.

“Maaf ya Mas belum bisa mengabulkan permintaan, Mas.” ucap Arra lirik.

Agung mengelus punggung Arra, “Udah jangan di pikirka lagi. Munkin sekarang belum rejekinya.”

Arra mengangguk di dekapan Agung. Arra melerai pelukannya dari Agung dan menatap Agung.

“Kenapa kok ngelihatin Mas kayak gitu?† tanya Agung.

“Mas hari ini apa Arra boleh kepanti asuhan? Udah lama semenjak menikah Arra gak kesana.” ucap Arra.

“Boleh dong. Sekarang kita berangkat,” ujar Agung.

“Tunggu dulu. Mas makan dulu baru berangkat. Kalau Mas gak mau makan Arra pergi kesana sendiri aja!” ancam Arra.

“Tap–”

“Makan sekarang.” potong Arra.

Mau tak mau Agung menuruti ucapan Arra. Wajah Agung terlihat seperti menahan mual. Tapi Agung harus tetap memakan bubur yang sudah di buatkan.

“Sayang. Udah ya mual banget,” ucap Agung dengan tampang memelas.

“Iya sudah. Mas sekarang minum obat. Itu obatnya di atas meja. Arra mau siap-siap dulu,” kata Arra pergi.

Setelah meminum obat. Agung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Arra tengah menyiapkan baju untuk sang suami. Sebelum berangkat Arra memberi kabar kepada sang mama jika ia akan berkunjung ke sana.

Sebuah tangan melingkar di pinggang Arra. Arra sudah tau siapa yang tengah memeluknya.

“Itu baju Mas udah Arra siapkan,” ucap Arra ingin melepaskan pelukan dari Agung.

“Tunggu. Mas mau seperti ini dulu,” ujar Agung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Arra.

Agung mencium leher Arra yang menurut Agung sangat mengoda sekali.

“Mas udah nanti telat loh,” tegur Arra.

“Iya ini juga mau siap-siap,” kata Agung mengambil baju yang sudah Arra siapkan.

Arra hanya tersenyum melihat sikap sang suami.

Setelah mereka bersiap-siap Agung maupun Arra berangkat menuju kepanti asuhan. Di mana Arra di besarkan dulu. Sepanjang jalan Agung mengenggam tangan Arra. Perlakuan Agung membuat hati Arra menghangat.

❤❤❤

Mobil Agung berhenti di perkarangan panti asuhan. Dengan segera Arra membuat pintu mobil dan menghampiri wanita paru baya yang sudah menunggunya sejak tadi dengan senyuman.

Arra menghampur kedalam pelukan sang Mama. Mereka sama-sama melepaskan rindu mereka karena mereka berpisah sudah hampir 5 bulan lebih.

“Arra kangen banget sama, Mama.” ucap Arra.

“Mama juga kangen sama Arra.” Bu Brata memeluk erat Arra.

Arra melepaskan pelukan dari Bu Brata dan menatap wajah sang Mama.

“Mama sehat?” tanya Arra.

“Alhamdulilah Mama sehat. Bagimana dengan Arra?”

“Alhamdulilah Arra baik, Ma.” jawab Arra.

Agung keluar dari mobil dan menghampiri kedua wanita yang tangah melepaskan rindu. Agung menyalami tangan Bu Brata bentuk rasa hormat.

“Ayo kita masuk dulu. Kita ngobrol di dalam saja,” ajak Bu Brata berlalu masuk terlebih dahulu.

Agung merangkul pinggang Arra memasuki rumah Arra. Mereka mendudukan diri di sofa. Di atas meja sudah banyak aneka cemilan yang sudah di sediakan oleh Bu Brata.

“Bagimana keadaan rumah tangga kalian? Apa baik-baik saja?” tanya Bu Brata.

Sejenak Agung dan Arra saling memandang.

“Alhamdulilah baik, Ma.” jawab Agung.

“Alhamdulilah kalau begitu. Lalu apa Arra sudah isi?” tanya Bu Brata.

“Belum, Ma. Munkin masih belum rejekinya,”

“Iya kalian harus banyak berusaha dan berdoa. Semoga di beri momongan.”

“Aminn.” jawab Agung dan Arra.

Terpopuler

Comments

Nana Be

Nana Be

katanya dokter kandungan masa ga bisa nebak hamil atau tidaknya🤔🤔

2023-08-13

0

Narto Sunarto

Narto Sunarto

Jangan2 Arra hamil mknya Agung yg merasakan ngidam nya.. 🤔🤔🤔

2021-11-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!